Terbang dari Changi Airport ke Phuket Airport
Kami bangun sekitar pukul 05.00 Waktu Singapura. Rasanya segar karena telah tidur semalaman. Setelah salat Subuh dan sedikit merapikan diri, kami segera mencari di mana gate kami untuk penerbangan selanjutnya. Sama seperti kemarin, mesin untuk mengecek boarding pass juga masih offline.
Baca juga:
PENGALAMAN TRANSIT DAN MENGINAP DI BANDARA CHANGI, SINGAPURA (SINGAPORE)
Kami melihat pada papan pengumuman jadwal, dan tidak seperti kemarin, kali ini kolom pada bagian transfer dan gate sudah terisi.
Kami segera bergegas menuju gate kami. Gate khusus penerbangan transfer memang dikumpulkan menjadi satu. Kalian hanya tinggal mengikuti petunjuk ke arah TRANSFER lalu mengikuti petunjuk selanjutnya untuk menemukan area transfer sesuai dengan huruf yang tertera di pengumuman.
Lokasi gate-gate transfer ini memang cukup jauh dari tempat tidur kami semalam. Tanpa travelator tentu perjalanan itu bisa sedikit melelahkan. Kami sangat bersyukur karena ada travelator yang memang sangat mempercepat dan meringankan perjalanan kami waktu itu.
Di ujung travelator sebelah kanan, ada petugas check-in dari beberapa maskapai. Karena tak keluar dari imigrasi sama sekali dan sudah langsung mendapatkan tiket terusan ke Phuket, kami tak perlu mendapatkan cap di paspor kami dan tak perlu check-in. Kami hanya bertanya apa yang harus kami lakukan selanjutnya. Petugas itu menyuruh kami langsung menuju ke gate yang sesuai dengan yang tertera di pengumuman. Setelah boarding, kami masuk ke dalam pesawat dan pesawat lepas landas sekitar pukul 08.20.
Baca juga:
CARA DAN TIPS MUDAH MEMBUAT PASPOR VIA ONLINE
Perjalanan dari Changi ke Phuket memakan waktu sekitar satu setengah jam. Kami tiba di Phuket International Airport sekitar pukul 09.10 waktu setempat dan segera mengurus imigrasi. Oh ya, waktu di Phuket ini sama saja dengan WIB lho, jadi jangan lupa mengurangi satu jam dari Waktu Singapura.
Tiba di Phuket Airport
Sejak keluar dari imigrasi, sudah banyak yang menyambut kami dengan sapaan "Assalamualaikum" sambil menawarkan taksi. Karena terlalu banyak pilihan taksi, kami memutuskan untuk keluar dulu. Keluar dari bandara internasional yang kecil itu, kami masih sedikit bingung. Dalam rencana kami, kami memiliki dua opsi untuk menuju ke hostel kami di Patong: naik taksi atau shared minibus. Untuk naik taksi ke Patong, kami harus membayar THB 800 yang artinya THB 200 per orang dan untuk shared minibus ke Patong kami harus membayar THB 180 per orang. Kami sempat berpikir untuk memilih shared minibus saja. Namun, petugas tempat kami memesan kendaraan tersebut (yang letaknya berjajar di depan pintu keluar bandara) menyarankan kami untuk menggunakan taksi saja karena selisihnya hanya THB 80 yang jika dirupiahkan hanya sekitar IDR 24.000. Dan lagi, jika menggunakan taksi, kami bisa langsung menuju ke tujuan kami. Sementara, jika menggunakan shared minibus, kami harus mampir-mampir ke lokasi mereka-mereka yang berbagi shared minibus tersebut dengan kami.
Naik Taksi Menuju Patong
Jadilah, kami membayar THB 800, mendapat semacam tiket, dan naik ke sebuah taksi. Kami mengatakan hendak ke Patong. Kami menunjukkan alamat Capsule Hostel yang memang telah tertera lengkap di dalam itinerary kami. Sopir itu manggut-manggut dan segera menyalakan mesin mobilnya membawa kami ke arah Patong (sepertinya). Oh ya, sopir yang mengantarkan kami ini seorang muslim, lho.
Supir Taksi Membelokkan Kami ke Agen Tur
Jarak Phuket Airport dan Patong ternyata lumayan jauh. Kami sempat beberapa kali tertidur. Si sopir kemudian mampir ke suatu tempat seperti hendak menanyakan alamat hostel kami kepada seorang wanita.
Taksi berhenti di depan kantor agen travel |
Mereka berbincang dalam bahasa Thai. Setelah selesai berbincang, wanita itu menanyai kami “Do you have any plan or tour?” Kami menjawab bahwa kami berencana ke Phi Phi Islands tapi belum melakukan booking dengan agen manapun. Dia menawarkan kami untuk masuk ke kantornya yang rupanya adalah sebuah kantor agen travel. Dari situ, kami menyimpulkan bahwa ini semua adalah bagian dari trik atau kong kalikong antara si pekerja travel dengan si sopir taksi tadi. Tapi tak apalah karena kami kan memang butuh juga.
Memesan Tur Phi Phi Islands dan Phang Nga Bay
Kami dibawa masuk ke dalam ruangan kantor tersebut. Si kembar duduk berhadapan dengan wanita tadi, sementara para suami menunggu di luar. Wanita itu memberikan brosur tur ke Phi Phi Islands yang harganya sekitar THB 2.000. Kami mengatakan dengan jujur bahwa harga tersebut melebihi budget yang telah kami rencanakan, yaitu sekitar THB 1.000. Akhirnya, dia menurunkan hingga THB 1.600 dengan menghilangkan paket snorkeling. Kami merasa tidak masalah karena dari awal kami memang tidak merencanakan untuk ber-snorkeling. Tapi kami masih tetap keberatan dengan harga tersebut. Akhirnya wanita itu berpikir lama sebelum akhirnya menguranginya menjadi THB 1.2000 dengan pertimbangan bahwa kami adalah orang Asia.
Kami sempat menawar hingga THB 1.000 tapi dia mengatakan jika kami membayar harga segitu, kami tak akan mendapatkan makan siang. Berpikir bahwa makan siang di tempat wisata mungkin jatuhnya akan jauh lebih mahal daripada THB 200, akhirnya kami sepakat dengan harga tersebut. Kami sempat menanyakan apakah dalam paket makan siang tersebut terdapat makanan halal. Dia menjawab bahwa semua makanannya justru halal karena memang sebagian pekerja di Phi Phi Islands adalah muslim.
Kami sekalian menanyakan harga untuk tur ke Phang Nga Bay yang memang merupakan bagian dari itinerary kami selanjutnya. Harga yang ditawarkan pertama kali cukup mencengangkan, yaitu THB 3.200. Tentu ini terlalu mahal karena kami hanya menyediakan budget sekitar THB 1.600. Dia sempat menurunkan hingga THB 2.000 tapi kami masih merasa terlalu mahal. Akhirnya, dia sepakat memberi harga THB 1700 dengan alasan bahwa itu untuk anak-anak atau siswa. Dia berpikir kami masih di bawah 25 tahun dan kaget begitu tahu kami telah berusia 28 tahun. Namun, dia mengatakan kami tak boleh memberitahukan umur kami jika ditanya untuk bisa mendapatkan harga tersebut.
Selain itu dia juga bilang bahwa kami harus berangkat tanggal 18 karena kapal yang berangkat tanggal 17 sudah penuh dan kapal tanggal 18 tersebut masih kurang 6 orang. Jadi, mungkin, dia mencari penggenap sehingga dia mau memberi harga segitu. Tapi justru memang tanggal segitulah yang kami cari, yang sesuai dengan itinerary kami.
Ketika semua harga sudah disepakati, wanita itu kemudian berniat menuliskan semacam nota. Dia menanyakan dimana kami tinggal dan kami menjawab “Capsule Hostel” sesuai yang tercantum di itinerary kami. Selanjutnya, dia menanyakan siapa yang namanya didaftarkan saat pemesanan hotel. Karena lupa, kami mencari hasil print out voucher hotel dan pada saat itulah kami baru sadar bahwa hostel yang kami pesan ternyata bukan “Capsule Hostel” melainkan “Patong Studio Apartment”. Rupanya, dulu kami mengubah hostel yang kami pesan tanpa sempat mengubah tulisan di itinerary kami.
Di satu sisi kami sangat kaget tapi di sisi lain kami juga sangat lega, karena jika kami tidak “dimampirkan” ke tempat ini, tentu kami akan diantarkan ke hostel yang salah.
Wanita itu juga menginformasikan bahwa untuk tur ke Phi Phi Islands kami akan dijemput sekitar pukul 07.00 dan untuk tur ke Phang Nga Bay kami akan dijemput sekitar pukul 07.40.
Selain kedua tur tersebut, wanita itu juga menawari kami Ladyboy Show di daerah Patong, tapi kami menolak.
Setelah melakukan pembayaran dan mendapatkan nota yang sesuai, kami segera masuk kembali ke dalam taksi. Pekerja travel tersebut telah memberitahukan sebelumnya kepada sopir taksi kami bahwa ternyata tempat kami menginap adalah Patong Studio Apartment.
Perjalanan dari kantor travel tadi ke hostel kami ternyata masih cukup jauh. Kami masih sempat tertidur beberapa kali. Begitu masuk daerah Patong, yang langsung menarik perhatian kami adalah adanya beberapa masjid yang kami lewati selama perjalanan. Dari situ saja kami sudah merasa lega. Benar apa yang dikatakan oleh beberapa blog yang kami baca bahwa komunitas muslim di Phuket dan Thailand bagian selatan memang cukup banyak.
Tiba di Patong Studio Apartment
Taksi menurunkan kami di depan Patong Studio Apartment. Pada saat check-in, kami menyerahkan voucher hotel dari Traveloka untuk menginap selama tiga hari. Resepsionisnya menanyai negara asal kami dan kemudian memberikan peraturan hostel dalam Bahasa Indonesia. Setelah kami selesai membaca, dia meminta salah satu dari kami untuk menandatangani surat perjanjian bahwa kami paham dan setuju dengan isi perjanjian tersebut. Beberapa peraturan yang kami ingat antara lain dilarang membawa minuman keras, dilarang merokok di dalam kamar, dan dilarang menempati kasur yang bukan haknya. Masing-masing peraturan memiliki denda yang cukup besar.
Baca juga:
REVIEW PATONG STUDIO APARTMENTS: HOSTEL SUPER MURAH DENGAN FASILITAS SUPER KOMPLET DI PHUKET
CARA MEMESAN HOTEL DI TRAVELOKA
Setelah melakukan check-in, kami segera naik ke kamar kami yang terletak di lantai 5. Walaupun dari luar terlihat kotor dan tidak terawat, ternyata hostel tersebut cukup bersih dan nyaman. Kamarnya cukup luas, kamar mandinya bersih, dan ada dapurnya pula yang menyediakan toaster, heater, dan air minum gratis. Dan karena saat itu memang low season, ruangan hostel kami juga tak terlalu penuh.
Mencari Makan Siang di Sekitar Hostel
Saat itu mungkin sekitar pukul 11.00. Perut kami sudah mulai keroncongan karena kami memang belum makan nasi dari kemarin, dan hanya makan roti yang kami bawa dari Surabaya. Setelah mengistirahatkan diri barang sejenak, kami segera keluar untuk mencari makan. Beberapa meter dari hostel kami, kami bertemu dengan seorang pekerja yang mengenakan jilbab. Kami bertanya kepadanya dimana restoran halal dekat sini. Ternyata tak berapa jauh dari tempat kami bertanya tadi, ada depot Harisa yang memang menjual masakan halal.
Baca juga:
REKOMENDASI TEMPAT MAKAN HALAL DAN MURAH DI PHUKET, THAILAND
Yang dijual di depot ini rata-rata adalah makanan seperti rendang dan kari. Kami mencoba kari ayam dan rebung serta rendang daging dan pisang muda. Makanannya enak tapi ingat, beberapa makanan memang sangat pedas. Kami juga mendapat air putih gratis. Sementara itu, para suami memesan kopi, yang rasanya sedikit aneh: seperti bercampur rempah atau jamu-jamuan.
Begitu selesai makan, azan berkumandang dari masjid yang ternyata letaknya tak seberapa jauh dari tempat kami makan. Selesai membayar, kami segera bergegas menuju masjid. Tak jauh dari Harisa tadi terdapat sebuah gang yang ternyata membawa kami langsung ke bagian belakang dari masjid yang bernama Masjid Nurul Islamiyah.
Gang menuju masjid |
Mengeksplorasi Phuket Town
Selesai salat, para suami bertanya kemana tujuan kami selanjutnya. Sesuai dengan itinerary, kami mempunyai jadwal ke Phuket Town. Namun, berdasarkan rencana awal, kami harus naik bus terlebih dahulu. Dan untuk naik bus itu, kami harus berjalan menuju Merlin Hotel Patong yang entah berada di mana. Dan bus akan berhenti beroperasi sekitar pukul 5 sore. Harganya memang cukup murah, yaitu THB 30 per orang.
Menyewa Motor di Patong untuk Eksplorasi Phuket Town
Namun, suami kembar A menyarankan untuk menyewa motor saja. Di dekat hostel tadi, dia melihat motor disewakan dengan harga THB 250. Siapa tahu di tempat lain bisa lebih murah. Dia mengatakan, walaupun memang lebih mahal daripada naik bus, naik motor akan lebih memuaskan, karena kita bisa bebas mengeksplorasi daerah Phuket. Dengan berbagai pertimbangan, kami akhirnya sepakat untuk menyewa motor saja.
Ternyata, tak jauh dari depot Harisa tadi, ada persewaan motor juga. Dan menyenangkannya, kami mendapat harga yang lebih murah, yaitu THB 200.
Baca juga:
SEWA MOTOR MURAH DI PHUKET: TIPS KELILING PHUKET SEPUASNYA
Tempat persewaan motor |
Pemilik motor menanyakan apakah kami mempunyai SIM karena memang beberapa bule di situ tampak kesulitan mengendarai motor. Begitu tahu kami punya SIM Indonesia, dia tampak lega. Setelah membayar dan meninggalkan satu paspor sebagai jaminan, kami pun cabut.
Setelah mengambil beberapa barang yang dibutuhkan dari hostel, kami segera berangkat menuju ke Phuket Town. Tempatnya memang lumayan jauh. Dan baru berapa saat kami berkendara, tiba-tiba hujan turun. Kami menepi di suatu tempat, yang kebetulan ternyata berjualan Nescafe. Para suami membujuk untuk membeli kopi untuk sekedar menghangatkan badan. Dan karena berpikir Nescafe mungkin rasanya akan lebih wajar, kami akhirnya mengiyakan. Nyatanya, rasa Nescafe sama-sama berbau rempah atau jamu-jamuan. Yikes.
Nescafe ala Thailand |
Narsis di Phuket Town
Tak berapa lama, hujan berhenti dan kami segera melanjutkan perjalanan. Berdasarkan petunjuk jalan, kami akhirnya menemukan Phuket Town. Setelah memarkir motor di parkir resmi pinggir jalan, kami segera hunting foto di seputaran tempat tersebut.
Sekilas, Phuket Town ini mengingatkan akan daerah di sekitar Little India. Ruko-ruko dengan cat yang manis dan berwarna-warni berjajar rapi. Dekorasinya juga jadul.
Agak menjauh dari ruko tersebut tersebar bangunan-bangunan jadul tapi sayangnya kurang terawat.
Puas mengeksplorasi, kami melanjutkan perjalanan. Saat melihat pom bensin di pinggir jalan, kami memutuskan untuk mengisi bensin terlebih dahulu, masing-masing THB 40.
Dan, untungnya, ternyata di depan pom bensin tersebut terdapat sebuah wat. Kami tak membuang waktu. Selesai mengisi bensin, kami segera masuk ke dalam halaman wat tersebut. Ini seperti bonus karena memang wat tersebut sebelumnya tidak masuk ke dalam itinerary kami.
Mampir ke Wat Mongkol Nimit
Wat yang belakangan kami ketahui bernama Wat Mongkol Nimit atau Wat Klang itu memang cukup indah. Walaupun tidak terlalu besar, ada beberapa bangunan yang berada dalam satu kompleks wat tersebut yang bisa dieksplorasi. Namun, yang paling menarik adalah bangunan yang paling depan, dengan atap tinggi dan dekorasi yang rumit.
Lampu jalan di seputaran Wat Mongkol Nimit |
Puas mengeksplorasi tempat tersebut, kami memutuskan untuk keliling di seputaran Phuket Town. Banyak bangunan yang menarik sebenarnya. Bahkan kantor-kantor pemerintahan pun menarik. Apa daya, tak semua orang bisa masuk sembarangan ke tempat-tempat seperti itu.
Belok kiri belok kanan, tiba-tiba saja kami telah sangat jauh meninggalkan Phuket Town. Saat itu, karena sudah lelah, kami memutuskan untuk pulang saja. Dan, ternyata kami sempat nyasar pula karena petunjuk jalan tidak ada di semua titik. Beberapa kali kami harus bertanya kepada beberapa orang yang kami temui di jalan ke mana arah menuju Patong.
Pada saat memutuskan untuk eksplorasi dengan kendaraan pribadi seperti ini, sangat disarankan bagi kalian untuk mengetahui secara pasti alamat kalian, mulai dari nama jalan, nama desa, kecamatan, dan kabupatennya. Karena, dari pengalaman nyasar kami tersebut, kami tahu bahwa petunjuk arah tidak selalu menyebut Patong Beach atau Patong, tapi beberapa kali juga menyebut Kathu, yang merupakan kecamatan dari daerah Patong tersebut.
Ternyata sudah masuk waktu asar ketika kami tiba di Patong. Kami langsung menuju ke Masjid Nurul Islamiyah. Saat itu, kami bertemu beberapa muslim dari Malaysia dan Bangladesh yang juga tengah menunaikan ibadah di situ.
Menghabiskan Malam di Patong
Makan Malam di Dekat Masjid Nurul Islamiyah
Selesai salat, kami kembali ke hostel dan memutuskan untuk mandi dan beristirahat. Rasanya capek sekali setelah perjalanan mengelilingi Phuket tadi. Kami baru keluar dari hostel ketika sudah mulai gelap, tepatnya beberapa saat sebelum azan Magrib berkumandang. Niatnya memang kami ingin ikut salat berjamaah. Kali ini kami memarkir motor di bagian depan masjid, yang menghadap ke jalan raya. Pada saat itulah kami tahu bahwa ada beberapa penjual makanan halal bertebaran di sekitar masjid. Selama azan berkumandang, kami juga mengamati bahwa banyak pria-pria bergamis berdatangan dari berbagai penjuru. Ada yang berwajah Melayu, India, dan Arab.
Selesai salat Magrib, kami memutuskan untuk makan di salah satu depot yang ada di seberang masjid. Sebenarnya, ada makanan seharga THB 50 per porsi tapi penjualnya tidak memiliki tempat duduk atau tempat makan. Akhirnya, kami memilih opsi lain. Tempat yang kami datangi menawarkan harga THB 70 per porsi dan meskipun harga itu lebih lebih mahal dari makanan kami tadi siang, tapi masih dalam taraf wajar jadi kami akhirnya mengiyakan.
Makanannya cukup enak. Dan memang kebanyakan makanan halal di Patong lebih terpengaruh budaya non-Thailand, seperti adanya rendang dan nasi briyani. Kami masing-masing juga mendapatkan sup bening yang sangat gurih dan menyegarkan.
Selesai makan, kami tak segera cabut karena ingin sekalian menunggu salat Isya. Dan begitu azan Isya berkumandang, kami segera membayar makanan kami dan kembali ke arah masjid.
Belanja di Supermarket di Dekat Patong Beach untuk Sarapan Esok Hari
Kami selesai salat berjamaah sekitar pukul 19.30. Rencana selanjutnya, kami ingin menghabiskan malam di sekitar Pantai Patong. Namun, sebelumnya, kami ingin berbelanja terlebih dahulu untuk sarapan esok hari sebelum memulai tur karena menurut pemikiran kami, kami besok harus berangkat sangat pagi dan pastinya tak akan sempat mencari makan di luar.
Rencananya kami ingin membeli mi instan. Namun, karena tidak menemukan mi instan yang berlabel halal, kami akhirnya ganti rencana. Pada saat kami menanyakan mi instan halal kepada petugas supermarket, rata-rata mereka menunjukkan mi instan rasa non-babi. Tapi, karena tidak tahu bahan-bahan apa saja yang digunakan, kami memutuskan untuk tidak membeli mi. Kami mencari aman dengan membeli sereal, susu, dan roti yang semuanya berlabel halal. Oh ya, sekedar informasi saja, masyarakat Thailand menyebut halal dengan "Halan"... Hahaha.... Jadi, jangan bingung ya...
Menikmati Semilir Angin Malam di Patong Beach
Selesai belanja, kami memacu sepeda motor menuju ke arah Pantai Patong. Secara sepintas, daerah ini mirip Kuta Bali, hanya dengan pengaturan yang lebih bagus. Dan karena saat itu sedang low season, daerah ini tidak sepadat biasanya. Kami memarkir motor kami di pinggir jalan dan segera berjalan mendekati pantai.
Ombaknya sangat besar dan anginnya juga bertiup sangat kencang. Memang, pantai ini bukan untuk berenang. Namun, yang menarik perhatian kami justru adalah beberapa lelaki yang berdiri di tepi pantai, melemparkan kail pancingnya ke tengah laut. Kami mengamati dan ternyata memang beberapa kali mereka berhasil menangkap ikan dengan ukuran yang cukup besar.
Beberapa orang tampak sedang memancing |
Kami juga tak lupa berfoto-foto di beberapa sudut pantai tersebut.
Sekitar pukul 21.00, karena sudah mengantuk dan mengingat besok harus berangkat sangat pagi, kami memutuskan untuk pulang. Tak lupa kami mengembalikan motor terlebih dahulu. Begitu paspor sudah kembali di tangan, kami berjalan pulang ke hostel dan siap untuk tidur.
Artikel terkait:
BACKPACKING MURAH SINGAPURA – MALAYSIA 5 HARI 4 MALAM (5D4N): HARI PERTAMA (17 AGUSTUS 2015)
CARA MEMESAN TIKET PESAWAT DI TRAVELOKA
SEWA MOTORNY BRP JM/.
BalasHapusItungan sewanya per 24 jam...
Hapus