Melaka merupakan salah satu negara bagian di Semenanjung Malaysia (Malaysia Barat) dengan
ibukota bernama sama, yaitu Kota Melaka. Wilayahnya berbatasan dengan Negara Bagian Johor di sebelah selatan dan Negeri Sembilan di sebelah barat dan utara. Di Indonesia sendiri kita lebih mengenal daerah tersebut dengan sebutan Malaka.
Wilayah ini memang tepat berada di tepi laut yang berbatasan langsung dengan Indonesia, yaitu Selat Malaka. Kenyataan bahwa Selat Malaka merupakan sebuah jalur transportasi laut yang padat yang dikelilingi oleh tiga negara, yaitu Malaysia, Indonesia, dan Singapura inilah yang akhirnya membawa Alfonso de Albuquerque berlayar dari Goa menuju Melaka dan menaklukkan daerah ini dari Kesultanan Melaka pada tahun 1511 atas nama Portugis, sebelum kemudian datang penjajah berikutnya, yaitu Belanda.
Dan Melaka kini telah menjadi salah satu tujuan wisata populer di Malaysia dengan menjadikan bangunan-bangunan tua peninggalan Portugis dan Belanda tersebut sebagai salah satu atraksi utamanya.
Red Square atau biasa disebut juga sebagai Dutch Square, merupakan sebuah kompleks berisi bangunan-bangunan yang dicat serba merah. Terletak di Jalan Kota, kawasan ini berisi bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang dibangun sekitar tahun 1660-an. Ada beberapa spot menarik yang ada di kawasan ini, antara lain:
Stadthuys, diambil dari bahasa Belanda yang berarti city hall, merupakan sebuah bangunan bersejarah yang terletak di Red Square. Bangunan ini dalam bahasa Melayu sendiri disebut Bangunan Merah. Seperti julukannya, bangunan ini terkenal karena eksterior yang serba merah. Di bangun pada tahun 1650, bangunan peninggalan Belanda ini terletak memanjang persis di depan sebuah gereja kristen (Christ Church) dan tower jam (Red Clock Tower).
Pada perjalanan backpacking kami ke Singapura - Malaysia Agustus 2015 lalu, kami memulai perjalanan kami ke Melaka dari Singapura. Perjalanan dimulai dengan menyeberang ke Stasiun Johor Bahru Sentral, Malaysia dengan menggunakan shuttle train dari Woodlands Train Checkpoint, Singapura. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan dengan naik Kereta KTM 24 Senandung Sutera jurusan Kuala Lumpur.
Melaka tidak bisa langsung kita capai dengan kereta ini. Untuk ke Melaka, kita harus turun di stasiun yang terdekat dari daerah itu, yaitu Stasiun Tampin/P. Sebang. Dengan menggunakan Kereta 24 Senandung Sutera ini, kita bisa mencapai Stasiun Tampin/P. Sebang kurang lebih 6 jam. Karena waktu itu kami menggunakan kereta malam yang berangkat dari Stasiun Johor Bahru Sentral pada pukul 22.30 waktu setempat, kami tiba di Stasiun Tampin/P. Sebang sekitar pukul 04.30 (per 19 Juni 2016 telah terjadi perubahan jadwal dan jenis kereta di Malaysia).
Jarak Stasiun Tampin/P. Sebang dengan Terminal Bus Tampin adalah sekitar 1 km dan bisa dicapai dengan berjalan kaki kurang lebih selama 15 menit.
Untuk menuju ke terminal bus tersebut, pertama-tama kalian harus keluar dari area stasiun. Dari pintu gerbang stasiun, kalian akan jumpai jalan memanjang yang lumayan sepi bernama Jalan Stesyen Keretapi. Di kanan kirinya hanya terdapat lahan kosong alias tidak ada bangunan, dan di beberapa titik terdapat semak-semak.
Pada jam-jam tertentu, kondisinya memang cukup menakutkan. Waktu kami ke sana dulu, karena tiba di Stasiun Tampin/P. Sebang sekitar pukul 04.30, kami keluar area stasiun ke jalan ini sekitar pukul 05.00, dan kami mendapati area itu masih sangat gelap dan sepi. Kami sempat was-was dengan keadaan tersebut, tapi karena waktu itu kami bertiga (Si Kembar dan suami Kembar A), kami tetapi memaksakan diri melintasi daerah tersebut di jam itu juga. Dan alhamdulillah perjalanan kami aman-aman saja.
Setelah menempuh jalan sekitar 350 meter, kalian akan tiba di sebuah pertigaan. Beloklah ke kiri ke Jalan Besar. Ada beberapa tempat yang bisa kalian jadikan acuan bahwa kalian tidak salah jalan, salah satunya adalah bahwa beberapa meter dari pertigaan tersebut terdapat sebuah pom bensin di kiri jalan. Setelah itu, kalian akan sampai di kompleks pecinan di mana kalian akan melewati toko-toko dengan lorong-lorongnya. Keluar dari area pecinan, kalian cukup berjalan beberapa meter lagi sebelum akhirnya sampai di sebuah pertigaan berlampu merah.
Pertigaan inilah yang mengarahkan kalian ke Terminal Sebang/Tampin yang berjarak hanya sekitar 40 meter dari ujung pertigaan.
Dari sini, kita tinggal mencari bus yang akan menuju ke Melaka Sentral, yaitu Bus 12 Panorama Melaka. Bus ini baru mulai beroperasi pukul 07.00. Tiket Tampin – Melaka Sentral adalah seharga MYR 4,6 per orang (per 19 Agustus 2015).
Jika kalian malas kalau harus berjalan ke terminal ini, kalian bisa cukup menunggu di seberang pertigaan Jalan Stesyen Keretapi karena Bus 12 Panorama Melaka juga akan lewat situ. Berdasarkan pengamatan kami, untuk di luar kota, bus bisa berhenti dimana pun atau penumpang bisa mencegat dimana pun tanpa memerlukan halte. Namun, untuk lebih aman dan pastinya, kami sarankan untuk langsung ke terminal bus saja.
Perjalanan dari Tampin ke Melaka Sentral membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Sedikit informasi bagi kalian yang mungkin kelaparan, di area Terminal Melaka Sentral ini bisa dijumpai banyak penjual makanan. Dan kebetulan, tak jauh dari situ juga terdapat semacam food court yang menyediakan masakan Indonesia.
Untuk menuju ke salah satu lokasi wisata, yaitu Red District, kalian bisa naik Bus 19 Panorama Melaka jurusan Ujong Pasir. Pada saat membeli tiket, tujuan yang tertera adalah Bangunan Merah. Harga tiketnya adalah MYR 1,5 per orang (per 19 Agustus 2015).
Jika kalian takut terlewat, kalian bisa bilang langsung ke sopirnya untuk menurunkan kalian di Bangunan Merah. Bilang saja kalian kurang familiar dengan daerah itu. Meskipun sebenarnya kalian tidak perlu khawatir juga karena bangunannya sangat mencolok.
Kemungkinan besar kalian nanti akan diturunkan tepat di depan Bangunan Merah yang memang berada di pinggir jalan yang dilalui bus tersebut. Dari situ kalian bisa mulai berjalan ke beberapa area wisata yang telah kami sebutkan di atas, yang tentunya cukup luas dan menguras tenaga.
Dari area Red District kami berjalan menjauh ke arah perginya bus yang tadi pagi mengantarkan kami. Kurang lebih dua ratus meter dari area itu, kami menemukan Halte Bus 19 Panorama Melaka, yang letaknya tepat berada di seberang Muzium Samudra.
Sebenarnya kalian bisa juga naik bus dari depan Bangunan Merah, tapi karena kami waktu itu ingin menikmati sekeliling dulu, kami memutuskan untuk naik bus dari sini. Sesuai jadwal, kami harus menunggu beberapa menit sebelum bus tiba. Dan ternyata busnya molor beberapa menit dari jadwal yang tertera di halte. Dari halte tersebut ke Terminal Melaka Sentral, kami harus membayar tiket seharga MYR 2 per orang (per 19 Agustus 2015).
Dari Bangunan Merah, untuk menuju Kuala Lumpur, kalian bisa menggunakan dua moda transportasi, yaitu bus dan kereta. Tapi kami lebih merekomendasikan bus karena jadwalnya lebih fleksibel, cara tempuhnya juga lebih mudah, selain itu KL-Melaka memang bukan rute jarak jauh.
Jika menggunakan bus menuju Kuala Lumpur, kalian akan diturunkan di Terminal Bersepadu Selatan (TBS), Kuala Lumpur. Setibanya kami di Melaka Sentral, kami lalu berjalan ke arah terminal bus antar negeri, untuk membeli tiket menuju TBS. Ada beberapa armada yang tersedia, dan kalian bisa memilih yang jam dan harganya sesuai. Waktu itu kami memilih bus KKKL yang berangkay pukul 13.30, dengan harga MYR 23,4 per orang (per 19 Agustus 2015).
Perjalanan menuju Kuala Lumpur membutuhkan waktu sekitar dua jam.
Artikel Terkait:
KERETA 24 SENANDUNG SUTERA: PENGALAMAN TIDUR DI KERETA MALAM JURUSAN JOHOR BAHRU – KUALA LUMPUR
BACKPACKING MURAH SINGAPURA – MALAYSIA 5 HARI 4 MALAM (5D4N): HARI KETIGA (19 AGUSTUS 2015)
ibukota bernama sama, yaitu Kota Melaka. Wilayahnya berbatasan dengan Negara Bagian Johor di sebelah selatan dan Negeri Sembilan di sebelah barat dan utara. Di Indonesia sendiri kita lebih mengenal daerah tersebut dengan sebutan Malaka.
Wilayah ini memang tepat berada di tepi laut yang berbatasan langsung dengan Indonesia, yaitu Selat Malaka. Kenyataan bahwa Selat Malaka merupakan sebuah jalur transportasi laut yang padat yang dikelilingi oleh tiga negara, yaitu Malaysia, Indonesia, dan Singapura inilah yang akhirnya membawa Alfonso de Albuquerque berlayar dari Goa menuju Melaka dan menaklukkan daerah ini dari Kesultanan Melaka pada tahun 1511 atas nama Portugis, sebelum kemudian datang penjajah berikutnya, yaitu Belanda.
Dan Melaka kini telah menjadi salah satu tujuan wisata populer di Malaysia dengan menjadikan bangunan-bangunan tua peninggalan Portugis dan Belanda tersebut sebagai salah satu atraksi utamanya.
Atraksi/Spot Menarik
1. Red Square
Red Square atau biasa disebut juga sebagai Dutch Square, merupakan sebuah kompleks berisi bangunan-bangunan yang dicat serba merah. Terletak di Jalan Kota, kawasan ini berisi bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang dibangun sekitar tahun 1660-an. Ada beberapa spot menarik yang ada di kawasan ini, antara lain:
- Bangunan Merah/Stadthuys
Stadthuys, diambil dari bahasa Belanda yang berarti city hall, merupakan sebuah bangunan bersejarah yang terletak di Red Square. Bangunan ini dalam bahasa Melayu sendiri disebut Bangunan Merah. Seperti julukannya, bangunan ini terkenal karena eksterior yang serba merah. Di bangun pada tahun 1650, bangunan peninggalan Belanda ini terletak memanjang persis di depan sebuah gereja kristen (Christ Church) dan tower jam (Red Clock Tower).
Kompleks Bangunan Merah |
- Christ Church
Christ Church |
2. Jonker Street (Jonker Walk)
3. A Famosa
4. Gereja Saint Paul
5. Muzium Istana Kesultanan Melaka
Muzium Istana Kesultanan Melaka |
Perjalanan Menuju dan Dari Melaka
Menuju ke Melaka Sentral dari Stasiun Tampin/Pulau Sebang
Pada perjalanan backpacking kami ke Singapura - Malaysia Agustus 2015 lalu, kami memulai perjalanan kami ke Melaka dari Singapura. Perjalanan dimulai dengan menyeberang ke Stasiun Johor Bahru Sentral, Malaysia dengan menggunakan shuttle train dari Woodlands Train Checkpoint, Singapura. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan dengan naik Kereta KTM 24 Senandung Sutera jurusan Kuala Lumpur.
Melaka tidak bisa langsung kita capai dengan kereta ini. Untuk ke Melaka, kita harus turun di stasiun yang terdekat dari daerah itu, yaitu Stasiun Tampin/P. Sebang. Dengan menggunakan Kereta 24 Senandung Sutera ini, kita bisa mencapai Stasiun Tampin/P. Sebang kurang lebih 6 jam. Karena waktu itu kami menggunakan kereta malam yang berangkat dari Stasiun Johor Bahru Sentral pada pukul 22.30 waktu setempat, kami tiba di Stasiun Tampin/P. Sebang sekitar pukul 04.30 (per 19 Juni 2016 telah terjadi perubahan jadwal dan jenis kereta di Malaysia).
Jarak Stasiun Tampin/P. Sebang dengan Terminal Bus Tampin adalah sekitar 1 km dan bisa dicapai dengan berjalan kaki kurang lebih selama 15 menit.
Untuk menuju ke terminal bus tersebut, pertama-tama kalian harus keluar dari area stasiun. Dari pintu gerbang stasiun, kalian akan jumpai jalan memanjang yang lumayan sepi bernama Jalan Stesyen Keretapi. Di kanan kirinya hanya terdapat lahan kosong alias tidak ada bangunan, dan di beberapa titik terdapat semak-semak.
Pada jam-jam tertentu, kondisinya memang cukup menakutkan. Waktu kami ke sana dulu, karena tiba di Stasiun Tampin/P. Sebang sekitar pukul 04.30, kami keluar area stasiun ke jalan ini sekitar pukul 05.00, dan kami mendapati area itu masih sangat gelap dan sepi. Kami sempat was-was dengan keadaan tersebut, tapi karena waktu itu kami bertiga (Si Kembar dan suami Kembar A), kami tetapi memaksakan diri melintasi daerah tersebut di jam itu juga. Dan alhamdulillah perjalanan kami aman-aman saja.
Setelah menempuh jalan sekitar 350 meter, kalian akan tiba di sebuah pertigaan. Beloklah ke kiri ke Jalan Besar. Ada beberapa tempat yang bisa kalian jadikan acuan bahwa kalian tidak salah jalan, salah satunya adalah bahwa beberapa meter dari pertigaan tersebut terdapat sebuah pom bensin di kiri jalan. Setelah itu, kalian akan sampai di kompleks pecinan di mana kalian akan melewati toko-toko dengan lorong-lorongnya. Keluar dari area pecinan, kalian cukup berjalan beberapa meter lagi sebelum akhirnya sampai di sebuah pertigaan berlampu merah.
Pertigaan inilah yang mengarahkan kalian ke Terminal Sebang/Tampin yang berjarak hanya sekitar 40 meter dari ujung pertigaan.
Dari sini, kita tinggal mencari bus yang akan menuju ke Melaka Sentral, yaitu Bus 12 Panorama Melaka. Bus ini baru mulai beroperasi pukul 07.00. Tiket Tampin – Melaka Sentral adalah seharga MYR 4,6 per orang (per 19 Agustus 2015).
Jika kalian malas kalau harus berjalan ke terminal ini, kalian bisa cukup menunggu di seberang pertigaan Jalan Stesyen Keretapi karena Bus 12 Panorama Melaka juga akan lewat situ. Berdasarkan pengamatan kami, untuk di luar kota, bus bisa berhenti dimana pun atau penumpang bisa mencegat dimana pun tanpa memerlukan halte. Namun, untuk lebih aman dan pastinya, kami sarankan untuk langsung ke terminal bus saja.
Perjalanan dari Tampin ke Melaka Sentral membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Sedikit informasi bagi kalian yang mungkin kelaparan, di area Terminal Melaka Sentral ini bisa dijumpai banyak penjual makanan. Dan kebetulan, tak jauh dari situ juga terdapat semacam food court yang menyediakan masakan Indonesia.
Menuju ke Bangunan Merah dari Melaka Sentral
Untuk menuju ke salah satu lokasi wisata, yaitu Red District, kalian bisa naik Bus 19 Panorama Melaka jurusan Ujong Pasir. Pada saat membeli tiket, tujuan yang tertera adalah Bangunan Merah. Harga tiketnya adalah MYR 1,5 per orang (per 19 Agustus 2015).
Jika kalian takut terlewat, kalian bisa bilang langsung ke sopirnya untuk menurunkan kalian di Bangunan Merah. Bilang saja kalian kurang familiar dengan daerah itu. Meskipun sebenarnya kalian tidak perlu khawatir juga karena bangunannya sangat mencolok.
Kemungkinan besar kalian nanti akan diturunkan tepat di depan Bangunan Merah yang memang berada di pinggir jalan yang dilalui bus tersebut. Dari situ kalian bisa mulai berjalan ke beberapa area wisata yang telah kami sebutkan di atas, yang tentunya cukup luas dan menguras tenaga.
Bangunan Merah, tempat bus menurunkan penumpang |
Kembali ke Melaka Sentral dari Bangunan Merah
Dari area Red District kami berjalan menjauh ke arah perginya bus yang tadi pagi mengantarkan kami. Kurang lebih dua ratus meter dari area itu, kami menemukan Halte Bus 19 Panorama Melaka, yang letaknya tepat berada di seberang Muzium Samudra.
Muzium Samudra |
Sebenarnya kalian bisa juga naik bus dari depan Bangunan Merah, tapi karena kami waktu itu ingin menikmati sekeliling dulu, kami memutuskan untuk naik bus dari sini. Sesuai jadwal, kami harus menunggu beberapa menit sebelum bus tiba. Dan ternyata busnya molor beberapa menit dari jadwal yang tertera di halte. Dari halte tersebut ke Terminal Melaka Sentral, kami harus membayar tiket seharga MYR 2 per orang (per 19 Agustus 2015).
Menuju Kuala Lumpur dari Melaka Sentral
Dari Bangunan Merah, untuk menuju Kuala Lumpur, kalian bisa menggunakan dua moda transportasi, yaitu bus dan kereta. Tapi kami lebih merekomendasikan bus karena jadwalnya lebih fleksibel, cara tempuhnya juga lebih mudah, selain itu KL-Melaka memang bukan rute jarak jauh.
Jika menggunakan bus menuju Kuala Lumpur, kalian akan diturunkan di Terminal Bersepadu Selatan (TBS), Kuala Lumpur. Setibanya kami di Melaka Sentral, kami lalu berjalan ke arah terminal bus antar negeri, untuk membeli tiket menuju TBS. Ada beberapa armada yang tersedia, dan kalian bisa memilih yang jam dan harganya sesuai. Waktu itu kami memilih bus KKKL yang berangkay pukul 13.30, dengan harga MYR 23,4 per orang (per 19 Agustus 2015).
Perjalanan menuju Kuala Lumpur membutuhkan waktu sekitar dua jam.
Artikel Terkait:
KERETA 24 SENANDUNG SUTERA: PENGALAMAN TIDUR DI KERETA MALAM JURUSAN JOHOR BAHRU – KUALA LUMPUR
BACKPACKING MURAH SINGAPURA – MALAYSIA 5 HARI 4 MALAM (5D4N): HARI KETIGA (19 AGUSTUS 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar