Tampilkan postingan dengan label Kisah Perjalanan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Perjalanan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 Maret 2020

CERITA BACKPACKING DAN GAGAL MUNCAK DI MERBABU 3 HARI 3 MALAM (3D3N): HARI KETIGA (7 AGUSTUS 2019)

Hari:   Pertama   Kedua

Itinerary   Biaya



Kami bangun waktu Subuh dan solat di area dekat tenda dengan tubuh menggigil. Setelah itu, kami memutuskan untuk naik ke bukit yang ada di dekat situ untuk menikmati sunrise. Dua porter kami pun ikut.


Kami mengambil foto di beberapa titik. Dan begitu sunrise datang sekitar pukul 05.40, kami excited banget dan memanfaatkan waktu berfoto dan menikmati momen ini dengan sebaik mungkin. Entah kenapa momen matahari terbit selalu nyaman untuk dinikmati. Alhamdulillah walaupun nggak nyampe puncak, kami masih bisa menikmati sunrise seindah ini. Pada saat itu, porter utama juga menjepret kami beberapa kali dengan kamera DSLR-nya.


Puas menikmati sunrise, kami turun dan berfoto-foto di area sekitar tenda sebelum akhirnya kembali ke tenda. Pada saat ini, porter utama kami yang kemarin acuh menjelma menjadi orang yang sangat baik. Dia memasakkan nasi, telur, dan indomie goreng untuk kami berlima. Dan dia ngasih ke kami itu nggak kira2, banyak banget pokoknya sampai kami kenyang. Bahkan porter kedua juga memberi kami dua quaker oat kemasan besar yang barusan dia dapat dari pendaki lain.

Jumat, 14 Februari 2020

CERITA BACKPACKING DAN GAGAL MUNCAK DI MERBABU 3 HARI 3 MALAM (3D3N): HARI KEDUA (6 AGUSTUS 2019)

Hari:   Pertama   Ketiga

Itinerary   Biaya



Pagi ini, kami bangun sekitar pukul setengah lima dan terlihat telah ada beberapa pendaki lain yang baru saja tiba di lokasi basecamp Kang Tisna. Dari logatnya, sepertinya mereka orang Sunda.

Kami berniat untuk mengambil air wudu tapi ternyata airnya belum menyala. Kami pun berinisiatif untuk wudu di basecamp Pak Parman saja. Dari tempat kami, kami berjalan ke basecamp Pak Parman dan dengan berakting sok nyantai, kami diam-diam masuk ke basecamp tersebut dan berjalan terus ke arah toilet. Alhamdulillah petugasnya belum ada yang bangun. Yang kami lewati hanya segerombolan pendaki.

Selesai wudu, kami kembali ke basecamp Kang Tisna dengan menggigil. Setelah semua selesai salat, kami menghabiskan waktu dengan jalan kaki di sekitar basecamp dan berfoto-foto.

Rencananya, kami akan mendaki sekitar pukul tujuh. Itu pun kami harus menunggu kedatangan porter kami dari Boyolali, yang telah kami pesan beberapa hari sebelumnya via online di Surabaya. Karena sinyalnya agak buruk, proses komunikasi antara si porter dan suami Kembar A agak terganggu. Tapi Alhamdulillah tidak ada kendala yang serius.

Jumat, 10 Januari 2020

CERITA BACKPACKING DAN GAGAL MUNCAK DI MERBABU 3 HARI 3 MALAM (3D3N): HARI PERTAMA (5 AGUSTUS 2019)

Starting point: Surabaya

Traveler: Kembar A, Suami Kembar A, dan Kembar B


Persiapan perjalanan kali ini terbilang lebih ribet daripada biasanya karena tujuan utama kami kali ini adalah mendaki gunung, yaitu Gunung Merbabu. Kami sudah membeli beberapa makanan dan peralatan yang sekiranya akan kami butuhkan selama pendakian.


Seperti halnya pendakian di Gunung Prau, Dieng, pada pendakian kali ini kami juga berencana menggunakan jasa porter sekaligus menyewa alat dari penyedia jasa tersebut. Bedanya, jika ketika di Gunung Prau kami menyewa porter langsung di tempat, kali ini kami memesan terlebih dahulu setelah sebelumnya mengumpulkan data melalui browsing di Internet dan Instagram. Akhirnya kami deal dengan salah satu penyedia jasa dan akan bertemu dengan dua porter pada hari H pendakian, yaitu esok hari.


Hari ini, sebelum berangkat ke stasiun, kami membeli nasi bungkus untuk bekal yang rencananya akan kami makan nanti di kereta.


Jam 7.30, kami berangkat menuju Stasiun Gubeng dengan naik GoCar. Jalanan cukup lancar dan kami tiba sekitar 15 menit kemudian.


Jam 8 kurang, kami segera melakukan check-in menggunakan e-ticket/e-boarding pass yang telah kami proses sebelumnya melalui aplikasi KAI Access. Tak berapa lama kereta Pasundan pun datang dan berangkat tepat waktu pada pukul 08.10.


Baca juga: 

CARA CHECK-IN DI STASIUN KERETA API DENGAN FASILITAS E-BOARDING PASS DARI KAI ACCESS 


Kami sempatkan memakan nasi bungkus kami di dalam kereta. Selanjutnya, kami memanfaatkan perjalanan selama kurang lebih 5 jam itu untuk tidur.


Kereta tiba di Stasiun Purwosari pada pukul 13.00. Karena sudah masuk waktu Zuhur, kami memutuskan untuk salat jamak di musala stasiun.



Selesai salat, kami bergegas untuk mencari makan karena perjalanan setelah ini cukup panjang dan karena dikejar waktu juga takutnya kami tak bakal sempat makan siang nanti. Kami sempat galau mau makan di mana karena di dalam perjalanan non wisata kuliner seperti ini, kami memang cenderung berhati-hati dan berhemat dalam membeli makanan.


Akhirnya kami makan di sebuah warung di dekat stasiun dengan terlebih dahulu menanyakan daftar harganya. Ternyata ada yang harganya terjangkau. Kami memesan makanan termurah di warung itu, nasi pecel lauk telur ceplok dengan harga IDR 10.000 per porsi. Lumayan lah hehehe.


Selesai makan, kami berniat naik Batik Solo Trans (BST) untuk menuju Terminal Tirtonadi. Namun sayangnya, setelah melihat pada peta yang ada di Halte BST, kami tidak menemukan ada BST yang langsung menuju ke Terminal Tirtonadi. Akhirnya kami memutuskan untuk naik GoCar saja.


Driver GoCar menjemput kami pukul 14.15 dan kami tiba di Terminal Tirtonadi 10 menit kemudian.

Sesampainya di Terminal Tirtonadi, kami langsung disambut oleh beberapa kernet bus dari berbagai jurusan. Kami bilang mau ke Boyolali dan kami di arahkan ke bus jurusan Semarang. Oh ya, ada bus yang patas, ada pula yang ekonomi. Kalian bisa memilih yang sesuai budget. Saat itu kami memilih yang ekonomi dong tentu saja. Hehehe.


Dari terminal, bus berjalan menuju suatu tempat yang kemudian kami ketahui bernama “Pos Kontrol Terminal Tirtonadi”. Lokasinya ternyata cukup dekat dengan stasiun, tepatnya di depan kampus PGSD FKIP UNS di Jalan Slamet Riyadi. Kalau berjalan dari stasiun, kita hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja. Seandainya tahu hal ini, tentu kami tadi tidak perlu naik GoCar dan bisa lebih menghemat uang. Jadi, kalian yang mau ke Terminal Tirtonadi untuk naik bus jurusan Boyolali atau Semarang bisa menggunakan cara ini ya.


Bus ngetem di tempat itu cukup lama. Dari pertama datang sekitar pukul 14.30, bus baru berangkat lagi pukul 14.51.


Tak berapa lama, kernet menarik uang dari kami. Kami minta diturunkan di RSUD Pandan Arang sesuai dengan informasi yang sebelumnya telah kami baca di internet. Kami meminta kernet memberitahu kami jika sudah sampai. Masing-masing dari kami membayar IDR 15.000.


Pada sekitar pukul 15.30, kami diturunkan di gerbang masuk RSUD Pandan Arang. Kami bertanya ke seseorang di sekitar situ tentang angkutan yang menuju ke Cepogo, dan dia mengatakan bahwa kami harus berjalan ke perempatan lampu merah lalu belok ke kiri dan menunggu di sekitar situ. Dari titik kami diturunkan bus, kami masih harus berjalan sekitar 300 meter. Jadi, jika kalian menggunakan bus dari Solo, bilang saja “turun di perempatan lampu merah setelah RSUD Pandan Arang” sehingga kalian tak perlu berjalan terlalu jauh.


Kami menunggu dengan harap-harap cemas. Kami bertanya kepada bapak-bapak di sekitar situ mengenai mikrobus ke arah Selo. Bapak itu memberi tahu kami bahwa kami harus naik mikrobus ke Cepogo terlebih dahulu. Mikrobus terakhir jurusan Cepogo datang sekitar pukul 16.00. Kami sedikit deg-degan mengingat kami hampir saja ketinggalan mikrobus terakhir.


Bapak itu menambahkan bahwa mikrobus tersebut kemungkinan hanya sampai Pasar Cepogo dan dia tidak bisa memastikan apakah masih ada mikrobus yang menuju ke Selo. Hati kami sedikit gamang. Ah, yang penting sampai Cepogo dulu, pikir kami.


Tak berapa lama, datang tiga pemuda yang sepertinya juga akan mendaki karena masing-masing dari mereka membawa carrier besar. Mereka berdiri agak jauh dari tempat kami sehingga kami tak sempat bercakap-cakap.


Dan mikrobus yang kami tunggu muncul juga tepat pukul 16.00. Dan benar saja, ketiga pemuda itu juga ikut naik. Suami Kembar A mengajak mereka ngobrol dan memang benar mereka juga hendak mendaki Gunung Merbabu.


Duapuluh lima menit kemudian kami sampai di Pasar Cepogo. Semua penduduk lokal yang satu bus dengan kami turun di situ, menyisakan hanya kami berenam. Semula bapak itu hendak menarik ongkos IDR 6.000 per orang, yang menurut kami merupakan harga wajar untuk ongkos Boyolali – Pasar Cepogo. Namun, dia akhirnya menawarkan pada kami untuk menyarter busnya hingga ke Selo dengan biaya total IDR 200.000. Sebenarnya ongkos ini cukup mahal bagi kami. Namun, karena ongkos itu dibagi berenam akhirnya jatuhnya tidak terlalu mahal, yaitu hanya sekitar IDR 35.000 per orang. Kami berenam pun menyetujuinya.


Kami berangkat dari Pasar Cepogo pukul 16.30 dan tiba di Polsek Selo sekitar dua puluh menit kemudian. Seorang bapak menawarkan kami tumpangan menuju basecamp tapi kami menolak karena masih ingin mencari makan dan salat di area Selo tersebut.


Perut kami mulai keroncongan dan kebetulan di depan Polsek Selo, ada penjual mi ayam. Kami memutuskan untuk makan di situ saja.


Selesai makan, kami langsung menuju masjid yang berada tepat di depan warung tersebut karena saat itu memang sudah hampir masuk waktu Magrib.


Sesuai rencana sebelumnya, kami akan menuju basecamp dengan berjalan kaki dan tidak menyewa ojek. Hitung-hitung pemanasan. Namun, jika kalian mau menyewa ojek bisa juga kok. Kalian tinggal bertanya ke penduduk lokal yang ada di sekitar situ.


Selesai salat Magrib, pukul 18.00, kami mulai melakukan perjalanan. Sebenarnya dari masjid ada jalan lurus, entah menuju ke mana. Karena takut salah, kami memilih jalan di samping Polsek karena itu sesuai dengan arahan yang kami baca di internet.


Jadi, dari jalan masuk di sebelah kiri Polsek, kami berjalan lurus hingga menemukan pertigaan. Di pertigaan ini, kami belok kanan. Dalam proses ini, kami menemukan jalan yang ternyata mengarah ke masjid. Wkwkwk. Jadi, kalau kalian lewat gang di sebelah masjid ya bakalan lebih dekat.


Kami berjalan lurus hingga menemukan pos, kemudian belok kiri. Kami melewati deretan rumah-rumah yang masuk kawasan Kampung Homestay Damandiri. Kami kemudian belok kanan, dan lurus mengikuti jalan beton. Ada gapura, kami tetap lurus sampai tiba di pertigaan dengan rumah megah. Di situ, kami belok kanan dan lanjut mengikuti jalan beton, hingga tiba di sebuah gapura Kampung Basecamp. Dari Polsek hingga ke titik ini, kami menghabiskan waktu tepat 1 jam.


Kami berjalan dan menemukan sebuah pos. Di sini, ada petugas yang menarik uang untuk retribusi desa. Kami membayar biaya IDR 5.000 per orang dan setelahnya bebas memilih mau tidur di basecamp mana. Apakah gratis? Ya, kalian bisa tidur di basecamp manapun tanpa membayar alias gratis.


Semula kami ingin menginap di Basecamp Pak Parman. Namun, ketika sampai sana, suasananya ramai sekali, kurang bersih dan terlalu luas. Kami merasa bahwa istirahat kami nanti akan kurang nyaman.


Kami akhirnya memilih untuk tidur di Basecamp Kang Tisna yang tepat berada di samping Basecamp Pak Parman.


Saat itu, hanya ada kelompok kami dan satu kelompok lainnya. Kami segera membeli makanan dan minuman hangat ke ibu yang berjaga di situ.


Selesai makan dan salat Isya, kami memilih untuk langsung beristirahat. Dan bodohnya, peralatan kami seperti sleeping bag, dibawa oleh porter karena memang itu termasuk barang yang kami sewa. Alhasil, kami tidur dengan kedinginan dan hanya mengandalkan thermal blanket yang kami bawa. Namun, meksipun kedinginan, toh kami bisa tidur dengan cukup pulas.




Hari: Kedua Ketiga


Itinerary Biaya

Kamis, 04 Juli 2019

LIBURAN DAN WISATA KULINER SURAKARTA (SOLO) 3 HARI 3 MALAM (3D3N): HARI KETIGA (20 FEBRUARI 2019)

Sebagai bagian dari "living like a local", kami mengagendakan untuk renang dalam trip kami kali ini, terinspirasi dari perjalanan kami ke Semarang beberapa bulan lalu. Karena tidak ada kolam renang di hotel tempat kami menginap (dan jika berenang di Harris Hotel yang ada di sebelahnya tentu sangat mahal) kami mencari info tempat renang yang ada di Kota Surakarta.

Akhirnya, kami pun menemukan kolam renang yang agak jauh dari hotel, yaitu di Bengawan Sport Centre yang terletak di Jl. HOS Cokroaminoto, yang jaraknya sekitar 7 kilometer dari hotel kami.

Kami berangkat sekitar pukul enam pagi. Kami hanya bertiga karena Suami Kembar B masih ingin tidur-tiduran di hotel. Dalam perjalanan, kami menemukan ada penjual roti goreng di pinggir jalan. Kami membeli beberapa roti untuk sekadar pengganjal perut.

Kami tiba di tempat renang sekitar 15 menit kemudian. Tiket masuknya cukup murah yaitu IDR 15.000.

Untuk berenang di kolam dewasa, kalian diwajibkan memakai baju renang. Dan jika tidak mengenakan baju renang, kalian masih bisa berenang di kolam anak.

Karena tidak membawa baju renang, Kembar B akhirnya berenang di kolam anak ditemani oleh Kembar A sementara suami Kembar A berenang di kolam dewasa.

Kami berenang di situ selama hampir dua jam. Kami sebenarnya sedikit lupa waktu hingga akhirnya Suami Kembar B menghubungi dari hotel, mengatakan kalau dia sudah kelaparan. Wkwkwk.

Kami akhirnya segera membersihkan badan dan berganti pakaian kemudian bergegas menuju Warung Selat Mbak Lies yang memang sudah ada dalam itinerary kami.

Jarak warung ini dari kolam renang tadi adalah sekitar 6 kilometer. Google Maps membawa kami ke sebuah gang kecil yang sempat membuat kami berpikir kami salah arah. Ternyata benar, warung selat ini ada di sebuah gang kecil.

Kami memarkir motor di area sebelah warung. Warung Selat Mbak Lies ini memiliki dua bangunan yang saling berhadapan. Seorang bapak mempersilahkan kami ke suatu bangunan yang tampak lebih baru dan bersih karena bangunan yang lama masih dipel. Maklum, masih pagi. Kami memang pengunjung pertama saat itu.

Kami kemudian memesan 3 porsi selat untuk dimakan di situ dan 1 untuk dibungkus. Overall, kami suka dengan makanan ini. Memang cukup manis untuk lidah Jawa Timur, tapi makanan yang disajikan dalam satu porsi tersebut terasa sangat pas dan nikmat.

Selesai makan dan membayar, kami segera cabut. Namun, dalam perjalanan kembali ke hotel, kami sempatkan untuk melipir ke Benteng Vastenburg yang juga telah menjadi bagian dari itinerary kami, yang kebetulan lokasinya tak jauh dari satu dan berada searah dengan jalur pulang kami. Kami hanya berfoto di depan bangunan tersebut karena rupanya pintu gerbangnya dikunci dan memang sepertinya area ini tidak untuk dimasuki. Dari sini, kami bergegas kembali ke hotel.

Setibanya di hotel, kami segera menyicil packing karena kami akan check-out hari ini pukul 12.00. Setelah sedikit berdandan, sekitar pukul 10.00 kami keluar lagi. Tujuan kami kali ini adalah membeli serabi di Serabi Notosuman.

Lagi dan lagi, kami menggunakan Google Maps untuk menuju Serabi Notosuman. Di area tokonya, ada tempat khusus dimana kita bisa melihat karyawan yang sedang membuat serabi. Cukup unik untuk disaksikan.

Untuk membeli serabi, kalian harus masuk ke dalam toko. Kami membeli serabi campur, coklat dan original. Dan ternyata, serabinya uenak banget. Bikin pengen makan lagi dan lagi. Menurut kami berempat, serabi original jauh jauh lebih enak dan lebih recommended daripada serabi coklat. Kami hanya mencicip sedikit dan sisanya akan kami makan nanti dalam perjalanan.

Dari Serabi Notosuman, kami sempat galau, mau makan siang sekarang atau nanti mengingat saat itu masih pukul 11 lebih. Karena kami akan melakukan perjalanan ke Museum Manusia Purba Sangiran di Sragen setelah ini, kami memutuskan untuk memajukan jadwal makan siang kami.

Kebetulan dalam perjalanan menuju Serabi Notosuman tadi, kami melewati warung Tahu Kupat yang kemarin. Suami Kembar A memberi ide makan di situ dan kami semua mengiyakannya. Tahu Kupat ini termasuk makanan favorit kami sejauh ini dan yang pasti, harganya murah, yaitu hanya IDR 9.000 per porsi.

Selesai makan, kami kembali ke hotel. Kami sempatkan untuk mandi biar segar kembali dan menunggu azan agar bisa salat Zuhur di hotel. Setelah itu, kami baru check-out.

Sebelumnya, kami berencana untuk mengembalikan motor dan naik kendaraan umum ke Sragen. Namun, menimbang sulitnya kendaraan umum ke sana ditambah cuaca yang sedikit kurang mendukung, kami memutuskan untuk menambah masa sewa motor yang perhitungannya adalah 4.000 per jam per motor selama tidak lebih dari 6 jam. Jika lebih dari 6 jam akan dihitung sewa 1 hari.

Kami sempatkan mampir ke tempat Mbak Ayu tapi dia bilang "dikabari lewat whatsapp saja sudah cukup sebenarnya".

Dari tempat Mbak Ayu kami langsung menyalakan Google Maps dan melaju ke arah Museum Manusia Purba Sangiran. Di awal-awal perjalanan, kami masih dilewatkan di jalan besar yang banyak dilalui kendaraan umum. Mendekati lokasi, Google Maps membawa kami melalui jalan-jalan kecil pedesaan yang membelah persawahan, terhindarkan dari jalur yang ramai. Beberapa kali kami sempat berpikir kami tersasar, tapi Alhamdulillah ternyata Google Maps membawa kami di jalur yang tepat.

Kami akhirnya tiba di museum dalam waktu kurang lebih 1 jam. Kami langsung membayar tiket di pintu masuk. Di area museum, sudah terparkir beberapa bus pariwisata dari berbagai kota. Namun, secara keseluruhan, situasi relatif tidak terlalu ramai.

Para suami meminta istirahat terlebih dahulu di sebuah warung di area museum tersebut. Sementara Si Kembar hanya memesan kopi, para suami memesan kopi dan indomie plus telur. Harga makanannya terbilang murah mengingat ini adalah tempat wisata, dan yang pasti terdapat daftar makanan dengan rincian harga yang jelas jadi kami tidak takut kena zonk.

Selesai makan, kami masuk ke dalam museum. Ada pemeriksaan tiket di awal. Setelah itu, kami dibawa melewati lorong untuk menuju ruangan-ruangan di museum tersebut.

Dari lorong ini, kalian bisa melihat jembatan unik berbentuk tulang. Kalau ingin foto, segera berfoto saja karena kalau sudah memutar dan keluar lewat pintu keluar, kalian harus kembali ke pemeriksaan tiket di awal tadi karena tidak ada akses lain untuk menuju jembatan. Jembatan ini membawa ke area penjualan souvenir juga lho jadi kalau ingin membeli souvenir ya sekalian saja.

Setelah puas mengeksplorasi museum, berfoto-foto sekaligus membeli souvenir, kami segera cabut. Masih belum lama meninggalkan museum, gerimis mulai turun. Kami segera menepi dan memakai jas hujan. Semula kami berniat untuk berteduh tapi hujan malah semakin deras dan sepertinya tidak akan reda dalam waktu dekat.

Kami akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Karena tidak bisa lagi menggunakan handphone untuk melihat Google Maps, kami sempat bertanya kepada dua orang yang kami temui.

Alhamdulillah, dengan waktu yang lebih lama daripada saat berangkat tadi, berbekal arahan dari dua orang baik yang kami temui tadi, kami akhirnya bisa kembali ke Kota Surakarta dengan selamat dan cukup basah kuyup.

Kereta kami, yaitu Kereta Gaya Baru Malam Selatan jurusan Surabaya, baru akan datang sekitar pukul 20.00 dan saat itu masih belum ada pukul 1800. Kami sempat bingung mau kemana. Di tengah kegalauan, kami berbelok ke Taman Sriwedari berniat untuk sekadar makan atau bersantai, bermodal dengan gambaran mental di otak kami mengenai Taman Sriwedari yang didasarkan pada lagu Malik and D'Essentials.

Sayangnya, kami justru kecewa berat. Taman Sriwedari tampak tak terawat, kotor, dan bahkan bisa dibilang jorok. Apalagi dalam situasi hujan seperti itu. Si Kembar langsung merengek untuk segera meninggalkan tempat itu.

Kami segera browsing tempat makan yang kiranya enak dan nyaman, yang lokasinya tak jauh dari situ karena saat itu hujan masih terus mengguyur. Akhirnya pilihan jatuh di Solo's Bistro.

Tanpa menunggu lebih lama, kami pun cabut. Dalam waktu kurang dari 5 menit, kami telah tiba di Solo's Bistro.

Kami masuk dan segera memesan makanan. Sembari menunggu pesanan kami datang, kami juga memanfaatkan waktu untuk salat Asar dan sekaligus sedikit mengeringkan diri.

Ketika makanan kami tiba, kami segera makan dengan lahapnya. Makanannya enak dan harganya cukup terjangkau untuk kelas restoran seperti ini. Apalagi perut kami juga kelaparan setelah kena guyuran hujan sejak tadi.

Selesai makan dan membayar, kami masih bersantai sejenak. Kami menunggu hujan sedikit lebih reda sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan. Kami sedikit ngebut menuju ke tempat Mbak Ayu. Kebetulan Mbak Ayu sedang ada di depan rumah jadi kami yang sudah menggigil kedinginan ini tak perlu menunggu terlalu lama.

Dari jadwal pengembalian, kami hanya molor 4 jam jadi untuk dua motor itu kami hanya menambah IDR 32.000 yang sama Mbak Ayu dibulatkan menjadi IDR 30.000 saja.

Selesai mengembalikan kunci serta semua kelengkapan motor dan kartu identitas kami pun juga dikembalikan, kami segera berpamitan dan berlari kecil ke arah stasiun. Untung sudah ada jalur yang beratap dekat dengan pintu masuk stasiun jadi kami tak perlu terlalu lama kehujanan.

Waktu menunggu kereta yang masih cukup lama kami manfaatkan untuk berganti pakaian dan mengeringkan diri. Hujan tak kunjung berhenti, malah semakin deras. Kami bersyukur sekali sudah duduk nyaman di stasiun.

Kereta akhirnya datang pukul 20.00. Kami segera naik dan mencari tempat duduk kami. Tak berapa lama kami pun tertidur dalam perjalanan menuju Surabaya.


Sabtu, 22 Juni 2019

LIBURAN DAN WISATA KULINER SURAKARTA (SOLO) 3 HARI 3 MALAM (3D3N): HARI KEDUA (19 FEBRUARI 2019)

Lari Pagi di Gelora Manahan Solo


Pagi ini kami bangun pukul setengah lima. Dan setelah solat dan bersiap-siap ala kadarnya, Kembar A dan suaminya serta Kembar B berangkat ke Gelora Manahan untuk lari pagi. Suami Kembar B memilih untuk tetap tidur di hotel karena malas. Hahaha.

Lari pagi ini memang telah kami rencanakan di itinerary kami. Karena menurut kami, salah satu hal yang bisa dilakukan saat staycation adalah "living like a local" atau mencoba hidup seperti orang lokal, dan lari pagi adalah bagian dari itu.

Si Kembar hanya lari seadanya, sementara suami Kembar A malah sempat mengikuti senam pagi di suatu lapangan.

Kami memutuskan untuk keluar dari gelora menjelang pukul delapan dan berniat membeli salah satu makanan khas Solo, yaitu Cabuk Rambak. Namun, saat bertanya ke tukang parkir, dia mengatakan bahwa pedagang cabuk rambak di sekitar gelora sudah tidak jualan alias tutup permanen, sehingga akhirnya kami mencari alternatif makanan khas lain. Dalam perjalanan pulang, kami berbelol ke warung Tahu Kupat Pak Hadi yang terletak di Jalan Honggowongso. Tahu Kupat juga merupakan makanan khas Solo. Kami memesan tiga porsi untuk dimakan di tempat dan satu bungkus untuk suami Kembar B.

Sesampainya di hotel, kami segera mandi dan bersiap-siap. Setelahnya, kami segera berangkat ke destinasi berikutnya, yaitu Keraton Surakarta Hadiningrat.

Kulineran di Pasar Gede Harjonagoro


Dari Pop! kami melalui rute persis seperti waktu kami ke Tengkleng Klewer Bu Edi kemarin karena keraton ini memang terletak di area yang sama, yaitu di sekitar Alun-Alun Lor. Kami memarkir motor di sebuah halaman di dekat alun-alun dan berjalan kaki menuju ke arah keraton. Karena suasana cukup ramai oleh kendaraan, kami harus berjalan melipir di samping pagar-pagar tembok agar aman.

Tak berapa lama kami telah sampai di pintu gerbang yang mengarahkan kami ke sebuah halaman luas. Di ujung lain halaman, di sebuah bangunan entah apa, tampak tiga orang berpakaian seperti abdi keraton. Kami mendatangi mereka untuk berfoto sejenak, dan mereka meminta upah seikhlasnya.

Setelah berfoto, kami berjalan ke arah kanan, ke arah kendaraan lalu lalang. Sekitar 100 meter berjalan melewati jalanan berpaving, kami sampai di pintu masuk keraton.

Setelah kami membeli tiket, kami berempat masuk dan mulai menikmati suasana di dalam keraton. Karena ini sejenis museum, ya yang kita lakukan hanya melihat-lihat benda-benda bersejarah peninggalan keraton di dalamnya.

Tak lama kami di keraton. Setelah puas berkeliling, kami keluar dan berjalan kembali menuju ke tempat parkir motor. Sebelum itu, di halaman keraton kami sempat ditawari membeli foto yang ternyata sempat dijepret oleh salah satu fotografer saat kami berfoto dengan orang-orang yang berdandan seperti abdi keraton tadi, tapi kami menolak karena kami memang tidak menginginkannya. Kalau kalian mengalami hal serupa dan tidak mau membayar, ya bersikukuhlah untuk tidak membeli foto-foto tersebut. Pada akhirnya mereka akan menyerah dan tidak memaksa lagi.

Waktu itu cuaca sangat panas. Agak melenceng dari rencana awal, akhirnya kami memutuskan untuk berburu kuliner di Pasar Gede Harjonagoro. Kebetulan salah satu incaran kami adalah Dawet Telasih Bu Dermi yang cocok sekali dengan kondisi kami yang sangat kehausan.

Sesampainya di Pasar Gede Harjonagoro, kami sempat kebingungan beberapa saat sebelum akhirnya berhasil menemukan Dawet Telasih Bu Dermi. Untuk ukuran hanya dawet, bisa dibilang dawet ini cukup mahal, karena semangkok kecil berharga IDR 9.000.

Selesai minum dawet, kami lanjutkan mencari warung yang menjual makanan khas Solo yang lain, yaitu Brambang Asem. Dan kali ini, kami menemukannya dengan cukup mudah. Warungnya bernama "Makanan Khas Solo Lenjongan Bu Yuyun". Brambang Asem sendiri merupakan makanan yang bagi kami sangat aneh, karena terdiri dari sayur daun ketela rambat yang diberi kuah pedas yang dari rasanya sepertinya terbuat dari gula merah.

Selesai dari situ, karena panas yang terlampau menyengat, kami memutuskan untuk kembali saja ke hotel dan beristirahat sampai Asar.

Makan Nasi Buntel Tambak Segaran


Selesai mandi, solat Asar, dan sedikit berdandan, kami berburu kuliner lain yang agak berat, karena dari tadi siang kami memang belum makan makanan berat. Jadi sebenarnya, ini adalah makanan siang yang terlambat.

Kali ini, telah kami rencanakan dari awal untuk makan sate buntel, tapi kami mampir sejenak untuk membeli leker di daerah Gajahan terlebih dahulu. Perbedaan leker di Solo dengan leker-leker di tempat lain adalah, leker di Solo sangat gendut dan berharga IDR 4.000 & IDR 6.000 per buah tergantung isinya (leker di Surabaya sangat tipis dan hanya berharga IDR 500/buah). Yang kami kunjungi waktu itu adalah Leker Gajahan Bapak Fatoni yang kabarnya juga termasuk makanan legendaris di kota ini.

Waktu itu suasananya agak gerimis. Kami memakannya di tempat, sekalian menunggu gerimis mereda. Selesai makan, gerimisnya ternyata memang telah mereda. Alhamdulillah. Kami melanjutkan perjalanan untuk berburu Sate Buntel Tambak Segaran yang terletak sekitar 3 km dari tempat itu.

Dan lagi-lagi, Sate Buntel Tambak Segaran adalah makanan yang juga legendaris. Sate ini telah ada sejak tahun 1948. Ada beberapa menu olahan kambing di warung ini selain menu utamanya yang berupa sate buntel tersebut. Sate buntel sendiri merupakan sate yang terbuat dari cincangan daging kambing yang dibungkus dengan lemak kambing yang kemudian dibakar.

Karena suami Kembar B mengalami pusing-pusing setelah makan Tengkleng Klewer Bu Edi kemarin, diduga karena kolesterol naik, suami Kembar B tidak berani memesan sate ini, dan ganti memesan menu lain, yaitu nasi goreng kambing dengan pertimbangan yang menggunakan daging kambing paling sedikit (tapi ternyata isinya malah jeroan kambing, hehehe). Yang memesan sate buntel ini hanya si Kembar, sementara suami Kembar A memesan gule kambing. Dan secara keseluruhan, semuanya enak.

Selesai makan, karena hari telah menjelang senja, kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Kami baru keluar lagi dari hotel pukul delapan lebih karena di luar ternyata masih hujan.

Makan Malam di Bakso Titoti


Kami bingung mau makan malam apa, dan akhirnya suami Kembar A mengajak kami untuk mencoba bakso solo di kota asal bakso ini. Akhirnya kami berbelok ke sebuah warung bakso bernama Titoti. Tentu tidak ada tulisan "bakso solo" nya, Guys. Kami di sana tidak lama, karena tak berapa lama setelah makanan kami habis, warung bakso tersebut tutup.

Setelah makan bakso, dengan perut yang telah kekenyangan, kami masih memutuskan untuk mampir di suatu angkringan untuk membeli sundukan dan kopi item. Selesai dari situ, kami kembali ke hotel, dan bersiap-siap tidur.

Jumat, 14 Juni 2019

LIBURAN DAN WISATA KULINER SURAKARTA (SOLO) 3 HARI 3 MALAM (3D3N): HARI PERTAMA (18 FEBRUARI 2019)

Hari:   Kedua   Ketiga

Itinerary   Biaya



Starting point: Surabaya
Traveler: Kembar A, Suami Kembar A, Kembar B, dan Suami Kembar B

Berangkat Menuju Surakarta dengan Kereta Pasundan


Kami sudah tiba di stasiun Gubeng sekitar pukul 07.30. Semua berjalan lancar dan Kereta Pasundan pun berangkat pukul 08.10.


Dalam perjalanan, tak lupa kami mengkonfirmasi keberangkatan ke pemilik persewaan motor Setasiun Motorent yang sudah kami hubungi sehari sebelumnya.

Tak ada hambatan selama perjalanan dan kami tiba tepat waktu di Stasiun Purwosari sekitar pukul 13.00.






Setelah menghubungi pemilik motor, kami diberi kontak Mbak Ayu yang selanjutnya akan mengurusi masalah persewaan.

Oleh Mbak Ayu, kami diminta langsung datang ke rumah saja yang ternyata lokasinya sangat dekat, yaitu di gang samping stasiun. Dari mulut gang, kami masih harus berjalan sekitar 50 meter.

Proses menyewa motor ternyata sangat mudah. Kami hanya perlu memberikan satu kartu identitas untuk jaminan. Setelah melakukan pelunasan, sebesar IDR 150.000 per motor untuk dua hari, kami segera melakukan pengecekan kelengkapan, berupa helm dan jas hujan.

Mencicipi Nikmatnya Tengkleng Klewer Bu Edi


Dari persewaan motor, kamu langsung menuju destinasi pertama kami, yaitu Tengkleng Klewer Bu Edi yang merupakan salah satu makanan legendaris yang ada di Kota Solo.

Kami menyalakan Google Maps dan ternyata lumayan dekat, hanya sekitar 5 km saja dari Stasiun Purwosari. Saat masih berada di Jalan Slamet Riyadi, gerimis yang sudah sejak di persewaan mulai turun semakin menderas. Kami terpaksa menepi dan memakai jas hujan yang tersedia di jok.
Gerimis yang cukup deras itu tidak membuat kami membatalkan rencana ke Klewer Bu Edi karena dari informasi yang kami dapat, jam bukanya sangat terbatas dan tengklengnya pun sangat cepat habis.

Dengan panduan Google Maps, kami akhirnya tiba di area Pasar Klewer. Namun, di situ kami sedikit kebingungan karena rupanya Tengkleng Klewer Bu Edi ini tidak terletak di pinggi jalan. Akhirnya kami bertanya ke seorang bapak yang ada di dekat situ. Dari bapaknya, kami dapat ancer-ancer menuju tempat yang kami cari.

Jadi, penandanya, sebelum masuk ke suatu gapura yang mengarah ke Pasar Klewer, kalian harus berbelok ke kanan dan warung tengkleng ini terletak di deretan warung-warung di sekitar situ.






Kami segera mengantri untuk memesan tengkleng. Cukup ramai tapi tidak sangat ramai. Mungkin karena saat itu hari kerja.



Kami memesan 5 porsi tengkleng biasa dan 4 gelas es teh. Harga tengkleng per porsinya memang cukup mahal, yaitu IDR 30.000. Namun memang isinya cukup banyak dan rasanya sungguh luar biasa enak.


Beristirahat di Pop! Hotel Solo


Setelah menyelesaikan makan siang kami, kami segera bergerak ke arah hotel kami, Pop! Hotel yang lokasinya dekat dengan Stasiun Purwosari. Setelah memarkir motor, kami segera melakukan check-in. Prosesnya cukup lancar dan tak begitu lama. Kami menyerahkan deposit 200.000 untuk dua kunci. Kami juga harus meminta stempel untuk tiket parkir motor kami. Dan ini terjadi setiap kali kami keluar dan kembali memarkir motor di tempat parkir hotel.


Kami naik ke lantai 6 tempat kamar kami berada. Berdasarkan ketersediaan kamar, kamar yang kami huni agak berjauhan meskipun masih berada di satu lantai.

Berbeda dengan Pop! Hotel Pemuda Semarang, di sini kami tidak mendapatkan view yang menarik. Jika Kembar A dapat view taman, Kembar B malah hanya dapat view bangunan sebelahnya, yaitu Harris Hotel.




Karena masih lelah dan hujan juga belum reda malah semakin deras, kami memutuskan untuk beristirahat dan bersantai terlebih dahulu.

Mencoba Timlo Sastro yang Legendaris


Kami baru keluar lagi selepas Asar. Tujuan kami selanjutnya adalah Timlo Sastro 2 yang ada di Jalan Dr Wahidin. Tempatnya tak begitu jauh. Kami tiba di sana sekitar 4 kurang.


Sebenarnya yang lebih legendaris adalah Timlo Sastro yang satunya yang ada di Jalan Kapten Mulyadi. Namun, karena warung itu sudah tutup pukul 15.30, kami memutuskan untuk makan di cabangnya ini.


Kami memesan empat timlo komplit dan dua nasi. Terus terang ini adalah pertama kalinya bagi kami berempat untuk makan timlo. Timlo ini adalah makanan berkuah yang isinya terdiri dari potongan rempelo ati, semur telur bebek, dan sosis solo. Menurut kami, rasanya cukup aneh untuk lidah kami. Meskipun kami bisa menghabiskan porsi kami, tapi sepertinya kami tidak akan mengulang makan di sini lagi.




Dari Timlo Sastro, kami kembali ke hotel dan memutuskan bersantai sejenak menunggu waktu Sholat Magrib dan Isya.


Makan Malam dengan Nasi Liwet Bu Wongso Lemu


Selepas Isya, kami masih bersantai saja di dalam kamar. Perut juga masih penuh. Rencananya, kami mau makan agak malam lagi nanti.

Kami baru keluar hotel pukul 21.00. Kami langsung bergerak ke arah Nasi Liwet Bu Wongso Lemu yang ada di Jalan Teuku Umar, yang lokasinya sangat dekat dengan hotel.


Kami memesan nasi liwet dada, sayap, dan suwiran.



Menurut si kembar, rasa nasi liwet kurang cocok di lidah. Mungkin agak sedikit asin untuk lidah Surabaya. Wkwkwk. Namun, para suami tampaknya lahap-lahap saja memakan nasi liwet ini.


Selesai makan, kami sempat memutari kota sebentar sebelum akhirnya kembali ke hotel dan tidur.


Hari:   Kedua   Ketiga

Itinerary   Biaya


Kamis, 24 Januari 2019

LIBURAN DAN WISATA KULINER SEMARANG 2 HARI 2 MALAM (2D2N): HARI KEDUA (22 NOVEMBER 2018)




Hari: Pertama




Kami bangun setengah lima hari ini. Setelah salat Subuh, kembar A ke kamar kembar B, dan kami berniat menghabiskan pagi leyeh-leyeh di hotel dan baru akan memulai jalan-jalam sekitar pukul delapan, sementara suami Kembar A lari pagi di sekitar hotel.

Tapi baru beberapa menit di kamar, suami Kembar A memamerkan suasana pagi yang menyenangkan di taman Tugu Muda, atau di depan Lawang Sewu. Akhirnya sekitar pukul enam, si kembar tergoda untuk menyusul suami Kembar A ke sana, tanpa mandi dan tentunya tanpa make-up.

Ternyata menghabiskan pagi di kota orang dengan jalan-jalan pagi itu lebih menyenangkan. Kami mendapatkan spot foto yang lebih menyenangkan dari titik di Tugu Muda ini, di suasana yang sepagi ini.

Setelah matahari semakin naik, kami bertiga kembali ke hotel. Setelah mandi dan bersiap-siap, sekitar pukul delapan kami keluar dari hotel dan menuju depot Soto Ayam Selan, yang lagi-lagi merupakan makanan legendaris Semarang.

Jumat, 14 Desember 2018

LIBURAN DAN WISATA KULINER SEMARANG 2 HARI 2 MALAM (2D2N): HARI PERTAMA (21 NOVEMBER 2018)



Hari: Kedua



Starting point: Surabaya
Traveler: Kembar A, Suami Kembar A, dan Kembar B

Perjalanan Menuju Stasiun Pasar Turi 


Begitu selesai salat Subuh, sekitar pukul 04.30 kami segera memesan GoCar untuk menuju Stasiun Pasar Turi. GoCar datang tak berapa lama kemudian. Suasana masih sepi dan kami tiba di stasiun sekitar 12 menit kemudian.

Kami sempatkan berfoto-foto di area depan Stasiun Pasar Turi karena kami memang jarang bepergian melalui stasiun ini. Setelah itu, kami bergerak mencari warung yang menjual nasi bungkus. Sayangnya, tidak ada.

Kami berbelok ke suatu gang di samping stasiun. Di sini pun tak ada penjual nasi bungkus. Akhirnya kami membungkus tiga nasi penyetan di suatu warung. Harganya normal.

Dengan nasi di tangan, kami bergerak ke stasiun. Saat itu sudah sekitar pukul 05.00. Hal pertama yang kami lakukan adalah mencetak boarding pass. Suami Kembar A memanfaatkan waktu untuk memakan nasi penyetannya karena sudah lapar.

Pukul 05.30, kami melihat di layar informasi bahwa Kereta Maharani sudah masuk waktu ID check (pemeriksaan identitas). Kami pun segera bergerak ke peron dan menunjuklan identitas serta tiket kami kepada petugas.

Kamis, 06 Desember 2018

LIBURAN SEHARI KE BATU DAN MALANG: 8 OKTOBER 2018

Perjalanan dari Surabaya menuju Batu


Dengan beberapa drama yang sempat terjadi, kami akhirnya tiba di Waru sekitar pukul 05.45. Sangat terlambat dari rencana awal kami. Perjalanan agak terhambat di beberapa titik karena arus anak sekolah dan karyawan. Namun, selebihnya perjalanan bisa dibilang lancar.



Kami tiba di Alun-Alun Batu hampir pukul 08.30. Kembar A dan suami agak terkejut dengan kondisi baru sekitar alun-alun yang jauh berbeda dengan kunjungan setahun lalu.

Sarapan di Pos Ketan Legenda dan Nasi Pecel Mak Tum


Perut keroncongan, kami sempat bingung mau makan apa: makan nasi, makan ketan di Pos Ketan Legenda atau minum susu di Rumah Susu Ganesha. Karena takut setelah makan nasi bakal kekenyangan dan tidak selera makan ketan, kami akhirnya memutuskan untuk ke Pos Ketan Legenda.

Kami bertiga memesan ketan nangka vla dan suami kembar A juga memesan menu orisinil ketan bubuk. Ditambah es jeruk nipis dua gelas dan satu minuman semacam wedang uwuh, kami membayar IDR. 50.000.





Kamis, 20 September 2018

BACKPACKING MURAH DATARAN TINGGI DIENG (WONOSOBO & BANJARNEGARA) 3 HARI 4 MALAM (3D4N): HARI KEEMPAT (15 AGUSTUS 2018)


Hari:   Pertama   Kedua   Ketiga




Menikmati Sunrise di Puncak Gunung Prau


Si kembar bangun sekitar pukul 03.00. Kami memanfaatkan waktu untuk melihat bintang sebelum pagi datang.

Waktu salat tiba, Suami Kembar A pun bangun. Dan beberapa menit selepas subuh, Mas Irfan pun juga terbangun oleh dering alarmnya.

Kami berempat pun sibuk hunting foto. Dan Alhamdulillah pagi itu cerah. Jika kemarin tampak mendung menyelimuti gunung-gunung di depan kami, kini mendung itu sudah hilang meskipun tidak 100 persen. Paling tidak, gunung-gunung tersebut sudah mirip dengan gambar di sampul Aqua.



Sekitar pukul 5.45, matahari mulai mengintip. Kami pun segera menyiapkan kamera dan mata kami untuk menikmati momen super indah ini. Dan sunrise ini ternyata muncul di bagian kiri dari kumpulan gunung-gunung tadi, di area yang benar-benar bebas awan. Jadi, kami bisa menyaksikan sunrise dengan super cerah dan sempurna.

Minggu, 02 September 2018

BACKPACKING MURAH DATARAN TINGGI DIENG (WONOSOBO & BANJARNEGARA) 3 HARI 4 MALAM (3D4N): HARI KETIGA (14 AGUSTUS 2018)

mendaki bukit sikunir

Hari:   Pertama   Kedua   Keempat




Mendaki Bukit Sikunir


Alarm kami berdering pukul tiga dini hari. Setelah melakukan sedikit persiapan, akhirnya kami keluar dari losmen sekitar pukul setengah empat. Sebenarnya pintu depan losmen di lantai bawah terkunci grendel dari dalam. Kami lalu membukanya, mengeluarkan motor, dan menutupnya dari luar tanpa menguncinya.

Dari Losmen Bu Djono, kali ini kami mengambil jalur ke kiri. Perjalanan pagi itu cukup dingin. Suasana sangat sepi, tidak tampak tanda-tanda ada wisatawan lain yang ke sana. Atau mungkin kami memang terlalu pagi karena memang jarak Bukit Sikunir lumayan dekat, yaitu hanya sekitar 20 menit perjalanan motor?

Kurang dari pukul empat kami telah sampai di pintu gerbang Kampung Sikunir, dimana kami membeli tiket masuk seharga IDR 15.000/orang. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dan tak berapa lama kemudian kami telah sampai di tempat penitipan motor, yang dengan begitu, juga merupakan daerah terjauh yang dapat kami jangkau menggunakan motor. Kami membayar tiket parkir IDR 5.000/motor dan memarkir motor kami. Di sini rupanya telah banyak wisatawan yang berkumpul.

Minggu, 26 Agustus 2018

BACKPACKING MURAH DATARAN TINGGI DIENG (WONOSOBO & BANJARNEGARA) 3 HARI 4 MALAM (3D4N): HARI KEDUA (13 AGUSTUS 2018)


Hari:   Pertama   Ketiga   Keempat



Tiba di Terminal Mendolo, Wonosobo


Kami sudah terbangun semua ketika bus sudah hampir tiba di tujuan. Petugas yang semula menyarankan kami turun di kota meralat ucapannya. Karena saat itu masih terlalu dini hari, lebih tepat jika kami turun di terminal saja. Kami sekali lagi menurut.

Kami akhirnya tiba di Terminal Mendolo Wonosobo sekitar pukul 04.00. Keluar dari Bus Handoyo, kami langsung disambut oleh beberapa tukang ojek, yang langsung menawari kami tumpangan menuju ke Plasa atau daerah kota, tempat kami bisa naik bus menuju ke Dieng. Kata tukang ojeknya, mikrobusnya baru akan datang sekitar pukul 07.00.


Tarif yang mereka tawarkan untuk menuju Plasa adalah IDR 25.000. Kami sempat galau karena itu jauh di atas harga mikrobus yang mungkin hanya sekitar IDR 5.000.

Kami memutuskan untuk salat terlebih dahulu begitu azan Subuh berkumandang. Saat itu kami belum mengambil keputusan. Bahkan dua tukang ojek yang semula menawari kami sudah pergi mengambil penumpang lain dan dua tukang ojek baru menggantikan posisi mereka.

Selesai salat, Suami Kembar A mencoba bertanya berapa biaya ojeknya jika langsung ke Losmen Bu Djono. Kata bapaknya, IDR 125.000. Sementara itu, tarif mikrobus dari Alun-Alun menuju ke Losmen Bu Djono adalah sekitar IDR 25.000.

Sabtu, 25 Agustus 2018

BACKPACKING MURAH DATARAN TINGGI DIENG (WONOSOBO & BANJARNEGARA) 3 HARI 4 MALAM (3D4N): HARI PERTAMA (12 AGUSTUS 2018)


Hari:   Kedua   Ketiga   Keempat




Starting point: Surabaya
Traveler: Kembar A, Suami Kembar A, dan Kembar B

Perjalanan kami ke Dataran Tinggi Dieng kali ini kami awali dengan naik bus malam bernama Bus Handoyo, yang tiketnya telah kami pesan beberapa hari sebelumnya melalui aplikasi online Bosbis.

Baca juga:
CARA MEMESAN TIKET BUS DI BOSBIS

Karena masih baru pertama kali melakukan pemesanan bus secara online, kami masih sedikit bingung dan harap-harap cemas terkait kelancaran perjalanan kami kali ini. Karena itulah, kami sengaja berangkat ke Terminal Purabaya lebih awal, yaitu sekitar pukul setengah empat sore, dengan mengendarai Grab.

Karena kondisi jalan lumayan padat, kami tiba di Terminal Purabaya sekitar pukul lima sore. Dengan berbekal tiket elektronik yang sebelumnya telah kami cetak di kertas, kami langsung mendatangi konter tiket bus Handoyo. Mengetahui kami telah mempunya tiket elektronik, mereka mengarahkan kami untuk langsung ke lantai dua, yaitu di ruang tunggu, karena bus masih akan berangkat jam 18.30. Maksudnya di sini adalah, kami sudah tidak harus melakukan apapun terkait tiket dan bisa langsung mencari busnya nanti.

Tiket elektronik dari Bosbis

Konter Bus Handoyo

Untuk menghabiskan waktu, kami narsis sejenak di Terminal Purabaya yang tampak sangat jauh berbeda dengan terakhir kami kesini beberapa tahun yang lalu. Suasanya sekarang tampak menyerupai bandara, terkesan lebih bagus, rapi, dan modern.


Sabtu, 19 Mei 2018

BACKPACKING MURAH GUNUNG IJEN 2 HARI 2 MALAM (2D2N): HARI KEDUA (27 APRIL 2018)

Alarm membangunkan kami pukul 03.00. Dengan sisa-sisa rasa kantuk yang masih ada, kami segera mempersiapkan diri. Selain menata tas dan memilah-milah apa yang akan dibawa, kami juga bergantian ke kamar mandi untuk mengosongkan isi tubuh. Hahaha.

Sekitar pukul setengah 4, seseorang memberi tahu suami kembar A bahwa portal masuk ke area pendakian sudah dibuka dan banyak yang sudah naik sejak pukul 03.00. Kami gusar, mengingat info sebelumnya, pintu baru dibuka pukul 04.00.

Para suami menyuruh si kembar yang sudah siap dengan peralatannya untuk mendaftar dan membeli tiket sementara mereka memeriksa barang-barang yang akan ditinggal di dalam tenda. Kami bertanya kepada seorang bapak lokal apakah benar portal sudah dibuka. Dan katanya belum. Kami melihat antrian sudah panjang di depan portal tapi portal memang masih tertutup.

Kami bertanya dimana lokasi loket pendaftaran dan pembelian tiket kepada bapak tersebut. Ternyata loketnya sangat dekat dengan pintu masuk ke area Paltuding tersebut. Sudah ada beberapa antrian dan loketnya belum buka. Kami bertanya ke mas-mas yang juga sedang mengantri, memastikan bahwa belum ada yang mendaki, bahwa portal baru dibuka pukul 04.00 dan bahwa yang bisa naik hanya yang membawa tiket, dan mas itu mengiyakan. Kami pun lega.

Jumat, 04 Mei 2018

BACKPACKING MURAH GUNUNG IJEN 2 HARI 2 MALAM (2D2N): HARI PERTAMA (26 APRIL 2018)



Hari:   Kedua

Itinerary   Biaya



Traveler: Kembar A, Suami Kembar A, Kembar B, Suami Kembar B
Starting point: Surabaya

Naik Kereta Probowangi Jurusan Surabaya – Karangasem


Pada perjalanan backpacking singkat kami ke Gunung Ijen kali ini, kami berempat memutuskan untuk naik kereta paling murah jurusan Banyuwangi, yaitu kereta ekonomi Probowangi, yang kebetulan berangkat sangat pagi, yaitu pukul 04.25. Kami berangkat ke Stasiun Gubeng sekitar pukul setengah empat dengan mengendarai Grab.

Kawah Gunung Ijen

Setibanya di stasiun, suami Kembar B langsung membeli nasi bungkus sebagai bekal kami di kereta nanti. Sebelumnya, kami juga telah membeli air mineral kemasan.

Pada tanggal itu, jadwal salat Subuh di Surabaya adalah pukul 04.13 WIB. Jadi bagi kalian, khususnya orang Surabaya, yang menggunakan metode seperti kami, jika jadwal tidak berubah, kalian masih mungkin untuk salat di musala stasiun. Sebagai informasi tambahan, Kereta Probowangi tiba di Stasiun Gubeng sekitar 10-15 menit sebelum jadwal keberangkatan. Jadi, kalian tidak perlu kaget mengetahui kereta datang sebelum waktunya karena toh ujung-ujungnya kereta tetap akan berangkat minimal sesuai jadwal yang ada di tiket.


Jumat, 09 Maret 2018

BERBURU KULINER MALAM HARI DI TRETES, PRIGEN, PASURUAN (4 MARET 2018)

Traveler: Kembar A, Suami Kembar A, dan Kembar B
Starting Point: Surabaya

Minggu malam, suami kembar A mengajak untuk mencari makan malam di Kawasan Wisata Kuliner Tretes, Prigen, Pasuruan. Akhirnya, selepas Isya, sekitar pukul 19.30, Kembar A dan suami dengan mengajak sekalian Kembar B memulai perjalanan menuju Tretes.

Kondisi jalanan ramai lancar malam itu. Kami sempat terjebak macet di sekitar Ahmad Yani karena ada kereta yang baru lewat. Tapi keluar dari sana, kondisi jalan kembali ramai lancar.

perjalanan surabaya ke tretes

Langit malam itu sangat cerah. Dan berdasarkan prakiraan cuaca yang dilihat oleh suami Kembar A di internet, memang malam ini tidak hujan. Karena alasan inilah, dia mengajak kami mencari makan malam di Tretes.

Kamis, 11 Januari 2018

LIBURAN AKHIR PEKAN KE YOGYAKARTA 3 HARI 3 MALAM (3D4N): HARI KETIGA (17 AGUSTUS 2017)



Hari:   Pertama   Kedua




Mencari Lokasi Gudeg Mbah Lindu, Jalan Sosrowijayan


Setelah bangun, salat, dan mandi, pagi itu kami masih sempat bersantai di penginapan sambil menyicil packing. Kami baru keluar dari penginapan sekitar pukul 06.00 dan tujuan pertama kami hari ini adalah Gudeg Mbah Lindu.

Karena lokasinya berada di sekitar Malioboro dan kami sudah hafal jalan ke sana, kami tidak menyalakan GPS. Kami baru menyalakannya mendekati Malioboro, untuk mencari di mana gang Sosrowijayan, tempat Gudeg Mbah Lindu berada.

Tak berapa jauh dari muka gang Sosrowijayan, kami melihat ada beberapa orang tengah mengerumuni sesuatu, tepat di samping Hotel Grage Ramayana. Kami memarkir motor tak jauh dari kerumunan itu kemudian berjalan mendekat. Dan sesuai dengan perkiraan kami, itu adalah tempat Gudeg Mbah Lindu.

gudeg mbah lindu yogyakarta

alamat gudeg mbah lindu yogyakarta

Rabu, 10 Januari 2018

LIBURAN AKHIR PEKAN KE YOGYAKARTA 3 HARI 3 MALAM (3D4N): HARI KEDUA (16 AGUSTUS 2017)



Hari:   Pertama   Ketiga




Mencari Sarapan di Malioboro


Hari ini kami bangun tidak sepagi yang kami rencanakan sebelumnya. Setelah salat Subuh kami masih sedikit bermalas-malasan dan akhirnya baru keluar dari homestay menjelang pukul setengah tujuh.

Suasana penginapan kami pagi itu

Kami langsung berkendara menuju Malioboro untuk mencari sarapan. Kami memarkir motor kami di tempat parkir resmi Pasar Beringharjo. Setelah itu kami bertiga berjalan ke trotoar Malioboro yang di sana telah berjajar beberapa penjual makanan.

Jumat, 05 Januari 2018

LIBURAN AKHIR PEKAN KE YOGYAKARTA 3 HARI 3 MALAM (3D4N): HARI PERTAMA (15 AGUSTUS 2017)



Hari:   Kedua   Ketiga




Traveler: Kembar A, Suami Kembar A, dan Kembar B
Starting Point: Surabaya

Naik Kereta Logawa Jurusan Surabaya - Lempuyangan


Perjalanan kami ke Yogyakarta kali ini sepertinya mengulang perjalanan empat bulan lalu. Hanya saja kali ini formasinya sedikit berubah, yaitu ada Kembar A dan suami ditambah Kembar B. Namun begitu, karena masih harus menyelesaikan urusan pekerjaan, Kembar B berangkat belakangan.

Kembar A dan suami berangkat terlebih dahulu dengan naik Kereta Logawa jurusan Surabaya – Lempuyangan yang berangkat sekitar pukul 10.45. Kami naik Gojek dari rumah menuju stasiun dan mendapatkan dua driver yang super baik dan ramah.

Baca juga:
CARA MEMESAN OJEK ONLINE GOJEK MELALUI APLIKASI

Sesampainya di stasiun, kami segera men-scan barcode pemesanan tiket dari Traveloka ke mesin pemindai dan dalam beberapa detik, boarding pass kami keluar. Kami menggunakannya untuk masuk ke dalam peron stasiun.

cara cetak tiket kereta dari pemesanan online
Barcode dari Traveloka