Traveler: Kembar A dan Suami Kembar A
Starting Point: Rambipuji, Jember
Sebenarnya, malam sebelum hari H, suamiku masih ragu apakah akan mengabulkan keinginanku untuk pergi ke air terjun Tancak atau tidak. Pasalnya, dia belum pernah ke sana sebelumnya dan itu membuatnya sedikit takut karena merasa tak mengenal medan. Akhirnya dengan sedikit paksaan, dia pun mau.
Kami berangkat dari rumah suamiku di daerah Rambipuji. Kendaraan yang kami gunakan adalah motor Beat. Sebenarnya jika tidak tahu medan, motor seperti ini bisa berbahaya. Apalagi, jika bannya sudah ban tambalan. Jika kena lubang sedikit saja, bisa bocor. Tapi, dengan mengucap Bismillah, kami akhirnya berangkat.
Wisata Air Terjun Tancak ini terletak di Desa Suci, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember. Lokasinya sekitar 20 km dari pusat kota Jember. Jika dari arah Jember, pertama kali kalian harus menemukan Pasar Mangli. Dari perempatan lampu lalu lintas Pasar Mangli, kalian bisa berbelok ke kanan. Setelah kalian menemukan persimpangan pertama, beloklah ke kiri. Setelah itu kalian tinggal mengikuti petunjuk ke arah Wisata Air Terjun Tancak.
Bagi kalian yang berangkat dari Surabaya, rutenya akan sama dengan kami yang berangkat dari Rambipuji. Namun, jika kalian takut nyasar, disarankan untuk ke Jember saja dan mengikuti rute Jember tersebut karena telah dilengkapi dengan petunjuk arah yang lengkap (Rute menuju Air Terjun Tancak Jember dari kota Jember).
Dari Surabaya, kalian sebenarnya memang tak perlu menuju Jember karena ada jalur tersendiri untuk menuju ke Air Terjun Tancak. Setelah menemukan Pasar Rambipuji, akan ada pertigaan. Dari situ, ambilah belokan ke kiri. Ikuti jalan menuju Desa Rambigundam, kemudian Desa Panti, lalu Desa Serut.
Ketika sampai di Desa Serut (yang dari arah Jember akan lebih mudah karena terdapat papan petunjuk yang jelas), kalian akan menemukan suatu pertigaan, dan kalian tinggal belok kanan kemudian lurus mengikuti jalur aspal utama.
Dari arah Surabaya sedikit tricky karena tidak ada papan petunjuk arah. Ketika sampai di Desa Serut, disarankan sekali untuk bertanya kepada penduduk desa. Nanti kalian akan sampai pula ke pertigaan yang merupakan pertemuan dengan jalur Jember tadi. Di pertigaan ini, beloklah ke kiri dan ikuti jalur aspal utama.
Setelah masuk Desa Suci kalian akan segera sampai ke Desa Kemiri. Kemudian kalian akan melewati jembatan kayu besar yang sedikit mengerikan bagi yang tidak terbiasa.
Dari situ kalian tinggal belok kanan dan mengikuti jalur utama. Nanti akan ada pos loket yang ditandai dengan portal yang tertutup. Di sini kalian harus membayar karcis sebesar IDR 2.500 per orang (per 23 September 2014). Si penjaga pos akan memberitahu kalian untuk parkir di tempat parkir resmi dekat masjid.
Air Terjun Tancak berada di bawah kaki Gunung Pasang dan untuk menuju tempat itu, kalian harus melewati areal Perkebunan Gunung Pasang.
Dari portal tadi, kalian harus melanjutkan perjalanan menelusuri jalan yang ditumbuhi pohon mahoni di kanan kirinya. Jalanan sedikit rusak pada beberapa bagian jadi harap berhati-hati. Bagi yang ingin berfoto, bisa sejenak menepi dan berjeprat-jepret ria.
Ketika sampai di masjid terakhir, kalian akan melihat tanda 'parkir resmi'. Di sinilah tempat kalian memarkir kendaraan kalian. Sebelum memulai pendakian, usahakan mengisi perut dengan sarapan ringan. Disarankan pula untuk membawa air dan perbekalan secukupnya karena proses menuju air terjun memang cukup menguras tenaga.
Dari tempat parkir, kalian harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Pertama-tama, kalian akan menemukan sebuah pabrik.
Di dekat pabrik ini, kalian bisa membaca sebuah papan peringatan, yaitu bahwa pengunjung dilarang naik saat mendung, hujan, atau di atas pukul 2 siang. Dari pabrik ini, perjalanan mendaki akan memakan waktu sekitar 1 sampai 1,5 jam.
Setelah itu, kalian akan melewati rindangnya pohon milik Perhutani di bagian kanan dan kiri. Sungguh indah. Setelah menempuh jarak sekitar setengah jam dari pabrik, kalian akan menemukan percabangan jalan. Nah, di sini kalian harus konsentrasi karena kalau salah pilih jalur, kalian akan nyasar seperti kami.
Sebenarnya ada tanda panah kecil yang akan membawa kalian membelah suatu kebun kopi. Atau kalian juga bisa melewati jalur di balik kebun kopi itu yang lebih landai walaupun agak sedikit jauh karena harus memutar.
Namun, karena bingung dan salah mengartikan tanda panah tersebut, kami malah berjalan lurus dan tidak naik membelah kebun kopi.
Perjalanan nyasar ini membawa kami melewati beberapa anak sungai. Memang tidak ada tanda-tanda kami akan naik ke suatu tempat dan tidak pula ada suara-suara air terjun yang terdengar. Jalanan lebih landai hingga kami terbawa ke suatu padang yang luas, dengan beberapa rimbunan tanaman yang dijadikan pakan ternak agak jauh di seberang. Di situ kami bertemu petani dan dia mengatakan kami salah jalur. Kami akhirnya berjalan kembali ke tempat asal. Walaupun sempat ribut dengan suami, tapi aku sebenarnya bersyukur karena pemandangan yang kami lewati akibat nyasar tadi sebenarnya juga tak kalah indah.
Setelah kembali ke titik percabangan tadi, kami kemudian berjalan ke atas, membelah kebun kopi tadi. Sangat disarankan bagi pendaki, khususnya pemula, untuk membawa tongkat (baik tongkat mendaki atau tongkat dari ranting yang ditemukan di jalan) karena akan sangat dibutuhkan dalam perjalanan nanti.
Dari perkebunan kopi ini, perjalanan tinggal 45 menit saja. Yang harus kalian lakukan adalah mengikuti jalur yang ada. Keluar dari perkebunan kopi, kalian akan menemukan rimbunan bambu. Beberapa meter melewati rimbunan bambu, kalian akan kembali disambut oleh perkebunan kopi.
Dari perkebunan kopi ini, perjalanan mulai menjadi semakin terjal. Jalan setapaknya hanya muat untuk satu orang, dengan tanjakan-tanjakan curam berbatu. Sebelum perkebunan kopi yang terakhir ini, banyak orang yang masih bisa naik menggunakan motor. Namun, motor harus segera diparkir begitu masuk ke perkebunan kopi yang ini.
Dari sini, ikuti jalur saja dan kalian akan sampai di sebuah sungai dengan batu-batuan besar yang harus kalian seberangi. Gunakan tongkat untuk menjaga keseimbangan karena batu-batuan ini licin terkena lumut. Tongkat juga sangat membantu dalam proses melewati jalur terjal tersebut.
Setelah melewati beberapa tanjakan, kalian akan sampai ke sebuah tanah terbuka dengan background air terjun. Bagi kalian yang suka foto-foto, bisa pula mengambil foto dari angle ini.
Kalian masih harus berjalan beberapa meter lagi untuk benar-benar sampai di air terjun setinggi 82 meter dengan debit air sekitar 150 meter per kubik itu. Air terjun ini tampak tinggi sekali dengan tebing bebatuan yang terlihat kokoh. Sekelilingnya adalah hehijauan yang sedap dipandang mata. Di bawah air terjun ini terdapat kolam kecil tempat kalian bisa berenang atau sekedar merendam kaki dan menikmati percikan air.
Air Terjun Tancak ini belum begitu ramai. Ketika kami ke situ, tidak ada wisatawan lain selain kami berdua. Atau karena saat itu kami datang di waktu hari kerja? Entahlah.
Kami menyusuri berbagai sudut lokasi tersebut untuk mendapatkan hasil gambar terbaik. Selesai berfoto dan beristirahat sejenak, kami memutuskan untuk kembali. Rute yang dilalui pun sama, yaitu kebun kopi, rimbunan bambu, dan kebun kopi lagi. Waktu yang kami tempuh pun hampir sama dengan waktu berangkat, yang tentunya dikurangi dengan waktu yang kami habiskan untuk nyasar tadi.
Artikel terkait:
BACKPACKING MURAH PACITAN 2 HARI 3 MALAM (2D3N): HARI KEDUA (18 OKTOBER 2014)
TRAVELING MURAH BANYUWANGI, TABUHAN, DAN BALURAN 3 HARI DUA MALAM (3D2N): HARI PERTAMA (17 APRIL 2016)
PERJALANAN TAK TERENCANA KE PULAU BALI 4 HARI 3 MALAM (4D3N): HARI PERTAMA (14 FEBRUARI 2014)
JELAJAH BROMO DENGAN MOTOR TRAIL: HARI PERTAMA (11 JANUARI 2017)
Starting Point: Rambipuji, Jember
Berangkat ke Air Terjun Tancak dari Rambipuji
Sebenarnya, malam sebelum hari H, suamiku masih ragu apakah akan mengabulkan keinginanku untuk pergi ke air terjun Tancak atau tidak. Pasalnya, dia belum pernah ke sana sebelumnya dan itu membuatnya sedikit takut karena merasa tak mengenal medan. Akhirnya dengan sedikit paksaan, dia pun mau.
Kami berangkat dari rumah suamiku di daerah Rambipuji. Kendaraan yang kami gunakan adalah motor Beat. Sebenarnya jika tidak tahu medan, motor seperti ini bisa berbahaya. Apalagi, jika bannya sudah ban tambalan. Jika kena lubang sedikit saja, bisa bocor. Tapi, dengan mengucap Bismillah, kami akhirnya berangkat.
Wisata Air Terjun Tancak ini terletak di Desa Suci, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember. Lokasinya sekitar 20 km dari pusat kota Jember. Jika dari arah Jember, pertama kali kalian harus menemukan Pasar Mangli. Dari perempatan lampu lalu lintas Pasar Mangli, kalian bisa berbelok ke kanan. Setelah kalian menemukan persimpangan pertama, beloklah ke kiri. Setelah itu kalian tinggal mengikuti petunjuk ke arah Wisata Air Terjun Tancak.
Bagi kalian yang berangkat dari Surabaya, rutenya akan sama dengan kami yang berangkat dari Rambipuji. Namun, jika kalian takut nyasar, disarankan untuk ke Jember saja dan mengikuti rute Jember tersebut karena telah dilengkapi dengan petunjuk arah yang lengkap (Rute menuju Air Terjun Tancak Jember dari kota Jember).
Dari Surabaya, kalian sebenarnya memang tak perlu menuju Jember karena ada jalur tersendiri untuk menuju ke Air Terjun Tancak. Setelah menemukan Pasar Rambipuji, akan ada pertigaan. Dari situ, ambilah belokan ke kiri. Ikuti jalan menuju Desa Rambigundam, kemudian Desa Panti, lalu Desa Serut.
Ketika sampai di Desa Serut (yang dari arah Jember akan lebih mudah karena terdapat papan petunjuk yang jelas), kalian akan menemukan suatu pertigaan, dan kalian tinggal belok kanan kemudian lurus mengikuti jalur aspal utama.
Dari arah Surabaya sedikit tricky karena tidak ada papan petunjuk arah. Ketika sampai di Desa Serut, disarankan sekali untuk bertanya kepada penduduk desa. Nanti kalian akan sampai pula ke pertigaan yang merupakan pertemuan dengan jalur Jember tadi. Di pertigaan ini, beloklah ke kiri dan ikuti jalur aspal utama.
Setelah masuk Desa Suci kalian akan segera sampai ke Desa Kemiri. Kemudian kalian akan melewati jembatan kayu besar yang sedikit mengerikan bagi yang tidak terbiasa.
Jembatan kayu di Desa Kemiri |
Dari situ kalian tinggal belok kanan dan mengikuti jalur utama. Nanti akan ada pos loket yang ditandai dengan portal yang tertutup. Di sini kalian harus membayar karcis sebesar IDR 2.500 per orang (per 23 September 2014). Si penjaga pos akan memberitahu kalian untuk parkir di tempat parkir resmi dekat masjid.
Portal masuk kawasan perkebunan |
Loket tiket masuk Air Terjun Tancak |
Masuk ke Wilayah Perkebunan Gunung Pasang
Air Terjun Tancak berada di bawah kaki Gunung Pasang dan untuk menuju tempat itu, kalian harus melewati areal Perkebunan Gunung Pasang.
Dari portal tadi, kalian harus melanjutkan perjalanan menelusuri jalan yang ditumbuhi pohon mahoni di kanan kirinya. Jalanan sedikit rusak pada beberapa bagian jadi harap berhati-hati. Bagi yang ingin berfoto, bisa sejenak menepi dan berjeprat-jepret ria.
Suasana menuju Air Terjun Tancak |
Pohon mahoni di kanan kiri |
Ketika sampai di masjid terakhir, kalian akan melihat tanda 'parkir resmi'. Di sinilah tempat kalian memarkir kendaraan kalian. Sebelum memulai pendakian, usahakan mengisi perut dengan sarapan ringan. Disarankan pula untuk membawa air dan perbekalan secukupnya karena proses menuju air terjun memang cukup menguras tenaga.
Mendaki ke Air Terjun Tancak
Dari tempat parkir, kalian harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Pertama-tama, kalian akan menemukan sebuah pabrik.
Pabrik |
Di dekat pabrik ini, kalian bisa membaca sebuah papan peringatan, yaitu bahwa pengunjung dilarang naik saat mendung, hujan, atau di atas pukul 2 siang. Dari pabrik ini, perjalanan mendaki akan memakan waktu sekitar 1 sampai 1,5 jam.
Papan peringatan |
Setelah itu, kalian akan melewati rindangnya pohon milik Perhutani di bagian kanan dan kiri. Sungguh indah. Setelah menempuh jarak sekitar setengah jam dari pabrik, kalian akan menemukan percabangan jalan. Nah, di sini kalian harus konsentrasi karena kalau salah pilih jalur, kalian akan nyasar seperti kami.
Jalur menuju Air Terjun Tancak |
Pemandangan sekitar areal Perkebunan Gunung Pasang |
Sungai-sungai kecil |
Airnya sangat menyegarkan |
Sempat Tersasar
Sebenarnya ada tanda panah kecil yang akan membawa kalian membelah suatu kebun kopi. Atau kalian juga bisa melewati jalur di balik kebun kopi itu yang lebih landai walaupun agak sedikit jauh karena harus memutar.
Namun, karena bingung dan salah mengartikan tanda panah tersebut, kami malah berjalan lurus dan tidak naik membelah kebun kopi.
Perjalanan nyasar ini membawa kami melewati beberapa anak sungai. Memang tidak ada tanda-tanda kami akan naik ke suatu tempat dan tidak pula ada suara-suara air terjun yang terdengar. Jalanan lebih landai hingga kami terbawa ke suatu padang yang luas, dengan beberapa rimbunan tanaman yang dijadikan pakan ternak agak jauh di seberang. Di situ kami bertemu petani dan dia mengatakan kami salah jalur. Kami akhirnya berjalan kembali ke tempat asal. Walaupun sempat ribut dengan suami, tapi aku sebenarnya bersyukur karena pemandangan yang kami lewati akibat nyasar tadi sebenarnya juga tak kalah indah.
Pemandangan sekitar areal Perkebunan Gunung Pasang |
Naik Melewati Jalur yang Tepat Menuju Air Terjun Tancak
Setelah kembali ke titik percabangan tadi, kami kemudian berjalan ke atas, membelah kebun kopi tadi. Sangat disarankan bagi pendaki, khususnya pemula, untuk membawa tongkat (baik tongkat mendaki atau tongkat dari ranting yang ditemukan di jalan) karena akan sangat dibutuhkan dalam perjalanan nanti.
Dari perkebunan kopi ini, perjalanan tinggal 45 menit saja. Yang harus kalian lakukan adalah mengikuti jalur yang ada. Keluar dari perkebunan kopi, kalian akan menemukan rimbunan bambu. Beberapa meter melewati rimbunan bambu, kalian akan kembali disambut oleh perkebunan kopi.
Perkebunan kopi |
Dari perkebunan kopi ini, perjalanan mulai menjadi semakin terjal. Jalan setapaknya hanya muat untuk satu orang, dengan tanjakan-tanjakan curam berbatu. Sebelum perkebunan kopi yang terakhir ini, banyak orang yang masih bisa naik menggunakan motor. Namun, motor harus segera diparkir begitu masuk ke perkebunan kopi yang ini.
Jalan mulai terjal |
Jalan berbatu tak bisa dilalui motor |
Dari sini, ikuti jalur saja dan kalian akan sampai di sebuah sungai dengan batu-batuan besar yang harus kalian seberangi. Gunakan tongkat untuk menjaga keseimbangan karena batu-batuan ini licin terkena lumut. Tongkat juga sangat membantu dalam proses melewati jalur terjal tersebut.
Menikmati Air Terjun Tancak yang Indah
Setelah melewati beberapa tanjakan, kalian akan sampai ke sebuah tanah terbuka dengan background air terjun. Bagi kalian yang suka foto-foto, bisa pula mengambil foto dari angle ini.
Air Terjun Tancak tampak di kejauhan |
Spot foto yang bagus |
Kalian masih harus berjalan beberapa meter lagi untuk benar-benar sampai di air terjun setinggi 82 meter dengan debit air sekitar 150 meter per kubik itu. Air terjun ini tampak tinggi sekali dengan tebing bebatuan yang terlihat kokoh. Sekelilingnya adalah hehijauan yang sedap dipandang mata. Di bawah air terjun ini terdapat kolam kecil tempat kalian bisa berenang atau sekedar merendam kaki dan menikmati percikan air.
Air Terjun Tancak Jember |
Suasana hijau di sekitar Air Terjun Tancak |
Sungai di sekitar Air Terjun Tancak |
Air Terjun Tancak ini belum begitu ramai. Ketika kami ke situ, tidak ada wisatawan lain selain kami berdua. Atau karena saat itu kami datang di waktu hari kerja? Entahlah.
Kami menyusuri berbagai sudut lokasi tersebut untuk mendapatkan hasil gambar terbaik. Selesai berfoto dan beristirahat sejenak, kami memutuskan untuk kembali. Rute yang dilalui pun sama, yaitu kebun kopi, rimbunan bambu, dan kebun kopi lagi. Waktu yang kami tempuh pun hampir sama dengan waktu berangkat, yang tentunya dikurangi dengan waktu yang kami habiskan untuk nyasar tadi.
Artikel terkait:
BACKPACKING MURAH PACITAN 2 HARI 3 MALAM (2D3N): HARI KEDUA (18 OKTOBER 2014)
TRAVELING MURAH BANYUWANGI, TABUHAN, DAN BALURAN 3 HARI DUA MALAM (3D2N): HARI PERTAMA (17 APRIL 2016)
PERJALANAN TAK TERENCANA KE PULAU BALI 4 HARI 3 MALAM (4D3N): HARI PERTAMA (14 FEBRUARI 2014)
JELAJAH BROMO DENGAN MOTOR TRAIL: HARI PERTAMA (11 JANUARI 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar