Sabtu, 21 Januari 2017

JELAJAH BROMO DENGAN MOTOR TRAIL: HARI PERTAMA (11 JANUARI 2017)



Hari:   Kedua




Traveler: Kembar A, Suami Kembar A, Kembar B, dan Suami Kembar B
Starting Point: Surabaya

Perjalanan ke Bromo ini sebenarnya terinspirasi dari kesuksesan Kembar A dan Suami Kembar A untuk mengeksplorasi Bromo dengan menaiki motor trail sewaan sekitar dua tahun silam. Bagi masing-masing Kembar A dan suami maupun Kembar B dan suami, ini sebenarnya adalah pengalaman ketiga ke Bromo. Namun, ini merupakan perjalanan pertama kami secara bersamaan. Akhirnya, setelah beberapa kali gagal mencocokkan jadwal, kemudian disepakati tanggal 11 sebagai hari keberangkatan kami.

Oh ya, beberapa hari sebelumnya, suami kembar A sudah memesan dua motor trail di tempatnya memesan motor dua tahun lalu, yaitu Balqis (Yoyok). Semula kami ingin memesan dua Viar, tapi nyatanya tidak tersedia. Akhirnya kami pun memesan dua motor yang berbeda sesuai ketersediaan, yaitu Viar (IDR 250.000/hari) dan KLX (IDR 350.000/hari). Untuk itu, kami membayar DP sebesar IDR 200.000.

Kembar B juga sudah memesan serta men-DP dua kamar di penginapan termurah yang bisa kami temukan, yaitu Losmen Setia Kawan. Dari harga 300.000 untuk dua kamar, kembar B berhasil menawar dan mendapat harga 250.000 utuk dua kamar. Lumayan lah. Hehehe.

Sekitar pukul 18.50 kami meninggalkan rumah. Jalanan Surabaya sangat lancar malam itu. Kurang dari setengah jam saja kami sudah tiba di tol. Kami memutuskan untuk memangkas waktu dengan melewati Tol Waru – Porong sekalian mengisi bensin di rest area. Keluar tol, kami sambung lagi dengan tol Porong – Gempol yang berjalan cukup singkat dan sekitar pukul 19.55 kami telah keluar dari tol kedua tersebut.

Sesuai prediksi suami, keluar tol kami disambut kemacetan panjang. Berdasarkan info yang sudah kami cari sebelumnya, memang tengah ada perbaikan jalan di Bangil. Tapi, imbas dari perbaikan jalan itu sudah terasa hingga Gempol.

Kendaraan merambat super pelan. Kami berhasil keluar dari macet hampir satu jam kemudian. Selama beberapa saat jalanan yang kami lewati lumayan lancar, hingga akhirnya kami dihadapkan dengan macet berikutnya ketika kami sampai di Kraton, Pasuruan. Rupanya, jalanan di depan kami banjir parah akibat hujan deras yang mengguyur daerah tersebut tadi sore. Berdasarkan info dari mas-mas yang mengatur lalu lintas, ketinggian banjir sekitar sepaha orang dewasa.

Banyak yang menyarankan kami untuk putar balik. Kami semula berpikir akan menunggu banjir surut dengan sedikit istirahat di minimarket terdekat. Rupanya, dalam perjalanan kami mencari minimarket, ada ramai-ramai di depan kami dan kami melihat beberapa mobil berbelok ke suatu gang. Ternyata, jalan tersebut merupakan jalan alternatif untuk menuju Pasuruan.

Akhirnya, kami pun mengikuti jalur tersebut yang rupanya membawa kami membelah jalan pedesaan di tengah sawah dan kampung yang tak begitu luas. Meskipun jalanan relatif lurus-lurus saja dengan kondisi aspal yang cukup bagus, kami terus menyalakan GPS untuk berjaga-jaga.

Masuk Pasuruan Kota, suami kembar A segera menghubungi mas Yoyok yang merupakan pemilik motor. Ternyata, kami diberi nomor telepon lain, yaitu mas Konco, yang merupakan teman dari mas Yoyok tersebut. Begitu suami kembar A menelepon, ternyata motor belum disiapkan karena mas Konco bilang kami susah dihubungi. Suami kembar A hampir marah tapi untung masih bisa menahan emosinya. Dia mengatakan bahwa kami sudah membayar DP dan harusnya motor disiapkan meskipun kami tidak bisa dihubungi. Suami meminta agar motor disiapkan pukul 03.00 karena kami ingin mengejar sunrise di Penanjakan dan mas Konco bilang “saya usahakan.” Khawatir jika itu hanya basa-basi, suami kembar A pun laporan kepada mas Yoyok, dan dia berjanji akan mengurus semuanya.

Kurang dari pukul 00.00 kami akhirnya sampai di Tongas dan begitu sampai di desa Sukapura, kembar B menelepon bapak pemilik losmen (pak Santoso) dan menanyakan alamat lengkapnya. Dari desa tersebut, kami tinggal terus dan mencari gerbang Seruni Point. Sebelum gerbang Seruni Point ini, ternyata ada loket pembayaran dari Pemerintah Probolinggo, sebesar IDR 5.000 untuk masing-masing orang plus biaya retribusi desa sebesar IDR 5.000. Jadi, total yang harus kami bayarkan adalah IDR 25.000.

Ternyata losmen pak Santoso tersebut sangat dekat, kira-kira 100 meter dari gerbang Seruni Point. Oh ya, karena nanti jam 3 kami masih harus turun untuk mengambil motor, kami menginfokan kepada bapak penjaga loket dan mereka bilang kami tinggal menunjukkan tiket kami.

Kami tiba di losmen hampir pukul 00.30. Seseorang yang rupanya adalah adik pak Santoso berjaga di depan pagar dan memanggil kami. Dia mengantarkan kami ke dua kamar kami di lantai dua kemudian menghilang. Mungkin dia langsung tidur begitu kami datang.

losmen setia kawan seruni point bromo

Karena sangat lelah akibat sangat lama di perjalanan, kami segera bergantian salat Isya kemudian langsung tidur. Tak lupa kami memasang alarm untuk bangun jam setengah tiga.

penginapan murah di bromo

penginapan dekat dengan penanjakan bromo



Hari:   Kedua




Artikel terkait:

TRAVELING MURAH BANYUWANGI, TABUHAN, DAN BALURAN 3 HARI DUA MALAM (3D2N): HARI PERTAMA (17 APRIL 2016)

TRAVELING SERU KE AIR TERJUN TANCAK JEMBER


1 komentar: