Kamis, 24 Januari 2019

LIBURAN DAN WISATA KULINER SEMARANG 2 HARI 2 MALAM (2D2N): HARI KEDUA (22 NOVEMBER 2018)




Hari: Pertama




Kami bangun setengah lima hari ini. Setelah salat Subuh, kembar A ke kamar kembar B, dan kami berniat menghabiskan pagi leyeh-leyeh di hotel dan baru akan memulai jalan-jalam sekitar pukul delapan, sementara suami Kembar A lari pagi di sekitar hotel.

Tapi baru beberapa menit di kamar, suami Kembar A memamerkan suasana pagi yang menyenangkan di taman Tugu Muda, atau di depan Lawang Sewu. Akhirnya sekitar pukul enam, si kembar tergoda untuk menyusul suami Kembar A ke sana, tanpa mandi dan tentunya tanpa make-up.

Ternyata menghabiskan pagi di kota orang dengan jalan-jalan pagi itu lebih menyenangkan. Kami mendapatkan spot foto yang lebih menyenangkan dari titik di Tugu Muda ini, di suasana yang sepagi ini.

Setelah matahari semakin naik, kami bertiga kembali ke hotel. Setelah mandi dan bersiap-siap, sekitar pukul delapan kami keluar dari hotel dan menuju depot Soto Ayam Selan, yang lagi-lagi merupakan makanan legendaris Semarang.



Kenyang makan di Soto Ayam Selan, kami mencari pom bensin dan mengisi masing-masing motor kami dengan bensin Premium IDR 10.000 saja sebelum melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya

Dan tujuan kami selanjutnya adalah Jalan Sekayu No. 348. Ada yang tahu ini rumahnya siapa? Ini adalah rumahnya Nh. Dini, salah satu penulis terkenal Indonesia yanh telah berusia sangat lanjut. Yang suka sastra pasti tahu beliau.

Kami tidak lama di sini. Lebih tepatnya , kami hanya ingin melihat rumahnya saja tanpa ada niatan mampir karena katanya, Nh. Dini memang tidak tinggal di situ lagi. Rumah itu kini dihuni kakak dari Nh. Dini yang bernama Heratih, beserta anaknya. Sementara Nh. Dini sendiri kabarnya berada di sebuah panti di daerah Banyumanik.

Tak lama kami di situ, kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Agung Jawa Tengah. Selesai berfoto-foto dengan salah satu masjid ikonik di Semarang ini, kami berencana mencari penjual minuman karena cuaca yang teramat panas siang itu telah membuat kami sangat kehausan.

Pilihan kami jatuh pada Es Campur Pak Joni, yang telah berdiri sejak 1976. Jadi termasuk legendaris juga. Dan kami tidak menyesal karena rasanya memang endes banget.

Tak tahan dengan cuaca yang terlampau panas, selepas dari Es Campur Pak Joni, kami memutuskan untuk kembali ke hotel, dan sekalian bersiap-siap untuk check-out.

Sesampainya di hotel, kami mulai mengemasi barang-barang kami. Dan sebelum akhirnya check-out tepat pukul dua belas siang, kami sempatkan untuk salat Zuhur terlebih dahulu di kamar masing-masing.

Keluar dari hotel, kami melanjutkan perjalanan ke Kota Lama. Jaraknya lumayan jauh dari hotel karena letaknya memang di ujung Kota Semarang.

Dan sayang sekali, sesampainya di sana, kami dapati Kota Lama sedang mengalami pemugaran besar-besaran. Berdasarkan informasi dari sopir taksi online yang kami dapatkan malam harinya, kami ketahui bahwa di Kota Lama sedang diadakan perbaikan jalan, dengan fokus pada penggantian jalanan aspal di area wisata tersebut dengan paving. Nantinya, jalanan ini akan dijadikan wilayah yang tidak bisa dimasukin mobil. Rencananya, proyek ini baru akan selesai awal tahun 2019. Dan secara keseluruhan, Kota Semarang sedang sangat berbenah pada masalah drainase. Karena suasana yang kurang bersahabat inilah, akhirnya kami memutuskan untuk tidak jadi berfoto-foto di Kota Lama.

Cuaca Kota Semarang waktu itu memamg sedang panas-panasnya. Dalam perjalanan kami bersepeda motor menuju setelahnya kembali ke pusat Kota Semarang, mata suami Kembar A menangkap sebuah plang bertuliskan "Lunpia". Ternyata memang benar, di salah satu gang di jalan tersebut, yaitu Jalan Pemuda, terdapat sebuah kedai yang nyaman bernama "Lunpia Mbak Lien."

Kami masuk dan memesan masing-masing sebuah lumpia. Harganya IDR 16.000 per biji, tentunya dengan keadaan yang jauh lebih nyaman daripada Lunpia Gang Lombok. Kami bahkan nambah 1 porsi lagi (khusus yang ini kami ditraktir suami Kembar A, hehehe).

Setelah dari Lunpia Mbak Lien, kami benar-benar bingung mau kemana lagi. Setelah satu tempat wisata kami skip, dan rencana kami ke Ambarawa kami batalkan karena rasan-rasanya bakal kejauhan, kami benar-benar bingung mau kemana.

Rencananya kami akan menghabiskan waktu di sekitar Simpang Lima dan sekali lagi membeli Es Puter Conglik. Namun karena waktu masih siang, yaitu sekitar jam setengah dua, kami bingung harus menghabiskan waktu dengan apa lagi.

Akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan saja ke Ungaran, meskipun tanpa tujuan yang pasti. Hanya sekadar ingin tahu saja.

Dan ternyata Ungaran itu lumayan jauh, mungkin sebelas-duabelas dengan Ambarawa. Kami baru sadar bahwa Ungaran sudah masuk Kabupaten Semarang, dan bukannya Kota Semarang. Hahahaha.

Kami tiba di gerbang Kabupaten Semarang sejam kemudian. Sebelumnya, tak jauh dari gerbang itu, kami membeli bensin Premium lagi. Berpikir sejenak, akhirnya kami memutuskan untuk ke Watugunung, yang merupakan wisata air yang berada di daerah Ungaran.

Lokasinya hanya sepuluh menit dari tempat kami saat itu. Di tempat ini terdapat kolam renang dan danau buatan. Tiketnya pun cukup terjangkau, yaitu hanya IDR 20.000. Tapi yang perlu digarisbawahi, saat telah masuk ke jalan yang mengarah ke Watugunung ini, ada dua titik yang sangat menanjak. Jadi kita harus sangat berhati-hati, terutama saat perjalanan pulang, karena tentu saja jalanan menjadi menurun sangat curam. Rem motor harus dipastikan berfungsi baik agar tidak celaka.

Sampai di Watugunung, setelah berfoto-foto sejenak di sekitar danau, kami akhirnya malah berenang. Tempatnya cukup bagus. Untungnya baju kami cuma kaos dan tidak ribet dipakai berenang, dan baju ganti pun masih ada, sisa-sia baju kemarin. Jadi ya tidak ada masalah. Hehehe.

Kami berenang sampai pukul setengah empat. Sebelum itu, si pemilik motor telah mengirimi kami Whatsapp kami dan mengatakan bahwa dia akan mengambil motor pukul lima sore.

Aneh, kan? Dia mengatur-ngatur jadwal pengembalian kami padahal kalau telat pun ada dendanya. Jadi sebenarnya, kalau mau telat pun seharusnya suka-suka kami, kan, yang penting kami membayar denda. Tapi daripada ribet, kami iyakan saja.

Perjalanan balik butuh waktu yang kurang lebih sama, yaitu satu jam. Pukul lima lebih kami telah sampai di Simpang Lima. Dan si pemilik motor mengirimi kami Whatsapp lagi dan mengatakan bahwa dia baru saja berangkat. Menyebalkan nggak, sih?

Akhirnya kami memarkir motor kami di tempat parkir berbayar di dekat masjid dan menunggu si pemilik motor sembari membeli nasi kucing di sekitar situ.

Selesai makan, si pemilik motor datang bersama temannya. Untungnya dia punya kesadaran untuk membayar parkir dan tidak mendenda kami atas kelebihan sewa satu jam kami--satu hal baik dari sekian banyak kekurangan persewaan motor ini.

Setelah semua beres, kami bersiap-siap salat Magrib. Selesai salat, kami sempatkan untuk menyeberang ke taman Simpang Lima untuk berfoto-foto di trotoarnya saja.

Setelah itu kami berjalan kaki lumayan jauh menuju Es Puter Conglik karena kami masih penasaran dengan rasa duriannya. Meskipun sebenarnya kami was-was dengan harganya. Kami sudah menebak, es durian ini bakal mahal.

Dan rasanya memang enak banget. Kami bertiga kali ini sama-sama memesan rasa Alpukat & Durian. Di menu ini, kami mendapatkan es putar dengan tambahan dua biji durian utuh. Benar-benar memuaskan, meskipun harganya memang benar mahal, yaitu IDR 30.000 per porsi. Puyeng kepala Barbie. Wakakaka.

Puas makan es krim, jam telah menunjukkan pukul setengah delapan. Kami memutuskan untuk langsung saja ke Stasiun Tawang dengan memesan taksi online Grab.

Lima belas menit kemudian kami telah sampai di Stasiun Tawang. Kami salat Isya terlebih dahulu di masjid stasiun yang terletak di dekat pintu gerbang.

Setelah itu kami masuk ke ruang tunggu dan menunggu kereta kami datang. Kereta kami, Kereta Kertajaya dari Pasar Senen jurusan Pasar Turi, tiba di Stasiun Tawang sekitar pukul 20.45. Kami masuk ke kereta, mencari gerbong kami, dan kereta pun berangkat sesuai jadwal tak lama kemudian. Selama di perjalanan menuju Surabaya kami tertidur dengan pulasnya.



Hari: Pertama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar