Traveler: Kembar A dan Suami Kembar A
Starting point: Surabaya
Berangkat ke Yogyakarta dengan Kereta Api
Kami tiba di Stasiun Gubeng sekitar pukul 10.20. Stasiun cukup ramai pagi itu. Sekitar lima belas menit kemudian, kami sudah diizinkan masuk ke dalam peron dan langsung ke dalam kereta yang sudah datang sejak tadi.
Namun, ternyata kereta datang terlambat. Dari yang seharusnya pukul 10.45, kereta baru datang di atas pukul sebelas.
Sebelumnya, kami telah memesan penginapan melalui Booking.com dan sewa motor melalui internet. Untuk penginapan sendiri, kami baru akan melakukan pembayaran di tempat sementara untuk motor sudah kami bayar lunas di awal. Pada saat kereta sudah mendekati Stasiun Lempuyangan, kami melakukan konfirmasi ke nomor contact person dari penginapan dan persewaan motor tersebut. Khususnya motor, memang kami harus mengkonfirmasi waktu kedatangan karena motor memang akan diantar ke stasiun sesuai dengan perjanjian pemesanan motor tersebut.
Tiba di Yogyakarta
Salat di masjid dekat Stasiun Lempuyangan
Kereta tiba sekitar pukul 16.20, agak telat beberapa menit. Begitu keluar dari area peron, tak lupa, kami langsung melakukan check-in untuk mendapatkan print-out tiket pulang kami. Si pengantar motor belum tiba dan menyuruh kami menunggu di depan stasiun, tepatnya di Parkir Inap Alhamdulillah.
Karena belum pasti akan tiba pukul berapa di penginapan, kami memutuskan untuk mencari masjid saja terlebih dahulu. Kami bertanya pada seorang bapak yang berdiri tak jauh dari mulut stasiun, dan darinya kami tahu bahwa masjid terdekat terletak di sebuah gang, yang juga tepat berada di seberang stasiun.
Dari ujung gang, kami masuk kemudian belok ke kiri lalu ke kanan dan kemudian tinggal mengikuti gang, kurang lebih 100 meter. Tiba di masjid, kami segera menjamak salat kami.
Selesai salat, kami segera menuju ke tempat janjian. Rupanya si pengantar motor belum datang. Karena lapar (sebenarnya sudah kelaparan sejak masih di kereta, tapi sayang uangnya karena makanan di dalam kereta sangat mahal), kami pun memesan makanan di salah satu warung yang ada di depan Stasiun Lempuyangan. Kami memesan dua nasi dengan lauk oseng dan telur plus satu gorengan, dan harus membayar IDR 21.000. Cukup mahal untuk ukuran Yogyakarta tapi cukup masuk akal (bahkan bisa dibilang murah) untuk ukuran makanan yang dijual di dekat tempat strategis seperti stasiun.
Bertemu Pengantar Motor Sewaan
Tak berapa lama setelah kami selesai makan, si pengantar motor (kami memesan motor di Rental Motor reSmile) mengabari kalau dia sudah sampai. Ternyata proses penyerahan motor berlangsung sangat cepat dan lancar. Ada dua mas-mas yang datang. Salah satu dari mereka mengeluarkan semacam nota yang harus diisi data sesuai dengan data pemesan kendaraan. Masnya memastikan lagi mengenai lokasi dan waktu penjemputan motor. Aku menjawab lokasinya di Malioboro, dekat halte trans Jogja karena rencananya memang aku ingin naik Trans Jogja menuju Stasiun Lempuyangan.
Si mas pengantar motor mengatakan jalur Trans Jogja dari Malioboro ke Stasiun Lempuyangan agak memutar. Dan mungkin bisa memakan waktu lebih dari setengah jam, plus hitungan macetnya. Kami akhirnya ragu. Mas-nya pun mengatakan bahwa kami bisa mengkonfirmasi waktu dan lokasi penjemputan nanti saja via Whatsapp.
Selesai mengisi data, kami memberikan tiga kartu identitas seperti yang disyaratkan di website, dan mas-nya pun memberikan kami kunci motor yang di dalamnya sudah tersedia STNK.
Dia membawa kami ke motor yang akan kami sewa. Dia memberikan dua helm, kemudian membuka jok dan menunjukkan bahwa di dalamnya terdapat dua jas hujan. Setelah itu, transaksi pun berakhir dan kami siap menggunakan motor tersebut.
Dari stasiun, kami bergerak menuju penginapan Grapyak Homestay berbekal screenshot Google maps yang sudah kami print sebelumnya (rencananya ini kami lakukan untuk menghemat baterai ponsel agar tak perlu terlalu sering menggunakan GPS). Sebelum tiba di homestay, kami mampir dulu ke pom bensin yang ada di pinggir jalan yang kami lewati.
Walaupun sempat agak ragu di beberapa titik, akhirnya kami tiba di Nitipuran RT 8, yang merupakan alamat dari homestay tersebut, yang lokasinya tak seberapa jauh dari pom bensin yang tadi. Kami sempat bertanya ke beberapa orang karena memang ternyata homestay tersebut berada di dalam gang kecil.
Tiba di Grapyak Homestay
Saat kami tiba di depan homestay, aku segera meng-SMS Mbak Fitri, contact person dari Grapyak Homestay. Dia menyuruh kami menunggu karena dia mau salat Magrib dulu. Dan memang, tak berapa lama setelah itu, azan Magrib berkumandang dari masjid yang letaknya hanya sekitar 50 meter dari homestay tersebut.
Kami memutuskan untuk salat Magrib terlebih dahulu. Dan begitu selesai salat, kami pun masuk ke ruang tamu Grapyak Homestay, sesuai instruksi Mbak Fitri.
Beberapa menit kemudian, seorang lelaki datang dan mengatakan bahwa Mbak Fitri masih akan datang nanti. Sementara ini, kami disuruh naik dulu ke kamar untuk beristirahat.
Kamar kami ternyata berada di lantai atas, tepat di dekat tangga. Begitu kamar dibuka dan mas-mas tadi selesai menjelaskan beberapa hal kemudian pergi, kami langsung menghamburkan diri ke kasur. Ah, nyaman. Kasurnya cukup luas dan walaupun tanpa dipan alias nempel di lantai, kondisinya tetap nyaman kok. Rasa lelah berangsur mereda.
Saat sedang asyik leyeh-leyeh, terdengar ketukan di pintu. Rupanya itu Mbak Fitri. Dia datang untuk memberikan kunci kamar. Dan ketika aku tanya mengenai kunci ruang tamu, dia mengatakan bahwa pintu itu tak pernah dikunci. Pada saat itu juga, aku memberikan pembayaran lunas sewa kamar untuk 3 hari. Lalu sudah. Mbak Fitri mengucapkan terima kasih dan kemudian mengundurkan diri. Sesederhana itu, bahkan tanpa nota. Hahaha. Aku hampir tak percaya bahwa homestay ini kami pesan melalui Booking.com.
Setelah rasa lelah sedikit mereda, aku memutuskan untuk mandi barang sebentar sementara suami bilang mau mandi nanti saja. Setelah berdandan ala kadar, kami pun cabut untuk mencari makan. Awalnya, kami ingin makan di angkringan sekitar Malioboro atau Stasiun Tugu. Namun, ketika melewati Malioboro kami merasa bahwa suasananya terlalu ramai untuk orang yang baru tiba dan masih lelah. Dan kami pun mungkin akan kesulitan menemukan makanan yang sesuai budget.
Akhirnya, kami pun terus dan kembali ke jalan yang mengarah ke homestay. Di pinggir jalan, ada penjual nasi dan mi goreng jawa. Kami memutuskan untuk makan di situ saja. Saat itu kami memesan satu piring nasi goreng, satu piring mi goreng, dua gelas es teh dan dua kerupuk dan total pembayarannya adalah IDR 30.000. Menurut kami, itu harga yang standar karena sama dengan harga di Surabaya.
Selesai makan, kami memutuskan untuk kembali saja ke homestay, mengingat jadwal untuk esok hari adalah ke Magelang, dan kami harus berangkat pagi-pagi buta, sekitar pukul tiga dini hari. Sebelum pulang, kami sempatkan mampir di Toko Nitipuran di dekat homestay untuk membeli roti dan air untuk bekal esok hari.
Artikel terkait:
REVIEW PUNTHUK SETUMBU MAGELANG: MENIKMATI SUNRISE DENGAN PEMANDANGAN BOROBUDUR DI KEJAUHAN
LIBURAN AKHIR PEKAN KE YOGYAKARTA 3 HARI 3 MALAM (3D4N): HARI PERTAMA (15 AGUSTUS 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar