Batal Pulang ke Surabaya
Seperti telah kami sebutkan sebelumnya, kami sebenarnya juga tidak yakin kapan mau pulang dari Bali. Sebelum berangkat dari Jember, sebenarnya aku sempat mendapatkan telepon dari Surabaya yang mengharapkan aku untuk bisa berada di Surabaya pada Senin, 16 Februari 2014, yaitu hari ini. Namun, rencana ini terpaksa tidak bisa terpenuhi karena berdasarkan laporan yang kami baca dari internet, beberapa bandara masih ditutup sebagai dampak dari letusan Gunung Kelud, termasuk Bandara Ngurah Rai dan Bandara Juanda. Di lain sisi, sepertinya perjalanan darat pun tidak memngkinkan karena akan memakan waktu dan tenaga. Jadi, kami memutuskan untuk menunggu hingga esok hari siapa tahu kedua bandara tersebut sudah bisa dibuka.
Menikmati Pagi di Pantai Sanur
Setelah yakin kami tidak mungkin pulang, hari ini suami memutuskan untuk memperpanjang waktu menginap di penginapan kami. Jadi, selesai mandi dan salat Subuh pagi itu, sekitar pukul 04.30 kami keluar dari penginapan, setelah sebelumnya menginformasikan kepada resepsionis bahwa kami memperpanjang menginap sekaligus memperpanjang sewa motor. Berdasarkan pembicaraan semalam sebelum benar-benar tidur, hari ini kami berencana untuk mengunjungi Pantai Sanur, Pantai Pandawa, Pantai Dreamland, dan Tanah Lot.
Dengan mengandalkan GPS, kami berangkat dengan motor sewaan kami. Suasana masih sangat gelap dan sepi. Dan itupun, kami masih sempat kesasar juga karena kadang GPS kan suka aneh—membawa kita ke tempat-tempat tak terduga. Akhirnya, setelah perjalanan yang sedikit mendebarkan, kami sampai di pantai Sanur sekitar pukul 05.00 lebih. Berdasarkan informasi yang kami dapat dari internet, pantai ini termasuk bagus untuk melihat sunrise.
Saking paginya kami datang, petugas tiketnya bahkan belum ada. Kami pun masuk tanpa dipungut biaya. Beberapa penjual makanan juga masih sibuk menata lapaknya. Kami mendatangi satu tempat yang remang (lainnya gelap gulita) dan menanyakan apakah ada Indomie goreng. Dan rupanya ada. Kami pun memesan dua porsi Indomie goreng untuk mengganjal perut. Yang penting halal!
Selesai makan, sebersit cahaya mulai terlihat di ufuk timur, tapi mendung masih sepekat kemarin. Sembari menunggu siapa tahu mendung mau menyingsing, kami mengeksplorasi tempat tersebut. Ada beberapa kapal nelayan yang bersandar. Usut punya usut, dari pantai ini kita juga bisa berlayar ke Nusa Lembongan, Nusa Penida, dan Nusa Ceningan. Ada persewaan kano juga bagi yang mau mendayung kano.
Cahaya sudah sepenuhnya merebak ketika sekali lagi kami sadar kami telah kehilangan momen sunrise. Tapi itu tak membuat kami sedih. Kami lanjutkan eksplorasi kami. Pantai Sanur lumayan luas dan terdiri dari beberapa spot dengan nuansa berbeda.
Yang paling kufavoritkan tentu saja adalah bagian padang lamunnya. Di sini, suasana hijau meliputi semua sudut sejauh mata memandang. Dan yang unik, ada banyak binatang laut yang menarik untuk diperhatikan, tapi yang di lain sisi juga membuat aku bergidik, seperti mentimun laut, bintang laut, atau landak laut. Hati-hati juga karena ada banyak bulu babi.
Narsis Ria di Pantai Pandawa
Setelah puas berfoto dan mengeksplorasi, pukul 06.30 kami cabut untuk menuju ke lokasi selanjutnya, yaitu Pantai Pandawa. Perjalanan dari Pantai Sanur ke Pantai Pandawa tidak terlalu sulit, apalagi dengan bantuan GPS. Pukul 07.00 kami sudah tiba di kawasan tersebut. Harga tiket masuknya cukup murah, yaitu IDR 2.000 per orang, ditambah IDR 1.000 untuk parkir motor. Pantai Pandawa ini tergolong tempat wisata baru dan rata-rata yang ke sini adalah turis domestik.
Selain pantai, poin menarik dari tempat ini adalah gunung-gunung kapur yang mengelilingi lokasi ini. Untuk menuju ke arah pantai, kita akan melewati jalur aspal dengan gunung kapur di kanan kiri jalan.
Dan yang lebih unik lagi, bagian gunung kapur yang menghadap ke pantai telah diukir membentuk ukiran Pandawa dan ibunya, Kunti. Tentu ini menjadi spot yang tak luput dari sasaran narsis kami.
Selesai berfoto dengan ukiran patung, kami melanjutkan bermotor ke arah bawah, yaitu ke arah pantai. Sayangnya, ombaknya sedang sangat besar. Jadi, agak mengerikan juga untuk berenang agak jauh ke tengah.
Begitu sampai di pantai, suami langsung heboh. Sudah dari kemarin dia ingin berenang. Sayangnya, aku sedang haid jadi tidak ikut berenang (padahal, sebenarnya berenang di laut saat haid juga tidak masalah, kan?). Akhirnya, aku yang bertugas menjaga tas dan memotret suamiku yang sedang asyik bermain air.
Bahkan suamiku juga menyewa kano, seharga IDR 10.000 untuk kano kecil. Kano ini sebenarnya bisa diisi dua orang tapi ya karena aku tidak ikut main air, akhirnya suamiku yang main kano seperti anak kecil sendirian. Hahahaha. Setelah puas, suami pun bergegas mandi di toilet yang ada di sekitar tempat tersebut. Sayangnya, kondisi toiletnya tidak terlalu bersih.
Mampir Sejenak di Pantai Dreamland
Lokasi yang ingin kami kunjungi selanjutnya adalah Pantai Dreamland. Lokasi pantai ini sebenarnya masih dekat dengan lokasi sebelumnya. Namun, kami tidak tahu secara pasti pantai itu berada di mana maka sekali lagi, kami mengandalkan GPS.
Kali ini perjalanannya benar-benar berbeda dari sebelum-sebelumnya. Pantai Dreamland sepertinya masih belum tercatat sebagai pantai resmi dalam perbendaharaan GPS. Kami dilewatkan ke jalan-jalan tikus, bahkan kami harus melalui jalan yang sebenarnya bukan jalan. Kami kesasar melewati beberapa perumahan, ladang, hingga sebuah regency mewah. Ketika sampai di lokasi pun kami masih bingung karena tidak ada papan petunjuk atau gerbang bertuliskan Dreamland. Akhirnya kami bertanya ke orang yang kebetulan lewat di regency mewah tersebut dan dia menunjukkan jalan yang harus kami lewati.
Setelah parkir, kami harus melewati suatu bangunan yang berisi stan-stan suvenir. Dreamland ini sepertinya pantai yang dikelola swasta dan sebenarnya diperuntukkan untuk orang-orang yang menginap di hotel yang ada di dekat situ. Bule-bule banyak terlihat berenang dan surfing dengan bebasnya. Sementara, kebanyakan orang lokal—seperti halnya kami—datang ke sini rata-rata hanya sekadar untuk mampir.
Setelah sedikit menikmati debur ombak yang sangat keras dan merasakan lembutnya pasir pantainya yang putih bersih serta mengambil foto di beberapa spot, kami memutuskan untuk cabut. Ini bukan pantai yang membuat kami ingin berlama-lama. Entahlah, mungkin karena pantai ini menjadi terlalu eksklusif bagi mereka yang beruang banyak. Hahahaha.
Belanja Suvenir dan Mencari Tiket Pulang
Dari Dreamland, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan dan bersantai sejenak. Dalam perjalanan pulang itu, kami sempatkan mampir ke sebuah toko suvenir yang ada di wilayah Kuta dan membeli sedikit oleh-oleh untuk orang di rumah. Kami juga sempatkan mampir ke beberapa agen tiket di daerah Kuta dan Legian, siapa tahu mereka sudah menjual tiket pesawat ke Surabaya. Kebanyakan dari petugasnya menyatakan mereka belum berani menjual tiket. Jadi, kami pun pulang dengan tangan hampa.
Baca juga:
CARA MEMESAN TIKET PESAWAT DI TRAVELOKA
Sepulang dari mencari tiket, kami makan siang di Warung Indonesia yang berjarak hanya beberapa meter dari penginapan kami di Ronta Bungalows. Ah, ternyata makanan di sini lumayan murah. Kita bebas memilih mau makan dengan menggunakan apa. Dan meskipun sepertinya pemiliknya bukan orang Indonesia, makanannya masih berasa sangat Indonesia. Dan karena ini di Poppies Lane, sudah pasti kebanyakan yang makan di situ adalah bule.
Setelah kenyang, kami kembali ke penginapan untuk beristirahat.
Bertemu Teman di Mall Bali Galeria
Sekitar pukul 14.30, suami mengatakan bahwa dia janjian untuk bertemu teman kerjanya yang kebetulan sedang melakukan pameran di Mall Bali Galeria yang masih terletak di wilayah Kuta, tepatnya di Jalan Baypass Ngurah Rai. Dia mengajakku ke sana dan karena aku memang belum pernah ke sana, aku pun mau-mau saja. Kami pun segera meluncur ke sana. Di tengah obrolan bersama teman-teman suami, kami sibuk mencari tiket pulang. Akhirnya, kami mendapatkan tiket Citilink dari kenalan teman suami yang sedang pameran itu, meskipun dengan harga yang lumayan mahal. Ya, sekali lagi ini risiko traveling tanpa rencana: tidak efektif secara biaya.
Menikmati Senja di Tanah Lot
Setelah urusan suami dan teman-temannya selesai, kami pun segera cabut untuk menuju ke Tanah Lot. Untuk menuju ke tempat itu, kami sekali lagi mengandalkan GPS juga. Kami sampai di Tanah Lot sekitar pukul 14.30. Kami segera mengeksplorasi dan berfoto di beberapa bagian dari kawasan wisata ini. Ternyata, Tanah Lot ini sangat luas. Meskipun sudah pernah ke sini waktu SMP, sepertinya aku belum pernah mengeksplorasi Tanah Lot seperti sekarang ini karena pada perjalanan sebelumnya kami selalu dibatasi waktu oleh panitia darma wisata.
Cuaca lumayan cerah hari itu jika dibandingkan dengan kemarin. Jadi, kami sedikit berharap untuk bisa mendapatkan sunset kali ini. Dan pengunjung juga lumayan banyak. Pertama kali, kami mengeksplorasi daerah yang dekat pantai. Saat itu, laut sedang surut dan sebenarnya kami bisa mengunjungi pura yang ada di tengah laut. Namun, karena antri dan sepertinya ada ritual yang tidak sesuai dengan agama yang kami anut, kami tidak mendatangi pura tersebut.
Selesai mengeksplorasi daerah pantai, kami naik ke daerah yang lebih tinggi. Menurut kami, spot ini paling oke untuk melihat sunset. Dari tempat ini, kita juga bisa melihat landscape Tanah Lot secara lebih luas.
Karena haus, suami pun membeli sebotol air mineral. Melihat beberapa bule tampak asyik menyeruput degan, suami pun berinisiatif membeli dan membawanya ke tempat yang kami pilih untuk menyaksikan sunset.
Sayangnya, degan tersebut tidak dilengkap dengan sendok untuk menyendok lapisan kelapa mudanya. Alih-alih membiarkannya terbuang percuma, kami memanfaatkan tutup botol air mineral itu untuk menyendoki lapisan kelapa muda dari degan tersebut. Konyol sih, tapi enak kok. Nyam nyam nyam.
Sekitar pukul 17.30, awan kembali muncul di ufuk barat dan menghalangi matahari dari pandangan. Dan akhirnya, sekali lagi, kami kehilangan sunset tersebut. Namun, tak apa. Kami masih tetap duduk di tempat kami semula sambil menunggu cahaya matahari perlahan menghilang. Setelah cahaya hampir sepenuhnya hilang, kami memutuskan untuk pulang.
Dalam perjalanan pulang itu, kami menemukan ada satu toko listrik di pinggir jalan. Kami memutuskan untuk membeli colokan listrik di tempat itu agar kami bisa men-charge ponsel kami tanpa harus rebutan lagi karena memang hanya ada satu colokan di Ronta Bungalows.
Menikmati Kuta di Malam Hari
Malamnya, kami kembali makan di Warung Indonesia. Setelah itu, kami keluar untuk menikmati suasana Kuta di malam hari. Selain mengelilingi jalanan di seputaran Pantai Kuta, kami juga sempat masuk ke Beachwalk Mall, sekedar ingin menghabiskan waktu saja. Karena budget terbatas, kami tidak membeli apapun karena memang barang yang dijual di sini harganya mahal. Hahahaha.
Suasana Beachwalk Mall |
Vending machine sandal Havaianas |
Kami pulang ke penginapan sekitar pukul 20.00. Suasana pantai yang semakin ramai dan berisik membuatku sedikit tidak nyaman. Dalam perjalanan menuju ke penginapan, kami juga melewati beberapa kafe yang menawarkan live music atau memutar musik ajeb-ajeb yang berisik. Dan di malam hari seperti ini, mulai bertebaran bule-bule yang mencari Magic Mushroom. Beberapa kafe juga mengeluarkan plang pengumuman bahwa mereka juga menyediakan Magic Mushroom. Meksipun polisi sudah menghimbau agar turis tidak mengkonsumsi jamur ini, masih banyak saja turis, khususnya bule, yang mencari-cari jamur ini.
Kami juga beberapa kali bersimpangan dengan bule yang mabuk atau setengah mabuk. Yah, beginilah risiko menginap di Poppies Lane, yang memang markasnya para backpacker dari berbagai penjuru dunia.
Kami mempercepat langkah kami. Sebelum tidur, kami sempatkan untuk packing terlebih dahulu karena rencananya besok sebelum mengembalikan motor pukul 08.00, kami masih ingin keliling kota pagi-pagi.
Itinerary
Artikel terkait:
TRAVELING SERU KE AIR TERJUN TANCAK JEMBER
TRAVELING MURAH BANYUWANGI, TABUHAN, DAN BALURAN 3 HARI DUA MALAM (3D2N): HARI PERTAMA (17 APRIL 2016)
JELAJAH BROMO DENGAN MOTOR TRAIL: HARI PERTAMA (11 JANUARI 2017)
REVIEW BARU DUA BEACH HOTEL, BANYUWANGI: PENGINAPAN PINGGIR LAUT SUPER MURAH DI BANGSRING
Tidak ada komentar:
Posting Komentar