Check-Out dari Hostel dan Berangkat ke Phang Nga
Hari ini, kami sudah bangun sebelum subuh dan segera bergantian mandi. Setelah selesai salat Subuh, sekitar pukul 5.30, kami segera duduk di depan meja makan kami seperti kemarin, siap untuk sarapan. Dan sarapan kali ini memang sama juga seperi kemarin, yaitu sereal, susu, dan roti.
Selesai sarapan, kami segera mengemasi semua bawaan kami. Sebenarnya ada sedikit perubahan rencana. Semula, rencananya, sepulang dari Phang Nga Bay kami kembali ke hostel dulu baru ke bandara. Setelah mempelajari peta dengan lebih detail, kami baru sadar jika jarak Phang Nga ke bandara lebih dekat daripada jarak Patong Studio Apartments ke bandara. Jadi, kami memutuskan untuk packing dan check-out hari ini sekalian meskipun kami sebenarnya masih mempunyai jatah satu hari lagi untuk menginap. Membawa barang banyak tak masalah karena toh tas kami nanti seharian akan berada di atas kapal.
Baca juga:
REVIEW PATONG STUDIO APARTMENTS: HOSTEL SUPER MURAH DENGAN FASILITAS SUPER KOMPLET DI PHUKET
Selesai packing dan memastikan tak ada yang ketinggalan, kami segera turun ke lobi di lantai satu. Saat check-out, tak lupa kami menyerahkan kunci dan mengambil deposit sebesar THB 150.
Menunggu Jemputan Minibus ke Por Pier
Selesai check-out, kami menunggu jemputan di depan seperti kemarin. Sembari menunggu, kami mengobrol dengan bapak penjaga yang super ramah. Kami juga bertemu dengan penginap lain dari Indonesia yang rupa-rupanya mau ke Phi Phi Islands hari ini.
Jemputan minibus yang katanya datang sekitar pukul 07.40 baru datang hampir setengah 9. Karena masing-masing dari kami membawa tas yang cukup besar, kami meminta sopir minibus tersebut untuk membuka bagasi dan Alhamdulillah tasnya bisa muat semua walaupun memang sangat ngepres. Hahaha.
Ketika kami berempat sudah duduk manis, minibus segera melaju. Kami masih harus menjemput beberapa orang lainnya lagi. Dan selama perjalanan itu kami tertidur.
Tiba di Por Pier
Kami tak tahu seberapa lama perjalanan kami saat itu. Tahu-tahu kami sudah sampai di suatu tempat pemberhentian. Keluar dari minibus, kami melihat banyak minibus lain berjajar di sekitar situ. Kami segera melapor ke seorang pria berseragam yang membawa catatan. Dia hanya menanyai dimana kami tinggal dan begitu menjawab "Patong Studio Apartments", dia langsung memberi kami stiker bertuliskan "Amazing Canoeing" yang ditempel di bagian dada seperti kemarin. Berdasarkan pengamatan kami, Amazing Canoeing hanya satu dari sekian perusahaan travel yang melayani tur ke Phang Nga Bay.
Di atas stiker itu juga tertera nomor urut kelompok kami, yaitu nomor 17. Petugas tersebut memperingatkan bahwa stiker itu tidak boleh hilang atau kami tidak akan mendapat makan siang. Entah itu serius atau guyon, yang jelas kami menanggapinya dengan serius. Bahkan kami mengamankan stiker di baju kami dengan peniti agar tak gampang lepas. Hahahaha.
Setelah mendapat stiker, kami masih harus menunggu lagi. Sembari menunggu, para peserta tur bisa menikmati snack dan kopi atau teh. Kami memilih teh karena sudah cukup kapok minum kopi rasa jamu.
Banyak sekali peserta tur hari itu. Rupanya, tim-tim yang ikut tur dibagi ke dalam beberapa kelompok, yang dibedakan dengan warna stiker. Kami yang mendapat stiker putih dipanggil paling akhir. Mungkin karena kami membayar paling murah kali ya. Entahlah.
Salah satu petugas dari Amazing Canoeing |
Dari bangunan tempat kami menunggu tadi, kami masih harus berjalan sekitar 500 meter ke arah Por Pier, tempat kapal kami berlabuh. Seorang pemandu yang memakai kaos pink menunjukkan jalan kepada kami. Begitu sampai di ujung pier, kami naik ke kapal satu per satu. Kami segera mencari tempat duduk yang kosong dan menaruh tas kami yang berat. Lokasi kami cukup nyaman dan tas kami bisa duduk manis di pojokan tanpa ada yang mengusik.
Tur Phang Nga Bay Dimulai
Sebelum berangkat, ketua pemandu mengingatkan kami semua untuk memakai safety jacket dan untuk tidak membuang sampah di laut karena daerah tersebut merupakan bagian dari Taman Nasional Phang Nga Bay. Ketua pemandu itu mempunyai nama panggilan Of (atau Off, entahlah). Bahasa Inggrisnya super bagus baik dari segi pengucapan maupun grammar. Selain itu, dia juga lumayan ganteng dan super lucu walaupun di lain sisi dia juga sangat tegas. Dia sempat memarahi beberapa peserta tur yang tidak mau memakai safety jacket.
Suasana di atas kapal |
Selain Of, ada seorang pemandu lagi. Berbeda dengan Of, pemandu satu ini genit dan sangat melambai. Namun, kami tidak tahu namanya karena memang dia tidak memperkenalkan diri.
Saat kapal mulai bergerak, kami dipersilahkan makan buah-buahan yang ditaruh di meja di tengah kapal. Baru beberapa detik saja, buahnya sudah habis. Buah yang disajikan sama dengan di Indonesia, seperti pisang dan rambutan.
Untuk minum, tersedia Coca-Cola dan jus nanas yang super segar. Selain itu, ada satu boks pendingin berisi banyak sekali air mineral gelas yang semuanya gratis. Disediakan pula bir bagi yang mau, tapi harus bayar.
Setelah beberapa saat, kapal mulai bergerak. Karena semua peserta hanya berada di satu dek, sementara dek bagian bawah tidak digunakan untuk penumpang, rasanya memang kami lebih terikat oleh suatu rasa kekeluargaan jika dibandingkan dengan perjalanan kami kemarin ke Phi Phi Islands.
Perjalanan dari Por Pier menuju daerah yang kami tuju memakan waktu sekitar satu jam. Pemandu kami menjelaskan rencana kegiatan yang akan kami lakukan pada hari itu: turun dan menikmati suasana Khao Phing Kan Island (James Bond Islands), renang di perairan sekitar Lawa Island dilanjut makan siang, naik kano di Hong Island, dan naik kano serta caving di Panak Island.
Of dan Mas-Mas Melambai |
Sekitar hampir satu jam kemudian, kapal kami berhenti di dekat Hong Island. Banyak kano bertebaran di lautan di bawah kami. Of menjelaskan bahwa kami hanya berhenti sesaat saja di situ karena para pengayuh kano tersebut sedang membawa makanan dari kapal kami ke kapal lain yang lebih kecil.
Pengayuh kano sedang mengirimkan makanan ke kapal lain |
Mengeksplorasi Khao Phing Kan Island (James Bond Island)
Selesai proses pengantaran makanan tadi, kapal kembali bergerak. Hanya beberapa menit sebelum akhirnya berhenti. Untuk mencapai tujuan pertama kami, James Bond Island, rupanya kami harus menggunakan kapal panjang kecil (long-tail boat). Jadi dari kapal kami, kami harus berpindah ke long-tail boat untuk menuju ke pulau tersebut. Karena ukuran long-tail boat tersebut kecil, harus dilakukan penjemputan dua kali agar seluruh peserta tur di kapal kami bisa terangkut.
Ternyata, di James Bond Island banyak sekali turisnya. Padahal, saat itu sedang low-season. Kami hanya diberi waktu kurang dari 30 menit untuk berfoto dan mengeksplorasi daerah tersebut. Jika long-tail boat sudah menjemput dan kami belum siap, pemandu mengatakan kami akan ditinggal.
Kami memanfaatkan waktu yang terbatas itu dengan segera mencari titik paling keren di pulau tersebut untuk berburu foto. Kami mendaki ke suatu tebing dan segera berfoto dengan latar belakang seastack yang termasyhur itu.
Kami tak bisa lama-lama di situ karena harus bergantian juga dengan turis yang lain. Dari titik itu, kami segera mengeksplorasi titik-titik lainnya yang menurut kami oke.
Di pulau ini juga terdapat toko suvenir. Kami tidak membeli apapun karena berpikir suvenir di tempat wisata populer seperti ini pasti sangat mahal.
Ketika jam menunjukkan waktu yang tadi ditetapkan oleh pemandu, kami beserta seluruh peserta tur sekapal segera menunggu berjajar di pinggiran pier.
Nyatanya, long-tail boat yang seharusnya menjemput kami tak kunjung datang. Of juga terlihat sedikit gusar. Setelah menunggu hampir setengah jam, akhirnya long-tail boat untuk kami tiba. Kami berempat ikut kloter penjemputan kedua.
Setelah kloter kedua tiba di kapal, Of segera mengabsen kami berdasarkan nomor kelompok. Begitu semua peserta telah lengkap, Of meminta maaf atas keterlambatan yang terjadi tadi dan waktu setengah jam yang terbuang percuma.
Makan Siang di Atas Kapal
Saat kami kembali ke kapal tadi, kami melihat bahwa di atas meja di tengah kapal sudah tersusun wadah-wadah berisi nasi, sayur, dan lauk. Kebetulan saat itu kami memang merasa sangat lapar.
Of mengatakan bahwa kami sudah waktunya makan dan bahwa makanan yang disediakan adalah makanan yang halal (atau halan menurut pengucapan orang Thai), jadi Muslim pun tak perlu khawatir untuk makan.
Peserta anak-anak didahulukan untuk makan, disusul wanita, dan terakhir pria. Memang makanannya sebagian besar adalah makanan vegetarian. Untuk sayurnya, mirip dengan tempo hari di Phi Phi Hotel. Sedang untuk lauknya, ada tempura sayur dari wortel, buncis, dan bawang bombay yang super lezat. Dan untuk tiap piring, dijatah satu potong ayam goreng yang super garing dan gurih.
Kami berempat makan dengan porsi kuli dan menyantap makanan seperti orang yang tidak makan tiga hari. Wkwkwk.
Berenang di Perairan Sekitar Lawa Island
Selesai makan, Of menjelaskan bahwa kegiatan kami selanjutnya adalah berenang-renang di perairan sekitar Lawa Island. Warna laut sudah berubah agak coklat karena air tengah surut. Katanya, kami bisa nyemplung dan berenang karena laut tak lagi dalam, yaitu hanya 4 meter. Hanya 4 meter katanya!!!
Si kembar yang tak bisa berenang pun sedikit pikir-pikir. Empat meter ini masih sangat dalam. Setelah diyakinkan bahwa mengenakan safety jacket sudah cukup aman, si kembar akhirnya berani nyemplung.
Sempat ada insiden kecil terjadi. Kembar A sempat megap-megap di air karena safety jacket-nya kurang rapat. Untung ada bule yang menolong. Setelah safety jacket dikecangkan, kembar A bisa kembali berenang dengan nyaman. Meskipun ada insiden tadi, secara keseluruhan, kami berempat menikmati berenang di perairan tersebut. Sayangnya, kami hanya diberi waktu 30 menit. Ketika 30 menit habis, peserta tur yang berenang terlalu jauh bahkan harus dijemput dengan kano oleh petugas.
Begitu kapal bergerak, hujan tiba-tiba turun. Penutup kapal dari plastik segera diturunkan agar bagian penumpang tidak terkena tempias hujan. Namun hujan tak berlangsung lama karena rupanya awan abu-abu gelap hanya mengumpul di satu titik di sekitar Lawa Island tadi. Mendekati Hong Island, hujan sudah sepenuhnya reda.
Naik Kano di Hong Island
Kegiatan selanjutnya yang harus kami lakukan adalah naik kano di Hong Island. Kami dipanggil berdasarkan nomor urut kelompok. Untuk canoeing di Hong Island, kami dipanggil dari nomor urut terdepan. Untuk canoeing di Panak Island, kami dipanggil dari nomor urut paling belakang. Saat itu ada 31 kelompok. Dan kami yang mendapat nomor 17 merasa sangat beruntung karena selalu berada di "tengah-tengah".
Begitu nomor 17 dipanggil, kami segera turun ke dek bawah, dan siap menunggu kano kami. Ada beberapa kano bergerak mendakati kapal kami.
Kami mendapat dua kano. Pengayuh kano untuk kembar A dan suami bernama Lis, dan pengayuh kano untuk kembar B dan suami bermama Chai.
Lis |
Chai |
Kano berjalan pelan menyusuri gundukan batu di tengah laut yang super besar. Untung pengayuh kano yang merangkap guide kami super kreatif. Dia memotret kami dari berbagai sisi.
Kami menyusuri batu-batu laut itu, melewati suatu yang tampak seperti gua tapi berlubang di bagian atas, kemudian muncul lagi di suatu area terbuka. Kami juga melewati lengkungan batu di pinggir tebing dan melihat batu-batuan tebing yang berbentuk unik.
Kano kami memutari tebing-tebing itu dan kami menuju ke kapal dari sisi lainnya.
Naik Kano dan Caving di Panak Island
Saat semua peserta tur sudah kembali ke kapal, Of menjelaskan bahwa untuk tujuan selanjutnya yaitu Panak Island, kami akan mendapatkan pengayuh kano yang sama jadi kami bisa memberikan tip kepada mereka.
Hanya beberapa menit dari Hong Island, kami telah tiba di perhentian selanjutnya. Dan benar saja, begitu nomor kami dipanggil, Lis dan Chai sudah tiba dengan kanonya masing-masing. Pada sesi kedua itulah kami memberikan tip kepada Lis dan Chai.
Hong Island ini lebih menarik karena selain canoeing, kami juga diajak caving. Jadi setelah canoeing memutari suatu batuan besar, kano diberhentikan di suatu dataran pasir.
Lis dan Chai segera membawa kami memasuki suatu gua. Gua itu gelap sekali dan keberadaan para pemandu yang membawa headlamp memang sangat membantu. Apalagi beberapa titik gua itu menjadi sangat rendah dan kami harus menunduk. Berjalan pun harus sangat hati-hati karena tak jarang ada cuatan batu tajam dari atap gua. Bagian bawah gua juga teraliri air laut setinggi betis yang membuat pergerakan kaki sedikit lambat. Karena banyak batuan tajam di daerah ini, dari awal kami sudah diharuskan untuk memakai alas kaki oleh petugas di kapal.
Setelah berjalan sekitar 100 meter, kami sampai di suatu bukaan melingkar yang dikeliling tebing batu dengan juluran hijau-hijauan di sana sini. Di dalam bukaan itu terdapat mangrove-mangrove berusia ratusan tahun. Selain itu, juga terdapat bongkah-bongkah batu unik di beberapa titiknya.
Kami hanya menghabiskan sekitar 10 menit waktu kami di situ karena kami sudah sangat kelelahan. Kami segera meminta Lis dan Chai untuk membawa kami kembali ke kapal.
Sesampainya di kapal, kami segera berganti baju dengan baju yang kering serta merapikan bawaan kami agar kami bisa segera siap turun nanti.
Pertunjukan Lady Boy di Atas Kapal
Dalam perjalanan pulang itu, Of mengatakan bahwa akan ada pertunjukan Lady Boy. Bagi siapa saja yang tidak berkenan untuk melihat, dipersilahkan untuk menunggu di dek bawah, khususnya anak-anak, karena penampilan Lady Boy nanti memang mengandung unsur-unsur dewasa. Kami melihat ibu-ibu Arab berjilbab membawa anak-anaknya turun. Beberapa peserta tur juga terlihat meninggalkan dek penumpang. Sebenarnya kami sendiri kurang sreg dengan Lady Boy Show ini tapi karena masih sangat kelelahan, kami memutuskan untuk tetap di dek atas.
Ketika musik diputar, tiga lelaki berpakaian perempuan dan berwig muncul. Salah satu dari mereka adalah guide kami yang super genit tadi. Mereka berjalan berlenggak-lenggok sambil mengedarkan toples untuk menaruh uang tip. Mereka juga menggoda para pria, termasuk suami-suami si kembar. Agak mengerikan juga. Saat lagu kedua berakhir, para Lady Boy pun mengundurkan diri dan kami juga bisa bernafas lega.
Kembali ke Por Pier
Perjalanan kami kembali ke Por Pier tadi memakan waktu kurang lebih satu jam. Kami yang dijadwalkan sampai di Por Pier pukul 17.00 baru tiba sekitar pukul 17.30.
Begitu pier kelihatan, kami segera bersiap di dekat bagian tepi kapal dan saat kapal sudah merapat, kami segera melompat ke bagian pier. Kami menjadi peserta yang keluar paling awal. Kami segera berjalan super cepat ke arah bangunan tempat kami berkumpul pagi tadi. Dalam benak kami, kami masih belum tahu harus naik apa ke bandara karena minibus kami sudah dijadwalkan mengantar kami kembali ke hostel di Patong sementara kami tidak tahu berapa waktu yang diperlukan untuk menuju bandara dari Por Pier dan jadwal penerbangan kami pun lumayan mepet.
Perjalanan ke Bangkok
Menuju ke Phuket Airport dari Por Pier
Kami segera menemui sopir minibus kami tadi. Kami bersyukur karena penumpang lainnya yang satu minibus dengan kami belum tiba sehingga kami bisa bernegosiasi dengan si sopir. Pemandu genit tadi tiba-tiba sudah berada di dekat kami dan mengetahui kami butuh tumpangan ke bandara, dia membantu negosisasi karena si sopir tak begitu memahami bahasa Inggris. Akhirnya, si sopir mau mengantarkan kami ke bandara tapi kami harus membayar THB 500. Kami langsung menyetujuinya karena budget taksi kami ke bandara sebenarnya adalah THB 800 seperti saat keberangkatan.
Setelah memasukkan tas ke bagasi seperti pagi tadi, kami segera duduk manis di dalam minibus. Perjalanan dari tempat tadi ke bandara memakan waktu kurang lebih setengah jam. Kami sangat lega begitu tulisan Phuket International Airport terlihat dari dalam minibus.
Kami segera melakukan self check-in di kiosk AirAsia.
Baca juga:
CARA SELF CHECK-IN AIR ASIA MELALUI KIOSK DI BANDARA
Selanjutnya, kami berencana mencari makan karena kami sudah sangat lapar. Kami sudah meniatkan untuk menjamak salat saat masuk Isya nanti karena waktu salat Magrib sudah hampir habis juga.
Sulitnya Mencari Makanan Halal di Phuket Airport
Saat sudah melalui pemeriksaan, kami bertanya kepada petugas di mana bisa membeli makanan halal. Ternyata restoran makanan halal ada di luar bandara. Kami akhirnya keluar lagi melalui pintu keluar. Tapi sayangnya, restoran halalnya tutup. Satu restoran di sampingnya tidak berlabel halal.
Akhirnya kami bertanya kepada orang di sekitar situ mengenai opsi restoran halal lain. Dia mengatakan bahwa ada kantin di lantai tiga. Akhirnya kami masuk lagi melalui pemeriksaan dan petugasnya malah tertawa-tawa karena kami baru beberapa saat yang lalu diperiksa.
Saat naik ke lantai tiga, ternyata kantinnya tidak menjual makanan halal. Akhirnya kami turun lagi ke lantai satu. Karena uang mulai menipis, Kembar B memutuskan untuk mengambil sedikit uang di ATM terlebih dahulu untuk sekadar jaga-jaga.
Baca juga:
CARA LENGKAP DAN MUDAH TARIK TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DEBIT INDONESIA DI MESIN ATM DI LUAR NEGERI
Selesai mengambil uang, kami melanjutkan mencari makan. Kami bertanya kepada seorang petugas bandara, dan katanya di minimarket lantai satu ada makanan halal. Benar juga! Ternyata minimarket di lantai satu itu menjual nasi kotak dengan lauk telur atau udang. Kami sangat lega karena akhirnya bisa mendapatkan makanan untuk makan malam.
Baca juga:
REKOMENDASI TEMPAT MAKAN HALAL DAN MURAH DI PHUKET, THAILAND
Karena tadi saat ke lantai tiga kami sempat melihat beberapa bule yang tiduran menepi di dinding, kami berinisiatif untuk naik lagi ke lantai tiga dan memakan makanan kami di sana. Memang lantai tiga itu tidak terlalu ramai. Hanya ada kantin di pojokan serta deretan kantor-kantor maskapai atau pemesanan tiket yang semuanya sudah tutup. Kami pun menepi di depan sebuah kantor yang tutup, menaruh tas kami, duduk, dan segera menyantap makan malam kami. Beberapa meter di samping kami seorang bule tengah tidur dengan pulasnya.
Selesai makan, kami sekalian salat karena musalanya memang terletak di lantai tiga. Selesai salat dan sedikit merapikan diri, kami turun untuk segera boarding karena jam sudah menunjukkan pukul 21.00.
Pesawat lepas landas pukul 21.50. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam. Kami tiba di Bandara Don Mueang Terminal Domestik sekitar pukul 23.10.
Bermalam di Don Mueang Airport
Saat tiba di Don Mueang Airport, kami masih bingung mau tidur dimana. Kami masih sempat men-charge ponsel kami di colokan-colokan yang ada di beberapa tiang yang kami lewati.
Beberapa saat kemudian, kami turun ke lantai bawah dan saat menoleh ke sisi kiri, kami melihat kursi-kursi kosong berjajar yang masih merupakan bagian dari terminal domestik. Kami memutuskan untuk tidur di situ.
Semuanya berjalan lancar. Kami semua sempat tertidur beberapa saat sebelum akhirnya seorang petugas membangunkan kami dan mengatakan bahwa kami tidak boleh tidur di situ. Dengan mata mengantuk, kami pun segera keluar dari area tersebut.
Kami kembali bingung harus tidur dimana. Suami kembar B berinisiatif mencari informasi dan akhrinya mengetahui bahwa banyak turis tidur di kursi-kursi di Terminal Internasional. Kami pun segera beranjak ke sana dan tidur di kursi yang kosong.
Jadi, bagi kalian yang ingin tidur di Bandara Don Mueang, tidurlah di Terminal Internasional, sekalipun kalian keluar dari Terminal Domestik. Dan jangan lupa bawa jaket tebal atau selimut atau baju rangkap karena AC di area tersebut sangat sangat dingin.
Artikel terkait:
CARA MEMESAN TIKET PESAWAT DI TRAVELOKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar