Kamis, 04 Juli 2019

LIBURAN DAN WISATA KULINER SURAKARTA (SOLO) 3 HARI 3 MALAM (3D3N): HARI KETIGA (20 FEBRUARI 2019)

Sebagai bagian dari "living like a local", kami mengagendakan untuk renang dalam trip kami kali ini, terinspirasi dari perjalanan kami ke Semarang beberapa bulan lalu. Karena tidak ada kolam renang di hotel tempat kami menginap (dan jika berenang di Harris Hotel yang ada di sebelahnya tentu sangat mahal) kami mencari info tempat renang yang ada di Kota Surakarta.

Akhirnya, kami pun menemukan kolam renang yang agak jauh dari hotel, yaitu di Bengawan Sport Centre yang terletak di Jl. HOS Cokroaminoto, yang jaraknya sekitar 7 kilometer dari hotel kami.

Kami berangkat sekitar pukul enam pagi. Kami hanya bertiga karena Suami Kembar B masih ingin tidur-tiduran di hotel. Dalam perjalanan, kami menemukan ada penjual roti goreng di pinggir jalan. Kami membeli beberapa roti untuk sekadar pengganjal perut.

Kami tiba di tempat renang sekitar 15 menit kemudian. Tiket masuknya cukup murah yaitu IDR 15.000.

Untuk berenang di kolam dewasa, kalian diwajibkan memakai baju renang. Dan jika tidak mengenakan baju renang, kalian masih bisa berenang di kolam anak.

Karena tidak membawa baju renang, Kembar B akhirnya berenang di kolam anak ditemani oleh Kembar A sementara suami Kembar A berenang di kolam dewasa.

Kami berenang di situ selama hampir dua jam. Kami sebenarnya sedikit lupa waktu hingga akhirnya Suami Kembar B menghubungi dari hotel, mengatakan kalau dia sudah kelaparan. Wkwkwk.

Kami akhirnya segera membersihkan badan dan berganti pakaian kemudian bergegas menuju Warung Selat Mbak Lies yang memang sudah ada dalam itinerary kami.

Jarak warung ini dari kolam renang tadi adalah sekitar 6 kilometer. Google Maps membawa kami ke sebuah gang kecil yang sempat membuat kami berpikir kami salah arah. Ternyata benar, warung selat ini ada di sebuah gang kecil.

Kami memarkir motor di area sebelah warung. Warung Selat Mbak Lies ini memiliki dua bangunan yang saling berhadapan. Seorang bapak mempersilahkan kami ke suatu bangunan yang tampak lebih baru dan bersih karena bangunan yang lama masih dipel. Maklum, masih pagi. Kami memang pengunjung pertama saat itu.

Kami kemudian memesan 3 porsi selat untuk dimakan di situ dan 1 untuk dibungkus. Overall, kami suka dengan makanan ini. Memang cukup manis untuk lidah Jawa Timur, tapi makanan yang disajikan dalam satu porsi tersebut terasa sangat pas dan nikmat.

Selesai makan dan membayar, kami segera cabut. Namun, dalam perjalanan kembali ke hotel, kami sempatkan untuk melipir ke Benteng Vastenburg yang juga telah menjadi bagian dari itinerary kami, yang kebetulan lokasinya tak jauh dari satu dan berada searah dengan jalur pulang kami. Kami hanya berfoto di depan bangunan tersebut karena rupanya pintu gerbangnya dikunci dan memang sepertinya area ini tidak untuk dimasuki. Dari sini, kami bergegas kembali ke hotel.

Setibanya di hotel, kami segera menyicil packing karena kami akan check-out hari ini pukul 12.00. Setelah sedikit berdandan, sekitar pukul 10.00 kami keluar lagi. Tujuan kami kali ini adalah membeli serabi di Serabi Notosuman.

Lagi dan lagi, kami menggunakan Google Maps untuk menuju Serabi Notosuman. Di area tokonya, ada tempat khusus dimana kita bisa melihat karyawan yang sedang membuat serabi. Cukup unik untuk disaksikan.

Untuk membeli serabi, kalian harus masuk ke dalam toko. Kami membeli serabi campur, coklat dan original. Dan ternyata, serabinya uenak banget. Bikin pengen makan lagi dan lagi. Menurut kami berempat, serabi original jauh jauh lebih enak dan lebih recommended daripada serabi coklat. Kami hanya mencicip sedikit dan sisanya akan kami makan nanti dalam perjalanan.

Dari Serabi Notosuman, kami sempat galau, mau makan siang sekarang atau nanti mengingat saat itu masih pukul 11 lebih. Karena kami akan melakukan perjalanan ke Museum Manusia Purba Sangiran di Sragen setelah ini, kami memutuskan untuk memajukan jadwal makan siang kami.

Kebetulan dalam perjalanan menuju Serabi Notosuman tadi, kami melewati warung Tahu Kupat yang kemarin. Suami Kembar A memberi ide makan di situ dan kami semua mengiyakannya. Tahu Kupat ini termasuk makanan favorit kami sejauh ini dan yang pasti, harganya murah, yaitu hanya IDR 9.000 per porsi.

Selesai makan, kami kembali ke hotel. Kami sempatkan untuk mandi biar segar kembali dan menunggu azan agar bisa salat Zuhur di hotel. Setelah itu, kami baru check-out.

Sebelumnya, kami berencana untuk mengembalikan motor dan naik kendaraan umum ke Sragen. Namun, menimbang sulitnya kendaraan umum ke sana ditambah cuaca yang sedikit kurang mendukung, kami memutuskan untuk menambah masa sewa motor yang perhitungannya adalah 4.000 per jam per motor selama tidak lebih dari 6 jam. Jika lebih dari 6 jam akan dihitung sewa 1 hari.

Kami sempatkan mampir ke tempat Mbak Ayu tapi dia bilang "dikabari lewat whatsapp saja sudah cukup sebenarnya".

Dari tempat Mbak Ayu kami langsung menyalakan Google Maps dan melaju ke arah Museum Manusia Purba Sangiran. Di awal-awal perjalanan, kami masih dilewatkan di jalan besar yang banyak dilalui kendaraan umum. Mendekati lokasi, Google Maps membawa kami melalui jalan-jalan kecil pedesaan yang membelah persawahan, terhindarkan dari jalur yang ramai. Beberapa kali kami sempat berpikir kami tersasar, tapi Alhamdulillah ternyata Google Maps membawa kami di jalur yang tepat.

Kami akhirnya tiba di museum dalam waktu kurang lebih 1 jam. Kami langsung membayar tiket di pintu masuk. Di area museum, sudah terparkir beberapa bus pariwisata dari berbagai kota. Namun, secara keseluruhan, situasi relatif tidak terlalu ramai.

Para suami meminta istirahat terlebih dahulu di sebuah warung di area museum tersebut. Sementara Si Kembar hanya memesan kopi, para suami memesan kopi dan indomie plus telur. Harga makanannya terbilang murah mengingat ini adalah tempat wisata, dan yang pasti terdapat daftar makanan dengan rincian harga yang jelas jadi kami tidak takut kena zonk.

Selesai makan, kami masuk ke dalam museum. Ada pemeriksaan tiket di awal. Setelah itu, kami dibawa melewati lorong untuk menuju ruangan-ruangan di museum tersebut.

Dari lorong ini, kalian bisa melihat jembatan unik berbentuk tulang. Kalau ingin foto, segera berfoto saja karena kalau sudah memutar dan keluar lewat pintu keluar, kalian harus kembali ke pemeriksaan tiket di awal tadi karena tidak ada akses lain untuk menuju jembatan. Jembatan ini membawa ke area penjualan souvenir juga lho jadi kalau ingin membeli souvenir ya sekalian saja.

Setelah puas mengeksplorasi museum, berfoto-foto sekaligus membeli souvenir, kami segera cabut. Masih belum lama meninggalkan museum, gerimis mulai turun. Kami segera menepi dan memakai jas hujan. Semula kami berniat untuk berteduh tapi hujan malah semakin deras dan sepertinya tidak akan reda dalam waktu dekat.

Kami akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Karena tidak bisa lagi menggunakan handphone untuk melihat Google Maps, kami sempat bertanya kepada dua orang yang kami temui.

Alhamdulillah, dengan waktu yang lebih lama daripada saat berangkat tadi, berbekal arahan dari dua orang baik yang kami temui tadi, kami akhirnya bisa kembali ke Kota Surakarta dengan selamat dan cukup basah kuyup.

Kereta kami, yaitu Kereta Gaya Baru Malam Selatan jurusan Surabaya, baru akan datang sekitar pukul 20.00 dan saat itu masih belum ada pukul 1800. Kami sempat bingung mau kemana. Di tengah kegalauan, kami berbelok ke Taman Sriwedari berniat untuk sekadar makan atau bersantai, bermodal dengan gambaran mental di otak kami mengenai Taman Sriwedari yang didasarkan pada lagu Malik and D'Essentials.

Sayangnya, kami justru kecewa berat. Taman Sriwedari tampak tak terawat, kotor, dan bahkan bisa dibilang jorok. Apalagi dalam situasi hujan seperti itu. Si Kembar langsung merengek untuk segera meninggalkan tempat itu.

Kami segera browsing tempat makan yang kiranya enak dan nyaman, yang lokasinya tak jauh dari situ karena saat itu hujan masih terus mengguyur. Akhirnya pilihan jatuh di Solo's Bistro.

Tanpa menunggu lebih lama, kami pun cabut. Dalam waktu kurang dari 5 menit, kami telah tiba di Solo's Bistro.

Kami masuk dan segera memesan makanan. Sembari menunggu pesanan kami datang, kami juga memanfaatkan waktu untuk salat Asar dan sekaligus sedikit mengeringkan diri.

Ketika makanan kami tiba, kami segera makan dengan lahapnya. Makanannya enak dan harganya cukup terjangkau untuk kelas restoran seperti ini. Apalagi perut kami juga kelaparan setelah kena guyuran hujan sejak tadi.

Selesai makan dan membayar, kami masih bersantai sejenak. Kami menunggu hujan sedikit lebih reda sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan. Kami sedikit ngebut menuju ke tempat Mbak Ayu. Kebetulan Mbak Ayu sedang ada di depan rumah jadi kami yang sudah menggigil kedinginan ini tak perlu menunggu terlalu lama.

Dari jadwal pengembalian, kami hanya molor 4 jam jadi untuk dua motor itu kami hanya menambah IDR 32.000 yang sama Mbak Ayu dibulatkan menjadi IDR 30.000 saja.

Selesai mengembalikan kunci serta semua kelengkapan motor dan kartu identitas kami pun juga dikembalikan, kami segera berpamitan dan berlari kecil ke arah stasiun. Untung sudah ada jalur yang beratap dekat dengan pintu masuk stasiun jadi kami tak perlu terlalu lama kehujanan.

Waktu menunggu kereta yang masih cukup lama kami manfaatkan untuk berganti pakaian dan mengeringkan diri. Hujan tak kunjung berhenti, malah semakin deras. Kami bersyukur sekali sudah duduk nyaman di stasiun.

Kereta akhirnya datang pukul 20.00. Kami segera naik dan mencari tempat duduk kami. Tak berapa lama kami pun tertidur dalam perjalanan menuju Surabaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar