Rabu, 07 Desember 2016

BACKPACKING MURAH PHUKET – BANGKOK, THAILAND 6 HARI 6 MALAM (6D6N): HARI KEENAM (20 AGUSTUS 2016)



Hari:   Pertama   Kedua   Ketiga   Keempat   Kelima   Ketujuh




Kami sudah bangun pagi-pagi sekali. Pelan-pelan kami bergantian mandi dan salat Subuh agar tak menganggu orang-orang yang sekamar dengan kami. Kamar mandi di lantai kami ada dua, jadi kami bisa mandi lebih cepat. Apalagi, pada jam segitu jarang sekali yang sudah bangun. Selesai salat dan sedikit berdandan, kami sempatkan untuk mencicil packing agar tak terburu-buru nanti saat check-out.

Kami turun ke lobi sekitar pukul delapan kurang. Segera kami santap makanan yang disajikan, antara lain roti, cookies, sosis dan potongan buah. Kami juga memakan makanan yang kami beli kemarin malam di supermarket. Lampu masih belum dinyalakan jadi kami makan dalam gelap. Selesai makan, kami mencuci piring dan mengembalikannya ke tempatnya. Tak lupa, kami mengisi penuh botol-botol minum kami dari galon minum yang tersedia.

hotel murah di Bangkok

penginapan murah di Bangkok

Sebelum keluar, kami tanyakan jam berapa waktu check-out-nya. Ternyata jam 12 dan ternyata kami juga diperbolehkan untuk late check-out karena sedang low season (walaupun sebenarnya di Traveloka juga disebutkan bahwa late check-out juga merupakan fasilitas yang disediakan).

Baca juga:
CARA MEMESAN HOTEL DI TRAVELOKA

hostel murah di Bangkok

Keluar dari hostel, kami sempatkan narsis dulu di depan hostel. Saat itu, suasana masih sangat sepi. Kendaraan tak banyak lewat di jalan depan hostel. Pedagang-pedagang pinggir jalan sudah banyak bermunculan. Kebanyakan berjualan buah dan gorengan. Tapi kami tidak membeli apapun karena perut sudah kenyang (atau alasan lainnya, juga karena ngirit, hahaha).

jalan jalan di bangkok

Menuju ke Grand Palace


Menyusuri Chao Phraya River dengan Boat


Karena pengalaman kami kemarin yang tak menyenangkan saat naik tuk-tuk menuju tempat wisata, akhirnya kami memutuskan bahwa kami akan berangkat tanpa menggunakan tuk-tuk. Jadi, ceritanya, hari ini kami ingin naik boat menyusuri Chao Phraya walaupun dengan perjalanan yang sedikit memutar dan biaya yang sedikit lebih mahal (tapi juga masih murah sih sebenarnya).

Dari hostel, kami berjalan menuju Stasiun ARL Ratchaprarop dan turun di Stasiun ARL Phaya Thai. Setelah itu, kami berjalan ke arah Stasiun BTS Phaya Thai dan membeli langsung tiket terusan ke Stasiun BTS Shapan Taksin. Kami lalu naik BTS Sukhumvit Line jurusan Bearing dan turun di Stasiun BTS Siam. Karena sudah punya tiket terusan, kami bisa langsung oper BTS Silom Line jurusan Bang Wa, untuk kemudian turun di Stasiun BTS Saphan Taksin. Kami memilih untuk turun di stasiun ini karena ini merupakan satu-satunya stasiun BTS di Bangkok yang langsung bisa mentransfer penumpangnya ke dermaga sungai atau pier.

Baca juga:
CARA NAIK CITY LINE (AIRPORT RAIL LINK) DI BANGKOK, THAILAND
CARA NAIK BANGKOK MASS TRANSIT SYSTEM (BTS) ATAU SKYTRAIN DI BANGKOK, THAILAND

Untuk menuju ke pier tersebut cukup mudah karena ada petunjuk arahnya juga. Kalian tinggal menuruni tangga dan berjalan beberapa meter. Pier ini bernama Sathorn Pier atau juga lebih dikenal dengan istilah Central Pier.

Baca juga:
PENGALAMAN NAIK PERAHU TURIS (TOURIST BOAT) MELINTASI SUNGAI CHAO PHRAYA, BANGKOK, THAILAND

pengalaman naik perahu turis di bangkok

pengalaman naik tourist boat di bangkok

cara naik tourist boat di bangkok

cara menuju central pier bangkok

Saat kami tiba di sana, sudah ada antrian panjang hingga ke mulut pier. Saat itu jam menunjukkan sekitar pukul 8.20. Kami pikir, kami juga harus antre di situ untuk membeli tiket karena loket tiketnya masih tertutup.

cara menuju sathorn pier bangkok

Rupanya itu adalah antrian dari tur lain. Tak berapa lama, pukul setengah sembilan, loket tiket dibuka dan kami pun bertanya kepada petugas yang berada di situ. Ternyata loket itu untuk membeli tiket Chao Phraya Tourist Boat (Blue Flag). Dia memberi kami peta kecil dan menjelaskan mengenai rute yang akan dilalui. Kami berencana pergi ke Grand Palace dan dia mengatakan bahwa boat ini juga akan berhenti di Maharaj Pier, pier terdekat ke Grand Palace.

Akhirnya kami pun membeli 4 tiket sekali jalan, seharga THB 40 per orang (per 20 Agustus 2016). Jika kalian ingin seharian naik boat, kalian bisa membeli One Day River Pass seharga THB 150. Itu artinya, kalian bebas hop-on hop-off boat sepanjang hari tanpa harus membayar lagi, kemanapun tujuan kalian.

harga tiket tourist boat blue flag bangkok

rute tourist boat blue flag bangkok

Ketika antrean yang memanjang tadi sudah pergi, kami segera berganti mengisi antrean untuk naik ke boat yang akan datang selanjutnya. Boat kami tiba sekitar lima belas menit kemudian. Kami berempat segera naik dan segera duduk sebelum keduluan penumpang lain. Sebenarnya boat masih kosong karena baru berangkat. Tapi jika tidak cepat-cepat, bisa tak dapat tempat duduk. Kalau lumayan juga kan kalau bisa duduk-duduk di tempat yang strategis sambil menikmati suasana Chao Phraya River.

cara naik perahu turis blue flag bangkok

perjalanan mengarungi chao phraya river

Ketika perahu sudah mulai bergerak, ada petugas berkaos biru yang menjelaskan tentang perjalanan kami, khususnya mengenai pier-pier yang akan dilalui dan tempat-tempat wisata apa yang dekat dengan pier tersebut. Kami mendengarkan sekadar untuk berjaga-jaga apakah benar Maharaj Pier yang terdekat dengan Grand Palace karena dari peta (dan pengalaman kami kemarin), lokasi Tha Tien Pier juga cukup dekat dengan Grand Palace. Dan ternyata guide tersebut juga mengatakan bahwa wisatawan yang ingin ke Grand Palace bisa turun di Maharaj Pier.

Sepanjang perjalanan, kami menikmati suasana kota yang berada di pinggir Chao Phraya River. Kalian bisa melihat banyak gedung-gedung tinggi. Kami juga beberapa kali berpapasan dengan boat lain. Tak lupa kami sesekali melihat peta untuk mengetahui di pier mana saja boat yang kami naiki berhenti.

pengalaman mengarungi chao phraya river

mengarungi chao phraya river dengan tourist boat

alternatif transport murah di bangkok

keseruan naik perahu turis mengarungi sungai Chao Phraya
Bukan, itu bukan boat kami

Turun di Maharaj Pier dan Berjalan ke Grand Palace


Boat terus berjalan. Kami melihat ada menara masjid ke kejauhan. Tak seberapa lama, bagian tertinggi dari Wat Arun yang tengah direnovasi mulai tampak. Itu artinya, boat akan segera berhenti di Tha Tien Pier dan kami harus bersiap-siap karena Maharaj Pier adalah pier selanjutnya.

cara menyeberang dengan ferry

cara menyeberangi sungai chao phraya dengan ferry

Tampaknya, penumpang yang turun di Maharaj Pier adalah yang paling banyak jika dibandingkan dengan pier-pier sebelumnya. Begitu kami keluar dari wilayah pier dan tiba di jalan besar, jumlah manusianya sudah terlihat lebih banyak lagi. Mereka bersama dengan kami berjalan berduyun-duyun menuju pintu gerbang Grand Palace. Kami hanya perlu berjalan sekitar 300 meter untuk sampai di Grand Palace. Rupanya, Maharaj Pier ini memang paling dekat karena langsung membawa kita ke Na Phra Lan Road, yang merupakan lokasi dari gerbang Grand Palace.

cara menuju Maharaj Pier

Di sepanjang jalan tersebut, terdapat banyak pintu gerbang tapi semuanya tertutup. Menurut cerita beberapa teman dan dari membaca di beberapa blog, ada beberapa penipu yang mengatakan bahwa pintu itu tertutup karena Grand Palace sedang tutup. Sebaiknya kalian tetap berjalan hingga menemukan pintu gerbang besar yang terbuka luas. Kami pun mengalami hal yang serupa. Beberapa orang mengatakan bahwa tengah ada "ceremony" entah apa, tapi kami tidak menghiraukannya dan tetap berjalan.

jalan jalan ke Grand Palace Bangkok

Kami memasuki pintu gerbang tersebut dan mendapati bahwa di dalamnya terdapat banyak sekali manusia. Kami tak menyangka jika hari Minggu, jumlah manusia akan semembeludak ini. Kami bertanya berapa harga tiketnya, berharap dengan manusia yang sebanyak ini harganya akan turun (harapan yang rada tidak masuk akal). Dan ternyata harganya tetap THB 500.

traveling ke Grand Palace Bangkok

Narsis di Bagian Luar Grand Palace


Kami sempat bingung. Untuk menikmati wilayah halaman dan berfoto dengan gedung-gedungnya kami memang tak perlu membayar. Namun, jika harus masuk ke Grand Palace dan Wat Phra Kaew, kami baru diwajibkan membayar. Para suami mengatakan jika mereka tak lagi mood melihat pemandangan ini. Mereka mengatakan, sekalipun masuk, kami pasti tak akan bisa menikmati suasana dengan nyaman. THB 500 pun tak akan sebanding dengan apa yang didapat. Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan, si kembar pun memutuskan untuk tidak masuk ke Grand Palace dan hanya berfoto di bagian luarnya saja.

backpacking ke Grand Palace Bangkok

pengalaman masuk ke Grand Palace Bangkok

harga tiket masuk ke Grand Palace Bangkok

cara menuju ke Grand Palace Bangkok

Di luar gerbang, kami sempat bertemu dengan seorang TNT (Tentara Nasional Thailand, hahaha) dan meminta berfoto bersama. Di sekitar situ memang banyak tentara yang lalu lalang untuk berjaga.

lokasi alamat Grand Palace Bangkok

Makan-Makan dan Belanja di Tha Tien Market


Kami memutuskan untuk ke Tha Tien market saja dan membeli makan sepuasnya. Lumayan, uang yang kami simpan cukup banyak jika digunakan untuk membeli makanan. Kami akhirnya membeli es krim, jus momordica dan jus buah lainnya, mango sticky rice (seperti yang kami beli kemarin), gorengan, dan nasi goreng. Selesai makan, kami sempatkan untuk mampir membeli beberapa oleh-oleh murah bagi keluarga di rumah.

Baca juga:
REKOMENDASI TEMPAT MAKAN HALAL DAN MURAH DI BANGKOK, THAILAND

makanan halal di bangkok

makanan halal dan murah di bangkok

mencicipi jus momordica di bangkok

mencicipi mango sticky rice di bangkok

Oh ya, rupanya untuk oleh-oleh, di pasar yang ada di bagian Wat Arun lebih murah daripada yang di Tha Tien Market ini. Sebenarnya, awalnya kami tak tahu. Karena tak mendapat harga yang pas di Tha Tien Market, kami berempat menyeberang ke Wat Arun dan ternyata di sana harganya memang jauh lebih murah. Bahkan, kalian juga bisa membeli dengan uang rupiah. Setelah membeli beberapa barang, kami memutuskan untuk kembali ke Tha Tien Market.

Baca juga:
REVIEW WAT ARUN: WAT WARNA-WARNI DI TEPI SUNGAI CHAO PHRAYA, BANGKOK, THAILAND
TIPS MENYEBERANG SUNGAI CHAO PHRAYA DENGAN FERI (FERRY)

Kembali ke Hostel Naik Tuk-Tuk Super Ngebut


Saat itu sudah sekitar pukul 11. Kami memutuskan untuk segera kembali ke hostel. Meskipun bisa late check-out, tapi kami juga tidak ingin telat-telat banget. Begitu keluar dari pasar, kami segera menghampiri sebuah tuk-tuk tapi sopirnya menolak mengantarkan kami karena alasan ‘traffic’. Pada saat itu, kebetulan ada tuk-tuk lain dengan sopir yang masih muda baru menurunkan penumpang dan mengetahui sepertinya kami butuh tumpangan. Kami mengatakan tujuan kami dan dia memberi harga THB 200, yang langsung kami iyakan karena memang lebih murah dari kemarin. Dia pun masih mencoba meyakinkan bahwa harga itu masuk akal karena “it’s far”. Iya mas, kami oke kok dengan harga itu. Hahaha.

Baca juga:
TIPS NAIK TUK-TUK DI BANGKOK, THAILAND

Mas sopir ini memang lebih ahli dari bapak kemarin. Dia membawa tuk-tuknya dengan super ngebut seperti yang bisa kalian liat di video-video di Youtube. Kami tak sempat merekam karena sibuk berpegangan. Dia menyalip beberapa kendaraan dan menerobos di sela-sela mobil. Angin berhembus kencang di kiri kanan kami. Meskipun merasa tenang, kami tetap tak berhenti mengucap doa.

Rupanya, dia memang membawa kami melewati jalur pintas untuk menghindari macet. Jalur pintas ini adalah gang-gang sempit yang jika harus berpapasan dua tuk-tuk maka satunya harus mengalah saking sempitnya. Tapi, kesempitan gang itu tidak membuat mas sopir mengurangi kecepatan. Kami dibawa masuk dari gang satu menuju gang lain hingga akhirnya kami tiba di Ratchaprarop Road.

Kami meminta diturunkan di depan gang saja karena gang kami tersebut jalannya searah. Dia berkata dia siap mengantar kami langsung di depan hostel (mungkin karena dia sudah menarik THB 200), tapi kami merasa tak masalah karena tinggal berjalan sebentar saja. Lagipula, jika harus naik tuk-tuk, takutnya akan lebih lama karena harus memutar.

Menuju Suvarnabhumi Airport


Naik City Line dari Ratchaprarop ke Suvarnabhumi


Begitu tiba di hostel, kami sempatkan untuk mandi bebek dan salat. Setelah itu, kami turun dan check-out. Tak lupa kami mengambil deposit kunci sebesar THB 100.

pengalaman mbolang di bangkok

Dari hostel, kami berjalan ke Stasiun ARL Ratchaprarop seperti biasa. Namun, sebelumnya, di muka gang, kami sempatkan membeli nasi ketan dan ayam goreng seperti yang kami beli kemarin sebagai bekal. Sesampainya di stasiun, kami segera membeli token dengan tujuan Suvarnabhumi, dengan harga masing-masing THB 45. Perjalan memakan waktu sekitar 25 menit.

Stasiun ARL Suvarnabhumi ini terletak di bawah jadi untuk menuju ke bandara, kalian harus naik lift terlebih dulu. Kita perlu keluar dari lingkungan stasiun dengan memasukkan token pada bagian pintu pagar yang akan membawa kita ke Departure/Arrival Hall. Saat keluar dari kereta, sudah banyak orang mengantre menunggu kedatangan kereta yang akan membawa mereka meninggalkan Suvarnabhumi.

Cara menuju Suvarnabhumi Airport

bagaimana cara menuju Bandara Suvarnabhumi

Makan, Salat, dan Narsis Dulu di Suvarnabhumi


Pada saat kami akan menuju ke lantai lebih atas lagi menggunakan eskalator, kami melihat bahwa di bagian bawah eskalator tersebut banyak traveler sedang tidur-tiduran. Kami pun terinspirasi untuk melakukan hal yang sama. Di bagian bawah eskalator yang masih lengang, kami duduk bersila dan membuka bekal ayam goreng kami. Nyam nyam. Enak sekali. Kami bahkan masih sempat tidur-tiduran sebentar sebelum naik ke lantai atas. Kami sempatkan untuk membeli susu dan camilan di supermarket yang ada di lantai atas tersebut. Suami kembar A bahkan membeli 2 bungkus mi cup instan dengan rasa khas Thailand karena rasanya memang super yummy.

pengalaman naik pesawat dari Bandara Suvarnabhumi

Bandara Suvarnabhumi Bangkok

makanan halal di Bandara Suvarnabhumi Bangkok

Selesai makan dan salat Ashar di musala yang ada di dekat situ, kami memutuskan untuk langsung check-in saja. Saat itu sekitar pukul setengah empat dan penerbangan kami adalah pukul lima. Kami berjalan menuju ke International Departure yang ditandai dengan dua patung besar, seperti yang tempo hari kami lihat di Wat Arun. Tapi yang ini ukurannya jauh lebih besar. Jadi, kami sempatkan dulu bernarsis ria barang 5 menit.

suasana Bandara Suvarnabhumi Bangkok

lokasi Bandara Suvarnabhumi Bangkok 

Pemeriksaan yang Panjang Sebelum Check-In


Di dekat patung tersebut, terdapat eskalator. Rupanya, untuk check-in, kita harus naik eskalator ini terlebih dahulu. Dan, alamak, untuk naik eskalator itu kami harus antre dan antreannya tampak panjang mengular. Ternyata, sebelum naik eskalator, paspor kita sudah dicek terlebih dahulu. Setelah itu, kami masih harus melewati pemeriksaan lagi. Bahkan kami harus mencopot sepatu segala. Power bank, korek, dan segala yang mencurigakan diperiksa. Pokoknya, ketat banget deh.

Baca juga:
CARA DAN TIPS MUDAH MEMBUAT PASPOR VIA ONLINE

tips naik pesawat dari Bandara Suvarnabhumi Bangkok

Baru setelah melewati pemeriksaan tadi, kami bisa melakukan check-in. Kami pun tak menyia-nyiakan waktu dan segera check-in di konter Tigerair.

Selesai check-in, kami segera menuju gate kami karena takutnya gate-nya jauh, dan ternyata memang iya. Kami juga sempat berfoto beberapa kali karena memang desain bangunannya sangat keren. Tak berapa jauh dari gate kami, tanpa sengaja kami bertemu dengan keluarga dengan empat anak kecil kembar atau kuadraplet. Agak malu-malu, kami mendekati ibu mereka dan meminta ijin untuk berfoto sembari memperkenalkan bahwa kami juga kembar. Akhrinya, si kembar dua ini berfoto dengan si kembar empat. Lucu sekali.

Dari tempat itu, kami segera menuju ke gate kami. Tak berapa lama, sekitar pukul 05.00, gate dibuka dan kami segera masuk ke dalam pesawat. Pesawat lepas landas sekitar pukul 5.30. Saat itu sedang hujan rupanya. Kami memanfaatkan waktu untuk beristirahat karena rencananya kami nanti ingin meluangkan waktu untuk melihat light show di Marina Bay.

Baca juga:
REVIEW MARINA BAY SINGAPURA (SINGAPORE): MELIHAT MERLION DAN MARINA BAY SANDS DARI DEKAT
CARA MEMESAN TIKET PESAWAT DI TRAVELOKA

Tiba di Changi Airport, Singapura


Kami tiba di Changi Aiport pukul 21.00 waktu setempat. Keluar dari pesawat, kami memang sedikit terburu-buru. Para suami sebenarnya sudah tidak ingin kemana-mana lagi tapi si kembar ngeyel ingin ke Marina Bay. Akhirnya mereka pun terpaksa menuruti.

Menukar Uang dan Menitipkan Tas di Left Baggage


Yang pertama kami lakukan adalah menukarkan uang terlebih dahulu. Kami menukarkan semua uang Bath kami ke salah satu penukaran uang yang ada di bandara. Begitu mendapatkan uang Singapore Dollar, kami segera berlari mencari Left Baggage untuk menitipkan tas. Untung tak sulit mencarinya. Dengan sedikit bantuan dari bagian informasi plus petunjuk arah, kami bisa menemukan tempat tersebut. Perempuan penjaganya menimbang masing-masing tas kami pada sebuah timbangan berdiri dan mengatakan bahwa tas kami masuk kategori ‘Cabin’. Kami membayar SGD 12 dan mendapatkan semacam kuitansi sebagai alat untuk mengambil tas kami nanti. Jika kuitansi tersebut hilang, kami bisa menggunakan paspor kami untuk mengambil tas-tas tersebut.

Baca juga:
CARA MENITIPKAN BARANG/TAS DI LEFT BAGGAGE CHANGI AIRPORT

cara menitipkan tas di Changi Airport

pengalaman menitipkan tas di Changi Airport

Selesai menitipkan tas, kami segera keluar melalui imigrasi. Untung semua serba mudah. Tanpa babibu, kami segera berlari menuju Stasiun MRT Changi Airport. Kami membeli tiket sekali pakai (Standard Ticket) tanpa menggunakan Singapore Tourist Pass (STP) seperti perjalanan kami sebelumnya. Kami membeli di mesin tiket langsungan ke Stasiun MRT Promenade agar nanti bisa langsung oper-oper ke MRT selanjutnya tanpa harus bolak-balik beli tiket.

Baca juga:
CARA NAIK MASS RAPID TRANSIT (MRT) DI SINGAPURA (SINGAPORE)
STANDARD TICKET, KARTU MRT SEKALI PAKAI YANG BISA DIISI ULANG
SINGAPORE TOURIST PASS (STP): KARTU MRT UNTUK TRAVELING MURAH DI SINGAPURA

Begitu tiket di tangan, kami segera berlari menuju ke peron dan segera naik ke MRT yang datang tak berapa lama kemudian. Sekitar 15 menit kemudian, kami tiba di Stasiun MRT Interchange Tanah Merah dan segera oper ke MRT East West Line jurusan Joo Koon. Begitu tiba di Stasiun MRT Bugis sekitar 20 menit kemudian, kami segera turun, mencari peron Downtown Line, dan segera naik begitu kereta jurusan Chinatown tiba. Kereta ini membawa kami langsung menuju Promenade.

Menikmati Light Show di Marina Bay yang Sedikit Mengecewakan


Kami tiba di Promenade hampir pukul setengah sepuluh malam. Kami lalu berjalan menuju ke Marina Bay yang jaraknya hanya sekitar 600 meter dari Stasiun MRT Promenade. Terengah-engah, kami segera mencari tempat untuk beristirahat. Para suami sudah agak sewot karena menurut mereka kami memaksakan diri. Kami memang agak takut juga saat itu. Apalagi ketika sekitar pukul 22.30 kami belum juga mau diajak kembali ke Changi. Pasalnya, memang light show baru akan dimulai pukul 23.00 tepat. Dan kami kesini kan sengaja memang untuk melihat light show itu.

Pukul 23.00, mulai terlihat cahaya-cahaya yang berubah-ubah di bagian Art Science Museum, Marina Bay Sands, dan sekitarnya. Sayup-sayup ada suara musik menyentuh telinga kami tapi suara itu tak bisa kami kenali ataupun nikmati. Mungkin karena jarak kami yang jauh dari sana? Entahlah.

Dan tiba-tiba, kami sudah melewatkan sekitar 15 menit dari pertunjukan itu tanpa menemukan sesuatu pun yang menarik. Semula si kembar pikir light show ini akan se-waaah dancing fountain di KLCC, Malaysia. Namun, boleh dibilang, kami sekali lagi dapat zonk mengingat apa yang diceritakan teman kembar B yang mengatakan seolah-olah light show itu sangat tidak boleh dilewatkan.

Baca juga:
BACKPACKING MURAH SINGAPURA – MALAYSIA 5 HARI 4 MALAM (5D4N): HARI KEEMPAT (20 AGUSTUS 2015)

pengalaman nonton light show marina bay singapura

Kembali ke Changi Airport


Mesin Tiket MRT Bermasalah


Kami pun segera berjalan menuju Stasiun MRT Promenade. Dengan napas yang hampir putus, kami mengeluarkan uang kertas dan segera membeli tiket MRT ke Changi. Tapi, ada apa ini? Mesinnya tidak mau menerima uang kertas kami. Kami mengganti dengan uang kertas lain, tapi masih sama saja. Kami mau menggunakan uang koin tapi ternyata jumlah uang koin kami tak cukup.

Tak seberapa lama, muncul tiga anak muda Singapura berwajah oriental yang hendak membeli tiket MRT juga. Mengetahui uang kertas kami tak dapat dibaca, mereka sampai mengumpulkan uang koin mereka hingga terkumpul sekian dolar. Tapi tetap tak cukup.

Waktu terus bergerak. Kami semakin panik. Kami bahkan meminta tolong beberapa orang untuk menukar uang. Tapi semua tak punya atau sedang buru-buru pulang. Hingga sekitar pukul setengah dua belas, tiga anak muda tadi dengan sangat menyesal meminta izin pergi karena kereta mereka telah tiba. Baru saat itu, kami diberitahu oleh seseorang bahwa kami bisa menukarkan uang kami di tempat penukaran uang yang ada di mesin tiket di sisi satunya.

Segera kami berlari kesana. Ah, kenapa kami baru tahu ini sekarang? Pada saat menukar, petugas sempat mengatakan bahwa nominal uang kertas kami bisa kok dibaca oleh mesin. Namun, setelah kami jelaskan bahwa uang kami tak bisa dibaca di beberapa mesin, dia segera memberi kami pecahan koin. Baru setelah itu, kami berhasil membeli tiket sesuai yang kami butuhkan.

Dengan hati berdebar, kami berjalan setengah berlari menuju peron Downtown Line dan naik ke kereta jurusan Bukit Panjang. Kurang dari sepuluh menit, kami sudah tiba di Bugis dan segera berlari ke peron East West Line dan langsung naik ke MRT jurusan Pasir Ris yang memang frekuensinya semakin rapat menjelang akhir malam. Sejauh ini, semua masih sesuai rencana. Tinggal satu MRT lagi dan kami akan tiba di Changi dengan lancar.

Sekitar setengah jam kemudian, kami tiba di Stasiun MRT Interchange Tanah Merah. Ada banyak penumpang yang ternyata juga turun di situ. Beberapa terlihat membawa koper besar dan jelas akan menuju ke Changi Airport. Perasaan kami sedikit lega karena paling tidak kami masih punya banyak teman.

Kehabisan MRT, Akhirnya Naik Taksi


Duduk-duduk di dekat peron sambil niatnya menunggu MRT selanjutnya, tiba-tiba kami mendengar pengumuman yang intinya menyatakan bahwa “kereta terakhir jurusan Changi Aiport telah berangkat dan tidak akan ada kereta lagi setelahnya”. Hati kami mencelos. Si kembar celingukan karena selain takut dimarahi suami, juga khawatir karena tak punya plan B.

Para suami mengajak si kembar keluar dan mencari taksi saja. Beberapa orang juga tampak berjalan menuju halte tempat pemberhentian taksi. Begitu ada taksi berhenti, suami kembar A langsung bertanya berapa kira-kira ongkos ke Changi Airport. Ternyata kata si sopir ongkosnya sekitar SGD 12. Sebenarnya itu lumayan mahal, tapi karena tak punya pilihan lain, kami pun mengiyakan.

Rupanya, saat malam seperti ini, imej orang Singapura yang patuh pada rambu dan peraturan mendadak berubah total. Si sopir yang rambutnya sudah beruban ini menyetir dengan super ngebut dan beberapa kali menyerobot lampu merah. Entahlah, mungkin karena dia mengira kami sedang mengejar pesawat atau memang dia menyetir dengan cara seperti itu. Bahkan di jalanan yang sudah agak sempit memasuki area bandara, dia tak kunjung mengurangi kecepatannya. Dia sempat menanyakan kami terbang dari terminal apa dan dengan maskapai apa. Dia kemudian menurunkan kami di Terminal 2, tepat di samping pintu yang ada tulisan “Tigerair” sesuai dengan jawaban kami. Biayanya ternyata sesuai dengan perkiraan pak sopir.

Lega juga akhirnya kami bisa sampai di bandara kembali. Kami segera check-in dan begitu dapat boarding pass, kami segera masuk kembali ke dalam Terminal 2. Kami sudah sangat kelelahan waktu itu. Yang ada di benak kami hanya salat setelah itu istirahat.



Hari:   Pertama   Kedua   Ketiga   Keempat   Kelima   Ketujuh




Artikel terkait:

REVIEW GARDENS BY THE BAY SINGAPORE: ATRAKSI, TIKET, DAN WAKTU OPERASIONALNYA

CARA LENGKAP DAN JELAS NAIK BUS DI SINGAPURA (SINGAPORE)

PENGALAMAN TRANSIT DAN MENGINAP DI BANDARA CHANGI, SINGAPURA (SINGAPORE)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar