Hari: Kedua
Itinerary Biaya
Traveler: Kembar A, Suami Kembar A, Kembar B, Suami Kembar B
Starting point: Surabaya
Naik Kereta Probowangi Jurusan Surabaya – Karangasem
Pada perjalanan backpacking singkat kami ke Gunung Ijen kali ini, kami berempat memutuskan untuk naik kereta paling murah jurusan Banyuwangi, yaitu kereta ekonomi Probowangi, yang kebetulan berangkat sangat pagi, yaitu pukul 04.25. Kami berangkat ke Stasiun Gubeng sekitar pukul setengah empat dengan mengendarai Grab.
Kawah Gunung Ijen |
Setibanya di stasiun, suami Kembar B langsung membeli nasi bungkus sebagai bekal kami di kereta nanti. Sebelumnya, kami juga telah membeli air mineral kemasan.
Pada tanggal itu, jadwal salat Subuh di Surabaya adalah pukul 04.13 WIB. Jadi bagi kalian, khususnya orang Surabaya, yang menggunakan metode seperti kami, jika jadwal tidak berubah, kalian masih mungkin untuk salat di musala stasiun. Sebagai informasi tambahan, Kereta Probowangi tiba di Stasiun Gubeng sekitar 10-15 menit sebelum jadwal keberangkatan. Jadi, kalian tidak perlu kaget mengetahui kereta datang sebelum waktunya karena toh ujung-ujungnya kereta tetap akan berangkat minimal sesuai jadwal yang ada di tiket.
Waktu itu kereta berangkat tepat waktu. Setelah menemukan tempat duduk, kami manfaatkan waktu yang ada untuk tidur. Bangun-bangun, suasana di luar kereta telah mulai terang. Kami berempat memutuskan untuk memakan bekal sarapan kami.
Kereta terus berjalan dengan sekali dua kali berhenti agak lama karena berpapasan dengan kereta lain. Salah satu pemberhentian yang cukup lama, yaitu sekitar 7 menit, adalah di Stasiun Kalisat, Jember. Waktu itu sudah lumayan siang dan perut kami telah kembali keroncongan. Akhirnya para suami memberanikan diri keluar kereta, lalu keluar area stasiun dengan terlebih dahulu ijin ke petugas stasiun, dan akhirnya membeli pecel di luar stasiun.
Karena takut ketinggalan kereta, para suami hanya membeli dua bungkus. Jadi kami terpaksa makan sebungkus berdua. Hehehe. Pecelnya seharga IDR 10.000 dan rasanya enak. Waktu itu, sayur yang dipakai si penjual adalah sayur genjer, sesuatu yang asing bagi kami untuk dijadikan sayuran dalam pecel. Dan kami jadi lebih excited karenanya.
Akhirnya, setelah melalui perjalanan yang tidak sebentar, kereta sampai di stasiun tujuan kami, yaitu Stasiun Karangasem, Banyuwangi sekitar pukul 11.20.
Keluar dari stasiun, para suami langsung mengajak ngopi di warung di depan stasiun. Kami memesan masing-masing segelas kopi hitam.
Selesai ngopi, Kembar B menghubungi persewaan motor bernama Java Sunrise Tour yang telah kami pesan seminggu sebelumnya via Whatsapp. Kami memesan dua motor, Yamaha X-Ride untuk Kembar A dan suami, dan Honda New Vario 150 untuk Kembar B dan suami. Harga per motor adalah IDR 75.000 dan kami tidak diharuskan membayar DP. Hanya saja, kami nanti harus menyerahkan deposit IDR 200.000 di awal. Uang ini akan dikembalikan saat motor kembali tanpa cacat.
Pada saat ditelepon oleh Kembar B, petugas Java Sunrise Tour meminta kami untuk berjalan ke tempat mereka yang berjarak sekitar 200 meter dari stasiun, padahal berdasarkan perjanjian awal, motor kami akan diantar ke stasiun. Akhirnya Kembar B bilang, "Kalau tidak dijemput sesuai perjanjian, mending kami menyewa di dekat stasiun saja agar tidak usah berjalan kaki." Akhirnya petugas itu pun meminta kami menunggu pengantar motornya. Sebagai informasi tambahan, di dekat stasiun juga terdapat persewaan motor dengan penawaran yang lebih baik.
Kami menunggu 10 menit lebih sebelum akhirnya dua orang cowok cewek mengantarkan dua motor yang kami sewa. Setelah mengecek motor dan memberikan uang deposit IDR 200.000 dan dua identitas untuk masing-masing motor, kami pergi dengan mengendarai motor tersebut dan meninggalkan dua orang itu di stasiun.
Kami segera mencari masjid sebelum akhirnya menuju tempat makan yang kami inginkan, yaitu Alun-Alun Sritanjung, Banyuwangi. Dari awal kami memang berniat mencoba kembali makan rujak soto yang terkenal itu, yang sebelumnya telah kami coba pada perjalanan kami ke Baluran dua tahun silam. Dari Stasiun Karangasem, alun-alun ini bisa ditempuh sekitar 10 menit dengan motor.
Baca juga:
TRAVELING MURAH BANYUWANGI, TABUHAN, DAN BALURAN 3 HARI DUA MALAM (3D2N): HARI PERTAMA (17 APRIL 2016)
Dan sesuai rencana, kami berempat akhirnya makan rujak soto tersebut. Pada saat kami mencari tempat rujak soto ini, ada penjual lain yang menawari kami dagangannya berupa soto dan mengatakan bahwa makanan yang ingin kami beli sedang tutup. Jadi jika itu terjadi pada kalian, jangan langsung percaya ya. Harus dicari sendiri. Tempatnya sangat mudah dicari, yaitu dekat dengan pintu masuk alun-alun.
Selesai makan, kami langsung memulai perjalanan kami menuju Gunung Ijen. Kami mulai menyalakan GPS kami, tapi setelah menemukan satu papan petunjuk, kami matikan lagi GPS kami karena papan petunjuk arah menuju Gunung Ijen ternyata telah sangat lengkap.
Dalam perjalanan, tak lupa kami membeli bensin IDR 20.000 untuk masing-masing motor. Kami juga membeli masing-masing dua botol besar air mineral dan roti sebagai persiapan esok pagi.
Pada awalnya perjalanan kami menuju Gunung Ijen begitu mulus. Rute yang harus kami lalui dari arah Banyuwangi ini lumayan menanjak, tapi dengan kondisi aspal yang cukup bagus. Sampai di desa Tamansari kami berhenti untuk membayar restribusi desa sebesar masing-masing IDR 4.000 per orang.
Nah, setelah masuk wilayah inilah masalah mulai muncul. Motor Kembar A, X-Ride tahun 2014 yang ternyata hanya ber-CC 115 itu, hampir-hampir tidak bisa menanjak. Di banyak titik mereka tertinggal jauh di belakang dan bahkan harus berhenti sejenak untuk mengistirahatkan motor.
Akhirnya suami Kembar B punya ide. Kembar A ikut dia bonceng di motor Vario-nya. Jadi kami bonceng tiga. Hehehe. Jangan menganggap kami cabe-cabean ya. Ini terpaksa. Namun dengan kondisi seperti itu pun motor X-Ride yang digunakan suami Kembar A masih sangat kesulitan untuk menanjak. Meski begitu, kami tetap enjoy karena pemandangannya sangat indah dan hawanya sangat sejuk.
Dan alhamdulillah, akhirnya kami berhasil sampai di Pos Paltuding Gunung Ijen sekitar pukul setengah tiga sore. Paltuding ini terletak di kaki Gunung Ijen dan masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bondowosa. Di sini terdapat lokasi perkemahan, beberapa bangunan seperti penginapan (namun ternyata bukan), dan juga loket untuk masuk ke Gunung Ijen. Perjalanan yang kami tempuh untuk sampai di sini dengan segala tetek bengeknya tadi adalah sekitar 1 jam 15 menit.
Kabar Baik dan Kabar Buruk
Saat si Kembar sedang asyik berfoto-foto di area Paltuding, para suami tiba-tiba menghilang entah kemana. Muncul-mencul, mereka memberitahu kami dua kabar, yang satu baik dan yang satu buruk.
Kabar baiknya, ada persewaan tenda yang muat empat orang seharga IDR 150.000 per malam, lengkap dengan fasilitas selimut dan tikar tambahan. Si penyewa juga memiliki tenda-tenda lain berkapasitas dua orang yang disewakan dengan harga sama. Si Kembar pun langsung setuju dengan pilihan itu karena dari awal kami memang merencanakan untuk menyewa tenda.
Kabar kedua, yaitu kabar buruknya, adalah bahwa gerbang masuk ke Gunung Ijen baru dibuka untuk pendakian pukul empat pagi besok, jadi kemungkinan kami untuk mendapatkan blue fire sangat kecil. Meskipun sedikit kecewa, kami tidak syok karena kami dari awal memang tahu akan risiko itu. Bagaimana tidak, sekitar 2 atau 3 minggu sebelum kami ke sana keluar asap beracun dari Kawah Ijen dan pendakian Gunung Ijen ditutup selama 2 minggu. Jadi kami sebenarnya telah bisa menebak bahwa akan ada kemungkinan pendakian tidak berjalan secara normal. Di hari-hari biasa, menurut penuturan petugas, pintu gerbang Gunung Ijen akan dibuka pukul satu dini hari.
Akhirnya kami menyewa tenda tersebut dan segera meletakkan tas-tas kami di dalamnya. Tendanya bagus dan kokoh dengan merek Rei. Ukurannya juga cukup luas. Itu tersbukti dari Suami Kembar B yang bertinggi 176 bisa tidur di dalamnya dengan selonjoran tanpa menekuk kaki sama sekali.
Bagi kalian yang mau salat, banyak spot kosong yang bisa digunakan. Untuk wudu, ada toilet di sekitar tempat tenda-tenda ini didirikan. Kata petugas persewaan tenda, kami cukup bayar sekali saja, setelah itu jika ingin ke toilet tidak perlu membayar lagi. Hehehe. Lumayan.
Sekitar pukul 16.00, suami Kembar A mengajak kami ke lokasi wisata lain, yaitu Kalipahit yang hanya berjarak 2 km dari Pos Paltuding Ijen. Kalipahit ini masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bondowosa. Lokasi ini bisa ditempuh dengan motor selama 5-10 menit saja. Sangat dekat, kan?
Sesampainya di sana, kami ditarik retribusi oleh seorang petugas yang tampak tidak formal alias abal-abal. Tapi murah sih, yaitu hanya IDR 3.000 per orang, jadi kami baik-baik saja dengan itu. Meskipun sebenarnya bisa terkesan mahal jika dibandingkan dengan tiket Gunung Ijen yang hanya IDR 5.000.
Kami langsung berfoto-foto dengan spot berupa sungai ini. Sungai yang kami maksud di sini lebih tepatnya adalah ir terjun belerang. Air sungainya memang mengandung belerang dan berwarna putih. Dan mungkin jika dijilat akan terasa pahit persis seperti namanya. Tapi jangan dicoba ya, takutnya berbahaya.
Setelah puas berfoto-foto, kami kembali ke Pos Paltuding. Di tengah perjalanan, kami menemukan ada ladang kubis dengan panorama gunung yang sangat indah. Kami pun berhenti sejenak di situ untuk berfoto-foto. Narsis banget ya kami.
Sesampainya di Pos Paltuding, petugas persewaan tenda ternyata telah membuatkan kami api unggun di depan tenda kami. Dan para suami langsung keasyikan mencari kayu bakar.
Selesai salat Magrib, perut kami telah mulai keroncongan. Naik motor, kami segera menuju ke warung yang ada di bagian kiri Pos Paltuding tersebut. Di seberang jalan juga ada warung, tapi kami memilih yang ada di dalam area pos ini.
Nama warungnya adalah "Paltuding Ceria" Bu Im. Dari logatnya, kami menyimpulkan bahwa si pemilik adalah orang Madura. Waktu itu para suami memesan nasi goreng, sementara si Kembar memesan mi rebus tanpa telur dengan nasi terpisah. Pilihan di warung ini memang hanya nasi goreng dan mi instan. Pemiliknya sangat ramah dan baik. Harga makanannya juga sangat normal, tidak seperti di tempat wisata lain yang kadang di-markup parah. Bahkan kami dapat diskon. Alhamdulillah, rejeki anak saleh dan salehah. Wakakakak.
Sekitar pukul sepuluh kami putuskan untuk tidur. Kami set alarm kami pukul setengah empat pagi. Suasana sangat dingin waktu itu, jadi kami memakai peralatan tidur lengkap mulai dari jaket sampai sarung tangan dan kaos kaki.
Hari: Kedua
Itinerary Biaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar