Mencari Lokasi Gudeg Mbah Lindu, Jalan Sosrowijayan
Setelah bangun, salat, dan mandi, pagi itu kami masih sempat bersantai di penginapan sambil menyicil packing. Kami baru keluar dari penginapan sekitar pukul 06.00 dan tujuan pertama kami hari ini adalah Gudeg Mbah Lindu.
Karena lokasinya berada di sekitar Malioboro dan kami sudah hafal jalan ke sana, kami tidak menyalakan GPS. Kami baru menyalakannya mendekati Malioboro, untuk mencari di mana gang Sosrowijayan, tempat Gudeg Mbah Lindu berada.
Tak berapa jauh dari muka gang Sosrowijayan, kami melihat ada beberapa orang tengah mengerumuni sesuatu, tepat di samping Hotel Grage Ramayana. Kami memarkir motor tak jauh dari kerumunan itu kemudian berjalan mendekat. Dan sesuai dengan perkiraan kami, itu adalah tempat Gudeg Mbah Lindu.
Sarapan di Gudeg Mbah Wiyono, Jalan Sosrowijayan Wetan Gang II
Dengan kondisi perut kosong dan ingin segera sarapan, kami memutuskan bahwa kami tak cukup sabar untuk mengantre. Berdasarkan hasil searching Suami Kembar A di Instagram beberapa hari sebelum kami berangkat, ada gudeg lain di gang depan Mbah Lindu, yang katanya sih lebih murah dan lebih enak, dan yang pasti tanpa harus antre lama.
Dan saat kami lihat, di seberang tempat jualan Mbah Lindu memang ada sebuah gang sempit. Karena takut meninggalkan motor kami di pinggir jalan, kami pun menuntun motor kami memasuki gang itu.
Gang yang kami lewati ini, meskipun kecil, sangat penuh dengan hostel dan penginapan, yang sangat mengingatkan kami dengan suasana Kuta. Kira-kira 50 meter dari mulut gang, kami melihat ada penjual gudeg yang berjualan di pinggir gang, yang tengah melayani sekitar 5 orang—jumlah yang tentu jauh lebih sedikit dibandingkan antrean Mbah Lindu.
Setelah menunggu beberapa saat, giliran kami pun tiba. Kembar A memesan gudeg lauk jeroan seharga 15.000, Suami Kembar A gudeg lauk paha atas ayam seharga 25.000, dan Kembar B gudeg lauk dada ayam seharga 15.000.
Rasanya luar biasa enak. Untuk lidah Jawa Timur kami, rasa manis gudegnya sungguh pas—tidak terlalu manis. Dan pokoknya, enak dan recommended banget. Lauknya juga sangat enak.Dan harganya memang cukup normal menurut kami. Apalagi, porsi nasinya juga banyak dan lauknya cukup besar.
Oh ya, buat kalian yang ingin ke sini, selain dari gang tempat kami masuk tadi, kalian juga bisa melalui gang sisi lainnya, yang letaknya dekat sekali dengan Hotel Neo Malioboro.
Berfoto dengan Background Panggung Krapyak
Kenyang, kami langsung bergerak menuju tujuan kami selanjutnya, yaitu Panggung Krapyak, yang jika dilihat dari peta, lokasinya memang cukup jauh, yaitu di daerah Bantul. Karena tempat ini bukan wisata populer dan kami takut kesasar, kami memutuskan untuk terus menggunakan Google Maps hingga sampai di tujuan.
Lokasinya yang cukup jauh meninggalkan daerah kota sempat membuat kami ragu. Namun, GPS menujukkan bahwa kami di jalur yang tepat.
Kami kemudian tiba di Jl. Ring Road Selatan. Di sini, kami mulai mengurangi kecepatan motor kami karena lokasinya sudah cukup dekat. Kami kemudian berbelok ke kiri menuju ke jalan yang lebih kecil, dan tak seberapa jauh kami melihat bangunan cukup besar menjulang di tengah-tengah jalan. Kami pun bersyukur karena ternyata kami tidak nyasar.
Masih ada 4 orang yang sedang berfoto di situ saat kami tiba. Untung mereka nggak lama jadi kami bisa segera bernarsis ria tanpa gangguan. Kami sebenarnya ingin masuk dan mengeksplorasi tempat itu. Namun, sayang, semua pintunya digembok. Jadi, kami hanya bisa mengamati bangunan itu dari luar.
Menikmati Pawai Nitilaku UGM
Puas berfoto, kami memutuskan untuk kembali ke Malioboro. Untuk selanjutnya, kami masih belum tahu akan kemana karena sejak kemarin, beberapa hal tidak berjalan sesuai itinerary.
Mendekati Malioboro, kami melihat ada banyak sekali delman berjalan menuju satu arah. Sepertinya ada acara karena masing-masing delman ditempeli tulisan-tulisan nama perusahaan yang kemungkinan adalah bagian dari sponsor acara tersebut.
Benar saja. Di ujung jalan yang menuju Malioboro kami diberhentikan oleh polisi yang menyuruh kami menyeberang ke jalur lambat Malioboro. Kami melihat ada dua polisi yang sedang menunggangi kuda. Rupanya memang tengah ada acara, yang kemudian kami ketahui bernama Nitilaku UGM.
Di belakang dua polisi berkuda, sudah berjajar beberapa peserta acara, yang adalah semacam pawai itu. Ternyata mereka berhenti karena ada kereta yang mau lewat. Begitu kereta lewat, peserta pawai pun mulai bergerak.
Kami melihat komunitas mahasiswa dari tiap-tiap provinsi yang berdandan all-out dengan pakaian adatnya masing-masing.
Hunting Foto di Museum Benteng Vredeburg
Cukup puas menikmati pawai, kami memutuskan untuk mengunjungi Museum Benteng Vredeburg. Sebenarnya 7 tahun lalu, Si Kembar sudah pernah masuk ke dalam museum. Namun, kali ini kami ingin mendapatkan foto-foto yang lebih bagus sekaligus bernostalgia.
Kami membeli tiket yang harganya cukup murah, yaitu IDR 3.000. Tiketnya cukup unik, di bagian belakangnya terdapat denah museum tersebut.
Tak banyak pengunjung saat itu. Padahal hari itu hari Minggu. Mungkin banyak wisatawan yang terserap menonton pawai atau mengunjungi tempat wisata hits di Yogyakarta lainnya, entahlah.
Kami segera mengeksplorasi tempat itu dan berburu foto sebanyak mungkin.
Lelah, kami sedikit bimbang mau kemana. Suami Kembar A sudah ingin ngopi di angkringan tapi yang jelas tidak di Malioboro karena harganya tentu lebih mahal. Namun, Si Kembar masih ingin ke Gedung Agung.
Kami sempat bertanya ke tukang becak cara masuk ke gedung itu. Rupanya, jalan masuknya ada di samping. Kami lalu menyeberang dan berjalan menuju pintu samping gedung itu. Namun, kami belum cukup beruntung karena gedung itu tertutup untuk umum di hari Minggu. Lagian, sekalipun tidak tutup, dari keterangan di depan pintu pagar, pengunjung dilarang mengambil foto.
Membeli Kipo dan Yangko di Kotagede
Kami pun berjalan kembali ke parkiran Benteng Vredeburg. Setelah berembug sejenak, kami memutuskan untuk ke Kotagede lagi untuk membeli kipo dan yangko yang kemarin tak berhasil kami beli.
Google Maps menginformasikan bahwa Kipo Bu Djito—kipo legendaris yang kami incar—tutup di hari Minggu. Kami tetap lanjut karena di samping Bu Djito kan masih ada penjual kipo lain.
Dan Alhamdulillah, penjual kipo itu memang berjualan dan kiponya juga masih ada. Kipo ini dikemas dalam suatu wadah kertas dan daun yang unik dengan harga 2.000 per bungkus. Kami membeli 6 bungkus.
Saking penasarannya, kami membuka bungkusan kipo di pinggir jalan. Ada 5 potong kipo di dalamnya. Saat masuk mulut, kami sepakat bahwa rasanya seperti kue mendut, tapi ada sensasi gosong (dan tampilannya memang ada yang gosong) karena pembuatannya melalui proses dibakar. Dan kami semua suka dengan rasanya.
Dari penjual kipo, kami lanjut ke Yangko Pak Prapto di Jalan Pramuka yang juga adalah yangko legendaris. Sayangnya, Yangko Pak Prapto habis. Kami pun terpaksa membeli di toko sampingnya karena kami memang penasaran dengan rasanya. Kami pun membeli satu kotak yangko seharga 17.000. Sama seperti tadi, saking penasarannya, kami langsung makan saat itu juga. Hehehe.
Selain yangko, masih banyak juga oleh-oleh lainnya yang bisa kalian beli di sini.
Setelah mendapatkan apa yang kami cari, kami segera kembali ke penginapan karena kami sudah cukup lelah. Tiba di penginapan, kami merebahkan diri dan tertidur hingga sebelum Zuhur.
Dengan sedikit malas-malasan, kami pun bangun, mandi, salat, dan menyelesaikan packing. Setelah semua siap, kami segera check-out dan berpamitan ke ibu penjaga.
Beli Bakpia 99 dan Makan di Angkringan Jalan Nitipuran
Dari penginapan, kami berencana untuk menuju ke Jalan Nitipuran untuk membeli makan siang sekaligus membeli bekal di angkringan favorit kami. Namun, sebelumnya, kami mampir dulu ke Bakpia 99.
Kami membeli dua kotak bakpia. Dan rupanya, jika kalian ke sini dengan kendaraan pribadi dan bukan becak, kalian akan mendapatkan diskon 5.000 untuk satu kotak bakpia yang kalian beli. Hal ini tidak kami ketahui pada perjalanan ke Yogyakarta 4 bulan sebelumnya.
Dengan bakpia di tangan, kami langsung meluncur ke Jalan Nitipuran. Jalanan yang kami lewati macet dimana-mana. Sepertinya memang sedang ada acara.
Setelah melalui perjalanan yang panjang, kami pun tiba di angkringan Jalan Nitipuran. Kami langsung menyantap nasi kucing dan memesan es teh. Suami Kembar A juga memesan kopi yang sudah diinginkannya sejak tadi.
Kami juga sudah menyisihkan nasi dan lauk yang akan kami bawa sebagai bekal, takut keduluan pembeli yang lain. Dan seperti perkiraan kami sebelumnya, walaupun habis banyak, kami hanya perlu membayar IDR 50.000.
Siap Berangkat Menuju Surabaya
Setelah berpamitan kepada ibu pemilik angkringan, kami langsung bergerak menuju Stasiun Lempuyangan. Saat itu sudah sekitar pukul 13.30 dan kami sudah janjian dengan mas pengambil motor untuk bertemu di dekat stasiun pada pukul 14.00.
Takut terjebak macet, kami menyalakan Google Maps dan memang Google Maps menyarankan kami untuk melewati jalan lain yang lebih memutar tapi lebih cepat karena tidak macet. Jalannya sedikit membingungkan karena banyak memutar dan membelok tapi akhirnya kami sampai juga di Stasiun Lempuyangan.
Mas pengambil motor juga baru datang rupanya. Dia mengecek kelengkapan motornya sebelum akhirnya mengembalikan tiga kartu identitas kami yang dijadikan jaminan. Setelah pamit, kami pun segera masuk ke stasiun karena kami memang belum mencetak boarding pass kami.
Jadwal kereta masih sekitar setengah jam lagi. Kami segera men-scan barcode Traveloka dari handphone kami pada mesin pemindai di dekat komputer. Boarding pass pun tercetak dalam beberapa detik kemudian.
Sekitar setengah jam kemudian, kereta Pasundan jurusan Surabaya pun tiba. Kami segera mencari tempat duduk kami. Dengan bekal yang cukup banyak, kami pun cukup tenang menjalani perjalanan kami.
Setelah beberapa kali kereta kami berhenti karena mendahulukan kereta bisnis atau eksekutif yang berpapasan dengan kami, akhirnya kami pun tiba di Surabaya sekitar pukul 21.40.
Artikel terkait:
BACKPACKING MURAH YOGYAKARTA, MAGELANG, SLEMAN DAN KLATEN 4 HARI 4 MALAM (4D4N): HARI PERTAMA (14 AGUSTUS 2017)
Kak kalo boleh minta info kontak kakak dong (wa/line/fb/bbm/twitter/ig/email/no. hp). Aku jg ada rencana mau backpack ke Jogja dr Surabaya xD Mau tanya2 ttg pemesanan motor sm mgkn kakak bisa kasih kita rekomen harus kemana aja kita selama 3D2N xD Thank you kak..
BalasHapusUntuk tips sewa motor, barusan kami posting. Bisa kamu cek di link berikut:
Hapushttp://kembarimutjalanjalan.blogspot.co.id/2018/05/tips-sewa-motor-di-jogja.html?m=1
Untuk rekomendasi tempat wisata, kamu bisa baca di dua itinerary kami waktu traveling ke Jogja berikut ini:
- http://kembarimutjalanjalan.blogspot.co.id/2017/09/itinerary-backpacking-yogyakarta-magelang-sleman-klaten-2017.html?m=1
- http://kembarimutjalanjalan.blogspot.co.id/2018/01/itinerary-liburan-akhir-pekan-ke-yogyakarta-2017.html?m=1
Untuk pertanyaan lainnya, bisa langsung kamu tanyakan di kolom komentar saja karena sekalian bisa membantu pembaca lainnya. Kami usahakan untuk fast response. 😁
Semoga artikel kami membantu ya... 😁