Hari: Kedua Ketiga
Itinerary Biaya
Starting point: Surabaya
Traveler: Kembar A, Suami Kembar A, Kembar B, dan Suami Kembar B
Berangkat Menuju Surakarta dengan Kereta Pasundan
Kami sudah tiba di stasiun Gubeng sekitar pukul 07.30. Semua berjalan lancar dan Kereta Pasundan pun berangkat pukul 08.10.
Dalam perjalanan, tak lupa kami mengkonfirmasi keberangkatan ke pemilik persewaan motor Setasiun Motorent yang sudah kami hubungi sehari sebelumnya.
Tak ada hambatan selama perjalanan dan kami tiba tepat waktu di Stasiun Purwosari sekitar pukul 13.00.
Setelah menghubungi pemilik motor, kami diberi kontak Mbak Ayu yang selanjutnya akan mengurusi masalah persewaan.
Oleh Mbak Ayu, kami diminta langsung datang ke rumah saja yang ternyata lokasinya sangat dekat, yaitu di gang samping stasiun. Dari mulut gang, kami masih harus berjalan sekitar 50 meter.
Proses menyewa motor ternyata sangat mudah. Kami hanya perlu memberikan satu kartu identitas untuk jaminan. Setelah melakukan pelunasan, sebesar IDR 150.000 per motor untuk dua hari, kami segera melakukan pengecekan kelengkapan, berupa helm dan jas hujan.
Mencicipi Nikmatnya Tengkleng Klewer Bu Edi
Dari persewaan motor, kamu langsung menuju destinasi pertama kami, yaitu Tengkleng Klewer Bu Edi yang merupakan salah satu makanan legendaris yang ada di Kota Solo.
Kami menyalakan Google Maps dan ternyata lumayan dekat, hanya sekitar 5 km saja dari Stasiun Purwosari. Saat masih berada di Jalan Slamet Riyadi, gerimis yang sudah sejak di persewaan mulai turun semakin menderas. Kami terpaksa menepi dan memakai jas hujan yang tersedia di jok.
Gerimis yang cukup deras itu tidak membuat kami membatalkan rencana ke Klewer Bu Edi karena dari informasi yang kami dapat, jam bukanya sangat terbatas dan tengklengnya pun sangat cepat habis.
Dengan panduan Google Maps, kami akhirnya tiba di area Pasar Klewer. Namun, di situ kami sedikit kebingungan karena rupanya Tengkleng Klewer Bu Edi ini tidak terletak di pinggi jalan. Akhirnya kami bertanya ke seorang bapak yang ada di dekat situ. Dari bapaknya, kami dapat ancer-ancer menuju tempat yang kami cari.
Jadi, penandanya, sebelum masuk ke suatu gapura yang mengarah ke Pasar Klewer, kalian harus berbelok ke kanan dan warung tengkleng ini terletak di deretan warung-warung di sekitar situ.
Kami segera mengantri untuk memesan tengkleng. Cukup ramai tapi tidak sangat ramai. Mungkin karena saat itu hari kerja.
Kami memesan 5 porsi tengkleng biasa dan 4 gelas es teh. Harga tengkleng per porsinya memang cukup mahal, yaitu IDR 30.000. Namun memang isinya cukup banyak dan rasanya sungguh luar biasa enak.
Beristirahat di Pop! Hotel Solo
Setelah menyelesaikan makan siang kami, kami segera bergerak ke arah hotel kami, Pop! Hotel yang lokasinya dekat dengan Stasiun Purwosari. Setelah memarkir motor, kami segera melakukan check-in. Prosesnya cukup lancar dan tak begitu lama. Kami menyerahkan deposit 200.000 untuk dua kunci. Kami juga harus meminta stempel untuk tiket parkir motor kami. Dan ini terjadi setiap kali kami keluar dan kembali memarkir motor di tempat parkir hotel.
Kami naik ke lantai 6 tempat kamar kami berada. Berdasarkan ketersediaan kamar, kamar yang kami huni agak berjauhan meskipun masih berada di satu lantai.
Berbeda dengan Pop! Hotel Pemuda Semarang, di sini kami tidak mendapatkan view yang menarik. Jika Kembar A dapat view taman, Kembar B malah hanya dapat view bangunan sebelahnya, yaitu Harris Hotel.
Karena masih lelah dan hujan juga belum reda malah semakin deras, kami memutuskan untuk beristirahat dan bersantai terlebih dahulu.
Mencoba Timlo Sastro yang Legendaris
Kami baru keluar lagi selepas Asar. Tujuan kami selanjutnya adalah Timlo Sastro 2 yang ada di Jalan Dr Wahidin. Tempatnya tak begitu jauh. Kami tiba di sana sekitar 4 kurang.
Sebenarnya yang lebih legendaris adalah Timlo Sastro yang satunya yang ada di Jalan Kapten Mulyadi. Namun, karena warung itu sudah tutup pukul 15.30, kami memutuskan untuk makan di cabangnya ini.
Kami memesan empat timlo komplit dan dua nasi. Terus terang ini adalah pertama kalinya bagi kami berempat untuk makan timlo. Timlo ini adalah makanan berkuah yang isinya terdiri dari potongan rempelo ati, semur telur bebek, dan sosis solo. Menurut kami, rasanya cukup aneh untuk lidah kami. Meskipun kami bisa menghabiskan porsi kami, tapi sepertinya kami tidak akan mengulang makan di sini lagi.
Dari Timlo Sastro, kami kembali ke hotel dan memutuskan bersantai sejenak menunggu waktu Sholat Magrib dan Isya.
Makan Malam dengan Nasi Liwet Bu Wongso Lemu
Selepas Isya, kami masih bersantai saja di dalam kamar. Perut juga masih penuh. Rencananya, kami mau makan agak malam lagi nanti.
Kami baru keluar hotel pukul 21.00. Kami langsung bergerak ke arah Nasi Liwet Bu Wongso Lemu yang ada di Jalan Teuku Umar, yang lokasinya sangat dekat dengan hotel.
Kami memesan nasi liwet dada, sayap, dan suwiran.
Menurut si kembar, rasa nasi liwet kurang cocok di lidah. Mungkin agak sedikit asin untuk lidah Surabaya. Wkwkwk. Namun, para suami tampaknya lahap-lahap saja memakan nasi liwet ini.
Selesai makan, kami sempat memutari kota sebentar sebelum akhirnya kembali ke hotel dan tidur.
Hari: Kedua Ketiga
Itinerary Biaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar