Bromo memang mempunyai suatu aura unik yang membuat hampir siapapun yang pernah kesana jatuh cinta. Bromo—atau Wisata Gunung Bromo—merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Area Bromo ini memang menawarkan banyak spot menarik untuk dieksplorasi.
Untuk mendapatkan momen terbaik kalian, tentu kalian harus berwisata ke Bromo pada waktu yang terbaik. Lantas, kapan sih waktu paling tepat untuk mengunjungi Bromo? Saat musim hujan atau musim kemarau?
Sebenarnya pertanyaan ini bisa dijawab dengan terlebih dahulu mengetahui apa fokus utama kalian ketika mengunjunginya. Apakah itu melihat sunrise, naik ke kawah, atau lainnya?
Akan lebih baik lagi jika kalian bisa mengunjungi Bromo lebih dari sekali, di dua waktu yang berbeda, karena sensasinya memang lain. Di bawah ini akan dijelaskan perbedaan serta kelebihan dan kekurangan mengunjungi Bromo pada musim hujan dan musim kemarau.
Jika tujuan utama kalian adalah ingin melihat sunrise di Penanjakan, waktu terbaik tentu adalah musim kemarau. Pada musim kemarau, langit akan cenderung cerah tanpa awan sehingga kemungkinan besar kalian bisa melihat sunrise dengan bersih.
Karena alasan inilah, dan juga mungkin karena curah hujan yang sedikit, musim kemarau adalah peak season di Bromo. Jadi, pengunjungnya juga akan lebih banyak. Dan untuk penginapan, jika di low season masih bisa dinego atau ditawar, pada musim kemarau pemilik-pemilik penginapan akan lebih strict soal harga.
Di musim kemarau, suhunya juga lebih dingin. Perlengkapan tempur pun tentu harus lebih lengkap: jaket, sarung tangan, beanie dan bahkan penutup muka. Terutama jika kalian terbiasa hidup di daerah yang bersuhu panas seperti Jakarta atau Surabaya.
Pada musim kemarau, lautan pasir di Bromo dalam keadaan kering. Itu artinya, debu ada dimana-mana. Jika kalian mau naik ke kawah atau ketika sedang dalam perjalanan membelah lautan pasir, kemungkinan kalian akan sangat terkena debu yang bertebangan. Jadi, penutup muka memang wajib, terutama jika kalian naik kendaraan roda dua.
Kondisi pasir yang kering juga rawan membuat motor tergelincir. Jadi, kalian yang naik motor juga harus ekstra hati-hati.
Pada musim kemarau, daerah Bukit Teletubis atau Blok Savana akan cenderung kering dan tidak seindah ketika musim hujan. Bahkan, pada musim kemarau yang terlalu kering, rawan juga terjadi kebakaran. Jadi, bukannya tidak mungkin kalian mendapati daerah ini menjadi gundul dan gosong kehitaman.
Jika tujuan utama kalian adalah menikmati hijau-hijauan di Bukit Teletubis atau Blok Savana, tentu musim hujan adalah waktu yang tepat. Guyuran hujan akan membuat hijau-hijauan tumbuh subur. Segenap penjuru Blok Savana akan berwarna hijau indah dan instagrammable.
Pada musim hujan, suhu tidak terlalu dingin tapi juga masih dingin. Jadi, usahakan tetap membawa jaket dan sarung tangan khususnya jika kalian masih ingin mengejar sunrise di Penanjakan.
Dan untuk kalian yang ingin melihat sunrise, ada kemungkinan bahwa mendung akan muncul dan membuat sunrise tidak bersih. Atau bahkan bisa tidak terlihat sama sekali karena mendung terlalu padat.
Pada musim hujan, pasir Bromo menjadi padat. Itu artinya, perjalanan membelah lautan juga lebih aman karena kendaraan tidak rawan tergelincir. Jika kalian mau berfoto-foto di area Pasir Berbisik atau naik ke kawah, kalian bisa bebas dari debu yang beterbangan.
Namun, di musim hujan, ya seringkali hujan turun. Jadi, jika tidak ingin kehujanan, bawalah jas hujan. Dan ketika curah hujan sangat tinggi, ada risiko banjir juga. Maka dari itu, rajin-rajinlah memantau prakiraan cuaca jika berencana ke Bromo pada musim hujan.
Dan yang perlu diperhatikan adalah bahwa yang rawan banjir bukan hanya area Bromo saja, tapi juga akses menuju Bromo. Dalam perjalanan kami dari Surabaya ke Bromo tahun 2017 kemarin, kami sempat terjebak macet karena banjir di daerah Kraton, Pasuruan sehingga kami harus berbalik arah dan mencari jalur alternatif. Tentu ini akan sangat memakan waktu, tenaga, dan uang kalian.
Dari pengalaman kami beberapa kali mengunjungi Bromo, kami menyimpulkan bahwa waktu terbaik untuk mengunjungi Bromo adalah akhir musim hujan karena curah hujan sudah tidak terlalu tinggi (hanya gerimis tipis jadi mungkin tidak membutuhkan jas hujan), pasir masih padat, Bukit Teletubis masih hijau, dan mendung tidak terlalu banyak sehingga kemungkinan bisa melihat sunrise secara bersih juga lebih besar.
Namun, mengunjungi Bromo kapanpun tetap oke kok asalkan kalian sudah mencari info mengenai cuaca dan mempersiapkan diri dengan baik. Selamat mengeksplorasi Bromo.
Artikel terkait:
JELAJAH BROMO DENGAN MOTOR TRAIL: HARI KEDUA (12 JANUARI 2017)
Baca juga:
REVIEW WISATA GUNUNG BROMO: DARI SUNRISE PENANJAKAN HINGGA BUKIT TELETUBBIES
Untuk mendapatkan momen terbaik kalian, tentu kalian harus berwisata ke Bromo pada waktu yang terbaik. Lantas, kapan sih waktu paling tepat untuk mengunjungi Bromo? Saat musim hujan atau musim kemarau?
Sebenarnya pertanyaan ini bisa dijawab dengan terlebih dahulu mengetahui apa fokus utama kalian ketika mengunjunginya. Apakah itu melihat sunrise, naik ke kawah, atau lainnya?
Akan lebih baik lagi jika kalian bisa mengunjungi Bromo lebih dari sekali, di dua waktu yang berbeda, karena sensasinya memang lain. Di bawah ini akan dijelaskan perbedaan serta kelebihan dan kekurangan mengunjungi Bromo pada musim hujan dan musim kemarau.
Traveling ke Bromo di Musim Kemarau
Jika tujuan utama kalian adalah ingin melihat sunrise di Penanjakan, waktu terbaik tentu adalah musim kemarau. Pada musim kemarau, langit akan cenderung cerah tanpa awan sehingga kemungkinan besar kalian bisa melihat sunrise dengan bersih.
Pemandangan matahari terbit yang kami dapat saat berkunjung ke Bromo di musim kemarau |
Karena alasan inilah, dan juga mungkin karena curah hujan yang sedikit, musim kemarau adalah peak season di Bromo. Jadi, pengunjungnya juga akan lebih banyak. Dan untuk penginapan, jika di low season masih bisa dinego atau ditawar, pada musim kemarau pemilik-pemilik penginapan akan lebih strict soal harga.
Di musim kemarau, suhunya juga lebih dingin. Perlengkapan tempur pun tentu harus lebih lengkap: jaket, sarung tangan, beanie dan bahkan penutup muka. Terutama jika kalian terbiasa hidup di daerah yang bersuhu panas seperti Jakarta atau Surabaya.
Jaket tebal, syal, dan beanie untuk menghalau udara dingin musim kemarau |
Pada musim kemarau, lautan pasir di Bromo dalam keadaan kering. Itu artinya, debu ada dimana-mana. Jika kalian mau naik ke kawah atau ketika sedang dalam perjalanan membelah lautan pasir, kemungkinan kalian akan sangat terkena debu yang bertebangan. Jadi, penutup muka memang wajib, terutama jika kalian naik kendaraan roda dua.
Kondisi pasir yang kering juga rawan membuat motor tergelincir. Jadi, kalian yang naik motor juga harus ekstra hati-hati.
Pada musim kemarau, daerah Bukit Teletubis atau Blok Savana akan cenderung kering dan tidak seindah ketika musim hujan. Bahkan, pada musim kemarau yang terlalu kering, rawan juga terjadi kebakaran. Jadi, bukannya tidak mungkin kalian mendapati daerah ini menjadi gundul dan gosong kehitaman.
Traveling ke Bromo di Musim Hujan
Jika tujuan utama kalian adalah menikmati hijau-hijauan di Bukit Teletubis atau Blok Savana, tentu musim hujan adalah waktu yang tepat. Guyuran hujan akan membuat hijau-hijauan tumbuh subur. Segenap penjuru Blok Savana akan berwarna hijau indah dan instagrammable.
Pada musim hujan, suhu tidak terlalu dingin tapi juga masih dingin. Jadi, usahakan tetap membawa jaket dan sarung tangan khususnya jika kalian masih ingin mengejar sunrise di Penanjakan.
Dan untuk kalian yang ingin melihat sunrise, ada kemungkinan bahwa mendung akan muncul dan membuat sunrise tidak bersih. Atau bahkan bisa tidak terlihat sama sekali karena mendung terlalu padat.
Pemandangan matahari terbit yang kami dapat
saat berkunjung ke Bromo di musim hujan
|
Pada musim hujan, pasir Bromo menjadi padat. Itu artinya, perjalanan membelah lautan juga lebih aman karena kendaraan tidak rawan tergelincir. Jika kalian mau berfoto-foto di area Pasir Berbisik atau naik ke kawah, kalian bisa bebas dari debu yang beterbangan.
Debu Bromo menjadi padat pada musim hujan |
Pasir Berbisik |
Pelangi putih yang tak sengaja kami dapat saat melintasi Pasir Berbisik di akhir musim hujan |
Namun, di musim hujan, ya seringkali hujan turun. Jadi, jika tidak ingin kehujanan, bawalah jas hujan. Dan ketika curah hujan sangat tinggi, ada risiko banjir juga. Maka dari itu, rajin-rajinlah memantau prakiraan cuaca jika berencana ke Bromo pada musim hujan.
Dan yang perlu diperhatikan adalah bahwa yang rawan banjir bukan hanya area Bromo saja, tapi juga akses menuju Bromo. Dalam perjalanan kami dari Surabaya ke Bromo tahun 2017 kemarin, kami sempat terjebak macet karena banjir di daerah Kraton, Pasuruan sehingga kami harus berbalik arah dan mencari jalur alternatif. Tentu ini akan sangat memakan waktu, tenaga, dan uang kalian.
Waktu Terbaik untuk Mengunjungi Bromo
Dari pengalaman kami beberapa kali mengunjungi Bromo, kami menyimpulkan bahwa waktu terbaik untuk mengunjungi Bromo adalah akhir musim hujan karena curah hujan sudah tidak terlalu tinggi (hanya gerimis tipis jadi mungkin tidak membutuhkan jas hujan), pasir masih padat, Bukit Teletubis masih hijau, dan mendung tidak terlalu banyak sehingga kemungkinan bisa melihat sunrise secara bersih juga lebih besar.
Pemandangan matahari terbit yang kami dapat saat berkunjung ke Bromo di akhir musim hujan |
Pemandangan sekitar Bukit Jemplang terlihat sempurna di akhir musim hujan: hijau tapi suasana sekitar terlihat cerah tanpa awan |
Namun, mengunjungi Bromo kapanpun tetap oke kok asalkan kalian sudah mencari info mengenai cuaca dan mempersiapkan diri dengan baik. Selamat mengeksplorasi Bromo.
Artikel terkait:
JELAJAH BROMO DENGAN MOTOR TRAIL: HARI KEDUA (12 JANUARI 2017)
Sewa Jeep Bromo
BalasHapusRental Jeep Bromo
Sewa Jeep Murah