Selasa, 05 Desember 2017

REVIEW LIYER HOUSE: GUESTHOUSE SUPER NYAMAN DI PEDESAAN UBUD

Setelah menjadi salah satu setting dari film Julia Roberts yang berjudul "Eat, Pray, Love", nama Ubud menjadi semakin terkenal. Mungkin sebelum adanya film itu, tidak banyak orang yang menjadikan lokasi ini sebagai destinasi wisata utama mereka. Dan jujur saja, aku termasuk salah satu di antara orang-orang yang baru mengenal nama daerah ini dari film itu, dan segera terinspirasi untuk suatu hari pergi ke sana.

Pada bulan Agustus 2017 lalu, kami akhirnya berkesempatan untuk mengunjungi Bali dengan Ubud sebagai salah satu tujuan kami. Waktu itu, kami menginap semalam di Ubud, setelah sebelumnya menghabiskan dua malam di Kuta.

Hotel yang kami pilih waktu itu adalah Liyer House, sebuah guesthouse yang berada di Jalan Raya Pengosekan. Kami menemukan hotel itu pertama kali via Traveloka. Berdasarkan informasi yang kami dapat dari situs resmi penginapan tersebut, kami mengetahui bahwa penginapan itu merupakan rumah dari almarhum Ketut Liyer, tokoh ahli pengobatan dalam film Eat, Pray, Love. Tanpa pikir panjang, aku dan suami pun segera memutuskan untuk menginap di sana.

Waktu itu, kami tidak memilih kamar termurah. Kami memilih Deluxe Double Room seharga IDR 502.000/malam (per 17 Agustus 2017). Harga tersebut sudah termasuk sarapan.

Lokasinya bisa ditempuh sekitar 1,5 – 2 jam baik dari arah Kuta maupun dari arah Danau Bratan, Bedugul. Aksesnya cukup mudah karena meskipun medannya menanjak, tapi aspalnya mulus dan jalannya cukup lebar.


Saat ke sana, kami memulai perjalanan dari Pura Ulun Danu, Bedugul. Dari sana, pada suatu titik kami melewati sebuah pertigaan di mana kalau lurus akan menuju ke Denpasar lanjut Kuta, sementara jika berbelok ke kiri akan menuju ke Ubud. Sepanjang perjalanan ke Ubud, kami melewati beberapa titik persawahan yang sedang memasuki musim tanam.

Waktu baru saja tiba di Liyer House, kami sedikit bingung karena GPS kami mengarah pada suatu lokasi di dalam gang, yang ternyata adalah sebuah salon. Baru setelah membaca tulisan di pagar, kami tahu bahwa Liyer House terletak di belakang salon tersebut. Secara estetika, sebenarnya keberadaan salon tersebut agak mengganggu keindahan. Tapi itu bukan hal besar.

Jadi sebenarnya letak dari Liyer House ini adalah benar-benar di perkampungan, bukan di lokasi wisata seperti di Kuta.

Motor yang kami kendarai waktu itu kami parkir di halaman di depan salon. Dan sepertinya memang tidak bisa dibawa masuk karena jalan masuk hotel hanyalah jalan setapak di sebelah salon. Dan kami ketahui kemudian, memang di situlah tempat parkirnya. Meskipun kami yakin suasana sekitar aman, kami tetap membawa masuk helm kami karena cuaca memang agak mendung kala itu. Kami meninggalkan motor dalam keadaan terkunci.

Jalan di samping salon tersebut mengarahkan kami ke lobi hotel. Kami disambut dengan ramah oleh petugas. Kemudian petugas itu meminta masing-masing KTP kami. Tapi karena KTP suami dijadikan jaminan sewa motor, tanda pengenalnya bisa diganti dengan SIM. Dan proses administrasi pun berjalan cukup singkat.

Setelah itu, kami disodori buku menu makanan. Kami diminta untuk memilih menu kami untuk sarapan esok hari. Pilihan menunya terbatas. Hanya ada dua jenis, yaitu makanan Indonesia dan Amerika kalau tidak salah. Kami tidak sempat memotret buku menu tersebut.

Waktu itu kami memilih nasi goreng, salah satu yang cukup berat di antara menu-menu lain yang bagi kami waktu itu sepertinya kurang mengenyangkan. Hanya saja aku lupa apa saja. Untuk minumnya kami memilih masing-masing dua jenis, yaitu jus semangka dan kopi.

Menurut keterangan dari petugas itu, sarapan dimulai pukul tujuh sampai pukul sebelas. Restorannya tepat berada di samping lobi.

Lalu petugas mengantarkan kami ke kamar hotel kami dengan menyeberangi taman yang indah. Ada dua bangunan yang terpisah di bagian kiri. Bangunan pertama berlantai satu dengan empat kamar. Satu lagi adalah bangunan berlantai tiga tempat kamar kami berada. Di bagian kanan, tepat di depan kamar kami, juga ada bangunan mungil, tapi kami tidak yakin bangunan apa itu.






Karena kami waktu itu memilih Deluxe Double Room, yang kami review lebih lanjut di sini pun hanya khusus ruangan ini.

Kamar kami terletak di lantai satu. Ada dua kamar di lantai ini yang masing-masing kamar memiliki teras yang dilengkapi dengan sebuah kursi santai dan meja, dan langsung mengarah ke halaman yang penuh bunga, yang lengkap dengan jembatan mungil. Indah sekali. Kami waktu itu tidak sempat mengecek ke lantai-lantai lain. Yang kami tahu, di kamar sebelah berisi satu keluarga bule dengan dua atau tiga orang anak. Jadi kami menyimpulkan bahwa ruangan yang kami pilih ini bisa dipakai oleh satu keluarga kecil.

Dari arah teras, dengan memandang ke halaman, di sebelah kiri depan, ada kolam renang mungil yang tampak hijau. Di samping kolam, ada kursi untuk duduk-duduk. Jauh di belakang kolam ada beberapa gazebo yang berpanoramakan sawah dengan pohon-pohon kelapa. Waktu itu padinya telah dipanen. Andai sedang hijau-hijaunya pasti pemandangan ini akan lebih menakjubkan. Tapi menikmati hehijauan di depan kamar kami sambil duduk-duduk santai di teras pun terasa sangat menyenangkan.






Saat kami masuk ke kamar kami yang bernomor 212, kami lebih gembira lagi mengetahui bahwa kamarnya sangat menyenangkan. Kamarnya cukup luas. Kasurnya adalah queen bed yang dilapisi sprei dan bed cover putih bersih, dengan dipan beratap dan berkelambu. Di atas kasur, terletak dua handuk dengan hiasan beberapa bunga kamboja kuning khas Bali.



Pembatas dengan teras adalah pintu dan jendela kaca yang dilengkapi dengan kelambu warna putih. Saat pintu di buka, pandangan kita akan langsung diarahkan pada hehijauan di halaman. Benar-benar relaxing.




Petugas itu segera pergi setelah memberi kami sebuah kunci kamar. Di salah satu meja di tentang tempat tidur, ada sebuah kertas terlaminating berisi peraturan hotel. Salah satunya adalah anjuran untuk selalu mengunci kamar.


Di kedua sisi tempat tidur, ada meja kecil dengan sebuah telepon. Televisi tergantung di tembok agak ke atas. AC-nya ada di depan pintu toilet dan dalam keadaan baik. Di beberapa bagian dinding, terdapat beberapa lukisan.




Di sebelah kiri lemari, ada meja buffet sederhana yang dilengkapi dengan mesin heater beserta beberapa saset standar untuk membuat kopi dan teh. Di atas meja yang sama, juga ada dua botol kecil minuman mineral dan perlengkapan mandi seperti sabun, sampo, dan odol.







Saat aku masuk ke toilet, aku cukup surprised karena ternyata toiletnya dilengkapi dengan bathtub yang tampak masih bagus. Air dingin, panas, dan shower-nya masih berfungsi dengan baik. Ruangannya mungil tapi bersih dan terawat.



Saat malam hari, suasana di luar kamar memang sangat sunyi dan gelap. Sangat jauh berbeda dengan Kuta yang penuh dengan hingar bingar pub-pub di malam harinya. Di sini, kita hanya bisa mendengar suara kodok (saat hujan) dan jangkrik. Jadi, tidak kami rekomendasikan buat kalian yang tidak suka kesunyian ya. Tapi bagi kalian yang mencari suasana pedesaan untuk menenangkan pikiran, tempat ini bakal cocok banget.


Kamarnya juga dilengkapi dengan Wi-Fi. Username dan password-nya sudah tersedia dalam bentuk catatan kecil yang diletakkan di meja di dalam kamar.

Untuk makan malamnya, bagi yang ber-budget tipis seperti kami, bisa keluar hotel dan mencari warung makan. Ada beberapa penjual nasi di sekitar hotel, dan beberapa di antaranya Muslim. Waktu itu, karena tidak tahu bahwa ada penjual yang Muslim, kami membeli di warung makan seorang Hindu, tetapi ibunya mengatakan bahwa makanannya halal. Di dekat area hotel ini, juga ada restoran yang cukup bagus. Tetapi jika malas keluar, kalian bisa membeli makan di restoran di samping lobi.

Keesokan harinya, kami menghabiskan waktu dengan berenang. Pada pagi hari, belum ada pengunjung yang bangun jadi kami bisa sebebasnya berenang dan berfoto-foto.

Setelah mandi dan berfoto-foto di taman yang sangat luas itu, kami sarapan. Saat kami ke sana, telah ada satu keluarga bule yang sudah terlebih dahulu memesan makanan. Mungkin karena pesanaan mereka banyak, akhirnya makanan kami tersaji cukup lama. Tapi tak masalah, toh ternyata saat makanannya terhidang, kami cukup puas dengan rasanya.




Secara keseluruhan, kami sangat puas menginap di hotel ini. Dan secara keseluruhan juga, menurut kami hotel ini—ditunjang dengan fasilitas dan lingkungannya—sangat cocok dijadikan tempat untuk berbulan madu dan menenangkan pikiran. Jadi buat kalian yang mau berbulan madu atau ingin mencari ketenangan, ayo ke sini!

Fasilitas Liyer House Guesthouse


- Sarapan
- Kolam renang
- Televisi
- Wi-Fi
- Telepon
- AC (Air Conditioning)
- Restoran

Kelebihan


- Suasana tenang dan asri
- Petugas ramah
- Administrasi mudah

Kekurangan


- Tidak ada tempat parkir yang memadai
- Jauh dari pusat kota dan tempat wisata

Waktu Operasional


Check-in: 14.00
Check-out: 12:00

Destinasi Terdekat


- Ubud Traditional Market
- Tegallalang Rice Terrace

Peta Lokasi Liyer House Guesthouse

Alamat Liyer House Guesthouse

Jalan Pengosekan Kaja, Mas, Ubud, Gianyar, Bali, Indonesia, 80571



Artikel terkait:

BACKPACKING MURAH BALI 4 HARI 5 MALAM (4D5N): HARI KEEMPAT (17 AGUSTUS 2017)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar