Ke Bangkok tak lengkap rasanya jika belum naik tuk-tuk. Namun, kadang dilema juga karena tuk-tuk memang memiliki plus minusnya sendiri. Yang pasti, apapun risikonya, sekali saja sempatkanlah untuk naik tuk-tuk.
Tuk-tuk di Bangkok |
Lalu apa sih tuk-tuk itu? Tuk-tuk adalah kendaraan umum beroda tiga yang bisa ditemukan di beberapa daerah di Asia Tenggara, seperti Thailand dan Kamboja. Bentuknya sepintas memang mirip bajaj di Jakarta, tapi kondisinya jauh lebih bagus.
Di Thailand, ada beberapa jenis tuk-tuk. Di Bangkok, tuk-tuknya memiliki tempat duduk penumpang menghadap depan layaknya bajaj, berbeda dengan tuk-tuk di Phuket yang lebih besar dan lebar dengan kursi di bagian sisi kiri dan kanan kendaraan. Tuk-tuk ini merupakan alternatif transportasi di Bangkok selain taksi, Bangkok Mass Transit System (BTS), dan Mass Rapid Transit (MRT). Naik tuk-tuk tentu lebih memberikan sensasi "Bangkok" karena memang banyak warga lokal yang menggunakan moda transportasi ini. Selain itu, tuk-tuk juga memiliki sejarah yang panjang dan sudah beroperasi jauh sebelum ada moda transportasi lainnya.
Baca juga:
CARA NAIK BANGKOK MASS TRANSIT SYSTEM (BTS) ATAU SKYTRAIN DI BANGKOK, THAILAND
Tuk-Tuk di Phuket |
Tuk-tuk di Bangkok sebenarnya paling pas memuat 3 penumpang. Namun, bisa juga dinaiki hingga 4 penumpang karena ada kursi kecil di belakang sopir. Jika penumpang terlalu banyak, bisa jadi sopir menolak, menarik tarif lebih, atau mungkin menyarankan untuk menyewa lebih dari satu tuk-tuk.
Penumpang keempat duduk tepat di belakang sopir |
Awas Scam (Penipuan) saat Naik Tuk-Tuk
Dari banyak ulasan yang kami baca, memang ada banyak kasus penipuan (scam) yang dialami oleh turis saat naik tuk-tuk. Karena itu, wajib hukumnya membekali diri dengan informasi seputar scam tuk-tuk maupun jenis scam-scam lainnya yang biasa terjadi di Bangkok.
Pengalaman naik tuk-tuk kami memang belum terlalu banyak. Dan kebetulan kami mengalami scam ini pada saat pertama kali naik tuk-tuk.
Saat itu, kami sedang berada di Ratchaprarop Road dan bingung dengan kendaraan apa yang akan kami naiki. Pada saat bersamaan, muncul tuk-tuk menawarkan jasanya dan kami langsung mengiyakan. Kami mengatakan ingin ke Wat Arun dan dia menawarkan harga THB 200. Kami tak tahu harga dan mencoba menawar menjadi THB 100. Anehnya, dia langsung setuju.
Baca juga:
REVIEW WAT ARUN: WAT WARNA-WARNI DI TEPI SUNGAI CHAO PHRAYA, BANGKOK, THAILAND
Kami pun naik. Sopir tersebut tampak ramah. Dia bertanya kami dari mana dan apa pekerjaan kami. Di tengah percakapan, dia menawarkan kami untuk datang ke suatu floating market yang katanya sedang ada festival. Dari situ, kami, yang sudah berbekal banyak informasi, mulai curiga. Kami mengatakan tak punya banyak waktu karena akan segera kembali ke Indonesia. Dia menawarkan destinasi lain tapi kami menolak dengan alasan yang sama.
Modus satu gagal, sopir pun beralih ke modus selanjutnya. Dia menyarankan agar kami berbelanja dulu ke suatu tempat. Dengan alasan waktu, kami sekali lagi menolak ajakan palsunya itu. Sepertinya tahu kalau kami turis cerdas (hehe), dia akhirnya mengaku kalau dia ingin mendapat voucher bensin. Kami tak perlu membeli dan hanya perlu diam di toko, sambil akting mau belanja, selama kurang lebih 5 menit. Dengan begitu, dia bisa mendapat voucher bensin.
Merasa kasihan, kami pun setuju. Dia menurunkan kami di toko baju mahal yang menjual kain-kain dan jas mahal. Ah, kenapa harus diturunkan di tempat yang jelas-jelas kami tak akan bisa membeli. Toko itu sama sekali nggak matching dengan dandanan kami yang terlihat kere dan ala-ala mahasiswa berdompet tipis. Dan ini mempengaruhi akting kami. Merasa tak nyaman, kami keluar dari toko sebelum 5 menit.
Sopir tuk-tuk tadi tampak gusar. Begitu kami naik tuk-tuknya lagi, dia mengatakan sedang traffic dan lebih baik kami naik taksi. Dan kemudian tiba-tiba dia menurunkan kami di pinggir jalan, entah dimana, tanpa meminta bayaran. Dia berlalu dengan muka marah.
Sebenarnya, jika dia memberhentikan kami di tempat yang lebih "masuk akal", mungkin kami masih bisa bekerja sama dan mau berakting. Toh, kami juga tidak harus membeli. Hanya rugi waktu saja. Namun, ya itu tadi, tempat yang "super mahal" tadi bikin akting kami tak maksimal dan kami merasa tak nyaman melakukannya. Dan memang, katanya toko-toko semacam ini menjual barang yang tak begitu bagus dengan harga selangit.
Scam yang kami alami ini hanya sedikit dari banyak scam yang kemungkinan dilakukan oleh sopir tuk-tuk. Beberapa scam lainnya meliputi:
- Sopir membawa kita ke tempat yang bukan tujuan kita atau pura-pura nyasar
- Sopir memberi tarif yang terlalu mahal
- Sopir mengatakan tempat yang ingin kita tuju sedang tutup karena suatu acara
- Sopir menawarkan tur-tur khusus
- Sopir membawa kita ke toko permata yang menjual permata palsu
Taksi Seringkali Lebih Murah
Seringkali naik tuk-tuk kita lakukan lebih sekadar untuk memuaskan rasa penasaran dan ingin mendapatkan pengalaman daripada unsur praktisnya. Naik taksi seringkali jauh lebih murah, khususnya jika pergi berkelompok.
Kami sendiri sudah membuktikannya. Biaya naik taksi memang lebih murah dari harga yang ditawarkan oleh beberapa sopir tuk-tuk, khususnya untuk jarak yang lebih jauh karena tuk-tuk memang lebih cocok untuk jarak dekat saja.
Namun taksi memiliki kekurangannya sendiri. Para sopir taksi sering menolak untuk mengantar ke tujuan tertentu saat jam-jam sibuk karena takut terjebak macet.
Tarif Tuk-Tuk Bervariasi
Tuk-tuk memang berbeda dengan taksi yang memiliki argo meter. Untuk mengetahui tarifnya, kita tinggal mengatakan tujuan kita dan si sopir akan memperhitungkan harga yang sesuai. Kalau cocok, kita tinggal naik. Kalau nggak, ya cari yang lain.
Karena itulah, sangat disarankan untuk menawar. Rata-rata sopir tuk-tuk bisa berbahasa Inggris kok jadi pasti paham dengan angka yang kalian sebut. Sayangnya, mungkin tidak semua langsung mengiyakan penawaran kalian.
Pada beberapa kasus, ada supir tuk-tuk rese yang me-markup tarifnya. Dan ini merupakan salah satu hal yang harus diwaspadai.
Dalam pengalaman kami dua kali naik tuk-tuk dari daerah wisata menuju hotel, masing-masing sopir menawarkan harga berbeda dan memang cukup mahal untuk ukuran sana (tapi cukup murah untuk ukuran kita, apalagi jika berkelompok). Untuk tarif yang agak tinggi itu, mereka biasanya beralasan "far" atau "traffic".
Kecuali kalian sangat berpengalaman, kalian kemungkinan tak akan tahu mana tarif yang sungguhan atau yang di-markup. Pokoknya, kalau nggak sreg, ya nggak usah naik.
Waktu dan Lokasi Harus Dipertimbangkan Saat Akan Naik Tuk-Tuk
Dari pengalaman naik tuk-tuk yang tak begitu banyak, kami menyimpulkan bahwa tidak semua sopir tuk-tuk menyebalkan. Buktinya, kami juga pernah dapat sopir yang super baik.
Dari pengalaman itu, kami mencoba mencari clue mengenai kapan beredarnya sopir-sopir scam itu. Dan sepertinya, sopir scam beroperasi saat pagi karena saat itu masih banyak turis yang mau pergi ke suatu lokasi wisata dan masih punya banyak waktu senggang sehingga bisa "diarahkan" ke lokasi yang memungkinkan sopir tersebut mendapatkan voucher bensin.
Siang hari atau sore hari, saat turis sudah lelah atau juga saat Bangkok sedang sangat padat traffic-nya, sopir-sopir juga cenderung baik. Namun, saat traffic, kemungkinan kalian ditolak sopir tuk-tuk juga ada lho, khususnya jika lokasi yang kalian tuju harus melewati daerah yang padat lalu lintasnya.
Memang sih banyak yang menyarankan untuk nggak naik tuk-tuk saat peak hours atau jam sibuk (07.00-09.00 dan 16.00-19.00). Namun, jika itu satu-satunya pilihan, why not?
Clue kedua, sopir scam sepertinya mengincar turis yang akan menuju lokasi wisata. Turis yang meninggalkan lokasi wisata untuk pulang ke hotel/hostel sepertinya lebih aman dari scam.
Beberapa lokasi ramai seperti bandara dan Khao San Road juga rawan jadi incaran sopir-sopir scam ini.
Wajah Asia (Melayu) Sepertinya Menolong
Dari banyak kisah penipuan yang kami baca, rata-rata memang yang menjadi korban adalah bule Kaukasia a.k.a orang kulit putih. Mungkin karena dipikirnya mereka banyak uang kali ya. Selain itu, kurs juga tentu mempengaruhi. Terbukti, harga untuk bule kulit putih sering di-markup habis-habisan, berdasarkan artikel-artikel yang kami baca tersebut.
Meskipun hal ini tidak menjamin dan belum tentu benar, wajah Asia atau Melayu ini sedikit banyak menolong juga karena mungkin mereka berpikir kita uangnya nggak banyak (dan itu benar, hahaha).
Sopir Tuk-Tuk Ada Yang Santai, Ada yang Ugal-Ugalan
Kalian tidak bisa memilih sopir mana yang akan mengemudikan tuk-tuk yang kalian naiki, kecuali kalian hapal wajah mereka. Hahaha. Jadi sifatnya untung-untungan. Kalian bisa dapat sopir yang santai. Bisa juga yang ugal-ugalan.
Kebetulan, kami sudah pernah merasakan dua-duanya. Sopir yang santai cenderung kalem dan hati-hati dan kemungkinan membawa kalian melalui jalur normal. Mereka jarang ngebut sekali dan kalau kalian dikejar waktu mungkin agak sedikit menyebalkan juga.
Sementara itu, sopir ugal-ugalan seringkali ngebut dan ngerem mendadak. Tapi kalian akan dapat sensasi adventure-nya meski kalian harus selalu membaca doa sepanjang perjalanan. Dari pengalaman kami, sopir macam ini suka menghindari traffic dengan melewati gang-gang sempit. Namun, meskipun gangnya sempit, mereka tidak mengurangi kecepatan. Dan tentunya, di saat-saat seperti ini, baca doanya harus lebih serius ya. Namun, untungnya, mereka memang sudah sangat lihai dalam mengemudikan tuk-tuk tersebut.
Kelebihan Tuk-Tuk
Beberapa kelebihan tuk-tuk antara lain:
- Memberikan sensasi kelokalan Bangkok
- Memberikan sensasi petualangan, khususnya jika dapat sopir yang ugal-ugalan
- Super cepat
- Kendaraan terbaik untuk melawan kemacetan
- Kendaraan tak terlalu lebar sehingga bisa menyelip-nyelip mencari jalan di antara kemacetan atau masuk ke gang-gang sempit
Kekurangan Tuk-Tuk
Beberapa kekurangan tuk-tuk antara lain:
- Tidak ada standar harga
- Rawan scam
- Kebanyakan sopir ugal-ugalan
- Bising
- Tidak ada peralatan untuk keamanan (safety device)
- Tidak terlalu nyaman
- Kendaraan terbuka jadi penumpang bisa terkena debu dan asap kendaraan lain
- Kendaraan terbuka jadi harus ekstra hati-hati dengan anggota badan
Artikel terkait:
BACKPACKING MURAH PHUKET – BANGKOK, THAILAND 6 HARI 6 MALAM (6D6N): HARI KELIMA (19 AGUSTUS 2016)
CARA NAIK BANGKOK MASS TRANSIT SYSTEM (BTS) ATAU SKYTRAIN DI BANGKOK, THAILAND
PENGALAMAN NAIK PERAHU TURIS (TOURIST BOAT) MELINTASI SUNGAI CHAO PHRAYA, BANGKOK, THAILAND
CARA NAIK CITY LINE (AIRPORT RAIL LINK) DI BANGKOK, THAILAND
Wah mbak, Makasih banget, tulisannya sangat menerangkan bayangan saya yg masih gelap dan meraba2 ttg tuktuk dan Bangkok...
BalasHapusTulisannya lugas dan jelas dan ulasannya memuaskan. Tulis lagi yg banyak mbak.
Makasih, salam backpacker:)