Kamis, 06 Desember 2018

LIBURAN SEHARI KE BATU DAN MALANG: 8 OKTOBER 2018

Perjalanan dari Surabaya menuju Batu


Dengan beberapa drama yang sempat terjadi, kami akhirnya tiba di Waru sekitar pukul 05.45. Sangat terlambat dari rencana awal kami. Perjalanan agak terhambat di beberapa titik karena arus anak sekolah dan karyawan. Namun, selebihnya perjalanan bisa dibilang lancar.



Kami tiba di Alun-Alun Batu hampir pukul 08.30. Kembar A dan suami agak terkejut dengan kondisi baru sekitar alun-alun yang jauh berbeda dengan kunjungan setahun lalu.

Sarapan di Pos Ketan Legenda dan Nasi Pecel Mak Tum


Perut keroncongan, kami sempat bingung mau makan apa: makan nasi, makan ketan di Pos Ketan Legenda atau minum susu di Rumah Susu Ganesha. Karena takut setelah makan nasi bakal kekenyangan dan tidak selera makan ketan, kami akhirnya memutuskan untuk ke Pos Ketan Legenda.

Kami bertiga memesan ketan nangka vla dan suami kembar A juga memesan menu orisinil ketan bubuk. Ditambah es jeruk nipis dua gelas dan satu minuman semacam wedang uwuh, kami membayar IDR. 50.000.





Kami memilih duduk di luar sembari menikmati suasana kota Batu yang masih sepi. Rasa ketannya enak dan cukup mengenyangkan.

Selesai makan, si kembar merasa masih lapar dan berencana membeli pecel yang tadi sempat terlihat saat memutari alun-alun. Suami kembar A yang sudah kenyang belum ingin makan lagi.

Kami pun menyeberang ke arah alun-alun dan menyempatkan berfoto di beberapa spot menarik di alun-alun seperti bianglala dan patung apel kebanggaan kota batu.





Ada dua pecel yang terdapat di sekitar situ, dan kami memilih Pecel Mak Tum yang katanya seharga 4000. Murah banget kan. Ternyata 4000 itu pecel tanpa lauk apapun. Ya iyalah. Masak mau minta lauk dengan harga segitu. Dengan menambah lauk tahu tempe, kami cukup membayar IDR 5.000.




Selesai makan, kami masih bingung mau kemana karena rencana utama perjalanan kali ini adalah kulineran sekaligus mencari suasana lain dari aktivitas sehari-hari di Surabaya. Dengan beberapa pertimbangan, termasuk lokasi yang cukup dekat dan akses jalan yang cukup mudah, kami memutuskan untuk ke Coban Rondo.

Mengeksplorasi Wana Wisata Coban Rondo


Perjalanan ke Coban Rondo dari alun-alun membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit. Kami tinggal mengikuti jalan aspal saja. Setelah deretan warung yang dikenal dengan nama "Payung", kami masih harus terus. Setelah menemukan patung sapi, kami mengambil belokan ke kiri. Dari situ, gerbang Coban Rondo sudah sangat dekat.

Di pintu gerbang, kami diberhentikan untuk membeli tiket. Rupanya, tiketnya adalah tiket terusan, yaitu tiket ke air terjun plus beberapa wahana. Tiket per orang adalah 35.000 plus retribusi IDR 1.000. Total pembayaran untuk tiga orang termasuk parkir adalah IDR 138.000.


Tiket yang diberikan adalah berupa lembaran kecil panjang yang rupanya dimaksudkan untuk dijadikan gelang. Ada bagian yang bisa dilepas dan kemudian kertas bisa direkat melingkari tangan kita.



Mencoba Wahana Flying Fox, Labirin, Memanah, Menembak, dan Sepeda Gunung di Coban Rondo


Wahana yang ingin kami coba pertama kali adalah flying fox karena memang waktu operasionalnya paling pendek. Suami kembar A yang tak tertarik flying fox lebih memilih untuk mengendarai sepeda gunung.






Kembar A dan B menuju wahana flying fox dan berhasil melewatinya dengan lancar. Setelah itu, kami menuju wahanan selanjutnya, yaitu Labirin.


Labirin ini ternyata lebih menarik daripada dugaan kami bertiga. Sempat meremehkan, ternyata cukup susah untuk menemukan bagian tengah dari labirin, yaitu air mancur, yang menjadi tujuan dari perjalanan melintasi labirin ini. Labirin ini terdiri dari dua tempat, yaitu labirin itu sendiri dan menara tempat patner kita bisa memberikan arahan dan petunjuk jalan.







Akhirnya, setelah sama-sama menemukan taman, kami bisa bergerak dengan tenang ke wahana selanjutnya yaitu memanah dan menembak. Meskipun meleset semua dan hanya diberi tiga panah serta tiga peluru, dua kegiatan tadi cukup menyenangkan juga.






Dari area ini, kami menyempatkan naik sepeda gunung. Kami juga memutuskan untuk menjajal sepeda tandem yang terus terang lebih susah untuk dikendalikan. Walaupun tak lama, kesempatan bersepeda ini juga cukup menyenangkan.



Dan bersepeda ini tadi merupakan wahana terakhir yang bisa kami coba dengan tiket terusan. Sebenarnya masih ada beberapa wahana lain yang berbayar tapi kami tidak tertarik untuk mencoba dan memilih untuk langsung ke air terjun.

Berburu Foto di Air Terjun Coban Rondo


Dari sini, kami naik mobil dan bergerak menuju air terjun yang memakan waktu kurang lebih 5 menit. Dari tempat parkir, kami masih perlu berjalan beberapa meter menuju air terjun. Begitu tiba di area air terjun, kami segera hunting foto. Demi keamanan dan kenyamanan, kami tidak sampai menyentuh air dan mendekati titik terjunnya air.


Puas berfoto di area ini, kami bergerak ke suatu spot selfie yang ada di bagian atas. Kami harus menaiki beberapa anak tangga untuk sampai di titik ini. Spot selfie ini berupa bangunan kecil dari bambu dengan sebuah tempat berfoto berbentuk perahu yang sepertinya terbuat dari jalinan akar-akar kayu.


Dari sini, kita bisa dapat pemandangan yang sedikit berbeda. Setelah mendapatkan beberapa jepretan yang memuaskan, kami memutuskan untuk turun. Perut pun sudah keroncongan minta diisi.

Melewati jalan yang tadi, kami berhenti untuk salat di musala yang ternyata ada di sekitar situ.


Berburu Kuliner Khas Coban Rondo


Selesai salat, kami bergerak ke deretan warung yang lokasinya tak jauh dari tempat parkir. Di salah satu warung, kami memesan tiga jagung bakar. Harganya cukup normal, yaitu 7000 per buah.


Suami Kembar A berjalan ke tempat lain dan kembali dengan membawa kentang goreng dan beberapa jenis gorengan, termasuk brokoli goreng yang katanya merupakan makanan khas Coban Rondo.





Begitu makanan habis dan dibayar, kami memutuskan untuk meninggalkan Coban Rondo dan bergerak kembali ke Alun-Alun Batu karena tadi belum jadi minum susu. Tapi sebelumnya, tak lupa kami membeli brokoli goreng untuk bekal nyemil selama perjalanan.


Menikmati Nikmatnya Yogurt dan Susu di Rumah Susu Ganesha


Kami menempuh perjalanan selama sekitar 20 menit sebelum tiba di Alun-Alun Batu. Kami bergegas ke Rumah Susu Ganesha dan memesan tiga botol yogurt. Selain itu, Suami Kembar A juga memesan segelas SMJ (Susu Madu Jahe).



Untuk satu botol yogurt sebesar 180cc, harganya adalah IDR 9.000 (per Oktober 2018). Sementara itu segelas SMJ diharga IDR 11.000 (per Oktober 2018). Selain dua jenis minuman itu, masih banyak jenis minuman berbasis susu lainnya yang bisa kalian pilih.

Kami tak berlama-lama di situ karena takut kemalaman. Begitu minuman habis, kami segera cabut. Kami meninggalkan alun-alun sekitar pukul 14.00. Perjalanan pulang cukup lancar dan kami pun tiba di Surabaya sebelum Magrib.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar