Sabtu, 09 September 2017

BACKPACKING MURAH YOGYAKARTA, MAGELANG, SLEMAN DAN KLATEN 4 HARI 4 MALAM (4D4N): HARI KEDUA (15 AGUSTUS 2017)



Hari:   Pertama   Ketiga   Keempat




Berangkat ke Magelang


Alarm membangunkanku pukul 02.30. Aku segera membasuh muka dan membersihkan diri ala kadarnya di kamar mandi. Setelah itu, aku membangunkan suamiku. Selesai berdandan, aku mempersiapkan beberapa hal penting yang harus dibawa selama perjalanan termasuk air, roti, beberapa make-up, buku catatan dan pulpen, ponsel, dan tentu saja, uang.

Tujuan pertama kami hari ini adalah Punthuk Setumbu. Kami juga membawa perlengkapan salat karena memang akan berangkat sebelum subuh dan kemungkinan akan salat di sana.

Baca juga:
REVIEW PUNTHUK SETUMBU MAGELANG: MENIKMATI SUNRISE DENGAN PEMANDANGAN BOROBUDUR DI KEJAUHAN

Dengan segala persiapan itu, kami keluar dari homestay sekitar pukul tiga lebih sedikit. Tidak seperti kemarin ketika menuju homestay, kali ini kami menyalakan GPS karena terlalu riskan jika hanya mengandalkan print-out peta mengingat perjalanan kami ini akan membutuhkan waktu kurang lebih 1 sampai 1,5 jam. Namun, karena berangkat dini hari, bisa jadi hanya 1 jam saja.

Kami juga tak lupa mengenakan jaket karena memang udara pagi itu sangat dingin menggigilkan. Dari arah homestay, kami belok kanan dan hanya mengikuti arah menuju Magelang. Selama perjalanan, kami hanya bertemu dengan sedikit sekali kendaraan lain. Kami sempat was-was juga, apalagi ketika Google Maps membawa kami melintas di jalan pintas yang lebih sepi lagi. Tapi, Alhamdulillah, semua kami lalui dengan aman.

Betapa bahagianya kami ketika pada sekitar pukul empat kurang seperempat, kami tiba di gerbang masuk Provinsi Jawa Tengah. Berarti, kami sudah menempuh lebih dari setengah perjalanan. Dari situ, petunjuk ke arah Borobudur sudah lebih banyak terlihat. Tapi, kami masih enggan mematikan Google Maps.

cara menuju borobudur dari yogyakarta

Searah ke Borobudur, Google Maps membawa kami ke jalan lain yang mengarah ke Punthuk Setumbu. Pada saat itu, ada seorang bapak mengikuti kami dan menanyakan kami hendak kemana. Kami bilang mau ke Punthuk Setumbu. “Sudah tahu arahnya?” Kami pun menjawab sudah karena kan memang sedang menyalakan GPS. Mungkin bapak itu pekerjaannya adalah menawarkan jasa mengantarkan ke lokasi bagi siapa saja yang kebingungan. Jadi, jika kalian merasa galau, mungkin bisa menggunakan jasa bapak itu.

Menikmati Sunrise dan Borobudur dari Kejauhan di Punthuk Setumbu


Semakin mendekati lokasi, jalan semakin sempit. Hingga pada satu titik, Google Maps mengarahkan kami ke gang sempit menanjak, yang seandainya di situ tidak tertera petunjuk jalan ke arah Punthuk Setumbu kami pasti akan ragu. Di ujung gang itu ternyata adalah pintu masuk ke Punthuk Setumbu.

cara menuju punthuk setumbu dari yogyakarta

Kami memarkir motor tak jauh dari situ. Di dekat tempat parkir terdapat sebuah musala tapi saat itu belum masuk waktu subuh. Bapak parkir mengatakan di atas juga ada musala jadi kami lebih tenang. Kami pun memutuskan untuk langsung masuk ke lokasi.

jalan menuju Punthuk Setumbu Magelang

cara menuju Punthuk Setumbu Magelang

Kami membeli tiket di samping pintu masuk. Tiketnya IDR 15.000 per orang untuk wisatawan lokal dan IDR 30.000 per orang untuk wisatawan mancanegara. Setelah membeli tiket, kami melewati penjaga di pintu masuk yang menyobek tiket kami. Dia mengatakan bahwa kami hanya tinggal lurus melewati jalan setapak yang ada, yang diterangi oleh lampu.

alamat Punthuk Setumbu Magelang

harga tiket masuk Punthuk Setumbu Magelang

dimana beli tiket Punthuk Setumbu Magelang

tiket masuk Punthuk Setumbu Magelang

Walaupun naik ke Punthuk Setumbu ini dinamakan soft trekking karena memang jalannya tidak terlalu sulit dan bahkan ada jalan setapaknya, tetap saja kami menyarankan kalian untuk memakai footwear yang tepat. Saat itu kami berdua memakai sepatu dan tentu ini sangat membantu.

lokasi Punthuk Setumbu

soft trekking Punthuk Setumbu

Dan ternyata, walaupun tak sebegitu sulit, tapi tetap saja aku merasa ngos-ngosan.

Tepat ketika kami menemukan musala yang ada di atas, azan terdengar berkumandang dari kejauhan. Di dekat musala ada toilet yang kami manfaatkan untuk berwudu. Kami memberikan uang seikhlasnya di kotak uang yang tersedia tak jauh dari toilet.

tempat salat di Punthuk Setumbu

pengalaman traveling ke Punthuk Setumbu

Musala itu mirip dengan yang di bawah, tapi lebih kecil, berupa pondok kayu kecil dengan lantai dan keseluruhan atau sebagian besar bangunannya terbuat dari kayu. Sudah ada beberapa sajadah terhampar di situ. Selain itu, juga tersedia beberapa mukena tapi karena membawa sendiri, aku memilih untuk memakai mukena punyaku.

Selesai salat, kami hanya tinggal menaiki satu tangga lagi dan sampailah kami ke tempat untuk melihat sunrise. Di bawah tadi, bapak parkir mengatakan bahwa sunrise-nya adalah sekitar pukul 06.00. Menurutku, itu terlalu lama karena subuhnya sudah mulai sejak jam setengah lima kurang. Tapi, ya, kita lihat saja nanti, batinku.

Pertama tiba, aku segera mencari tempat duduk untuk minum dan makan roti sebagai pengganjal perut. Belum ada cahaya sama sekali. Aku hanya bisa mendengar beberapa orang bercakap, yang rata-rata adalah bukan bahasa Indonesia. Bahkan aku mendengar suara bule Thailand yang membahana dengan basa Thai-nya yang unik.

Ketika cahaya mulai agak terlihat dari arah timur, aku segera mencari tempat untuk duduk di sebuah landaian tanah. Beberapa bule juga mencari tempat di kiri kananku. Suamiku masih ingin mengeskplorasi tempat lain. Akhirnya, aku hanya duduk sendirian di situ.

menikmati sunrise di Punthuk Setumbu

Ketika semburat sudah mulai terlihat jelas, aku tak mendapati suamiku di manapun. Aku takut jika dia akan kehilangan momen itu. Dia muncul beberapa saat kemudian dengan segelas kopi yang dia beli di warung kecil di lokasi tersebut.

Suami mengatakan bahwa ada spot lain yang lebih oke. Akhirnya kami pun pindah. Ternyata di bagian lain, yaitu di depan sederet rumah pohon, pemandangannya memang lebih oke.

menikmati sunrise ala Rangga dan Cinta di Punthuk Setumbu

menikmati sunrise ala AADC 2 di Punthuk Setumbu

Kami menanti dengan khusyuk semburat yang semakin lama semakin terlihat jingga itu. Borobudur tampak kecil di kejauhan, diselimuti kabut dan dikelilingi hijau-hijauan di sana sini. Dua gunung tampak menjulang menjadi background yang keren. Aku segera mengambil foto terbaik yang bisa ditangkap oleh kamera ponselku. Aku mencari spot di beberapa titik dan mencoba mengambil foto sekaligus menikmati momen itu dengan sekhidmat mungkin.

menikmati pemandangan Borobudur dari Punthuk Setumbu

pemandangan Borobudur dari Punthuk Setumbu

pemandangan gunung semeru dari Punthuk Setumbu

Udara masih terasa sejuk walaupun matahari sudah sedikit mengalirkan panasnya. Cahaya di balik gunung mulai terlihat lebih jelas. Beberapa kali gumpalan awan bergerak seperti hendak mengacaukan momen itu. Tapi, nyatanya gumpalan-gumpalan awan itu bergerak sangat cepat sehingga pemandangan sunrise bisa kembali bersih tanpa penghalang.

pemandangan gunung merbabu dari Punthuk Setumbu

keindahan borobudur dilihat dari punthuk setumbu

Seorang guide yang membawa bule Malaysia atau Singapura kudengar sedang menawarkan untuk membawa mereka ke Gereja Ayam. Dia bolak balik mengatakan “Rangga dan Cinta” dan menurutku itu salah satu cara marketing yang cukup oke sebenarnya.

Baca juga:
REVIEW GEREJA AYAM BUKIT RHEMA: BANGUNAN TERBENGKALAI DEKAT BOROBUDUR YANG ROMANTIS UNTUK MELIHAT SUNRISE

Si bule Melayu itu menjelaskan bahwa dia masih menunggu matahari. Aku sebenarnya masih kurang paham maksudnya karena kupikir justru momen sunrise sudah hampir berakhir.

Kulihat arlojiku. Saat itu pukul enam, dan seperti kata bapak parkir, sunrise-nya adalah pukul enam.

Dan tak seberapa lama setelah itu, semua orang tampak menjadi siaga kembali dengan kameranya. Dan rupanya ini adalah salah satu momen yang paling ditunggu: matahari muncul dari balik gunung. Jadi, yang dimaksud bapak parkir sebagai sunrise tadi adalah momen ini, yaitu momen munculnya matahari dari balik gunung.

matahari terbit di punthuk setumbu

Pemandangan itu memang sangat menakjubkan. Tapi, sayang, kamera ponselku tak mampu menangkapnya dengan sesempurna itu.

Ketika matahari sudah mulai meninggi, wisatawan mulai bergerak ke beberapa spot foto yang ada di sekitar situ. Pertama, kupikir hanya wisatawan lokal saja yang tertarik. Tapi, nyatanya, bule-bule juga ikut antri untuk berfoto. Wkwkwkwk.

cara menuju punthuk setumbu magelang dari jogja

cara menuju punthuk setumbu dari jogja

naik motor dari jogja menuju punthuk setumbu

naik motor dari jogja menuju borobudur

naik motor dari jogja menuju magelang

naik motor dari yogyakarta menuju magelang

naik motor dari yogyakarta menuju punthuk setumbu

Menikmati Keindahan Alam dari Atas Gereja Ayam, Bukit Rhema


Ketika matahari telah beberapa senti meninggalkan gunung, kami memutuskan untuk lanjut ke lokasi berikutnya, yaitu Gereja Ayam. Dari lokasi untuk melihat sunrise itu, kami hanya perlu berjalan lurus ke deretan warung-warung. Kalau bingung, kalian bisa bertanya ke bapak yang berjaga di dekat tangga terakhir dekat musala.

Di dekat deretan warung, kami dicegat oleh seorang bapak yang menanyakan kami dari mana. Rupanya, dari dia kami bisa membeli tiket masuk ke Gereja Ayam. Bapak itu menanyai kami dari mana karena siapa tahu saja kami berasal dari Malaysia. Ini penting karena memang tiket untuk wisatawan lokal hanya IDR 15.000 dan untuk wisatawan mancanegara adalah IDR 30.000. Bapak itu mengatakan, tiketnya bisa disimpan untuk ditukar ketela goreng di bagian belakang gereja.

naik motor dari yogyakarta menuju borobudur

tiket masuk gereja ayam

Dari situ, kami berjalan lagi lurus mengikuti jalur yang sudah tersedia. Tidak seperti saat naik ke Punthuk Setumbu, jalanan ini belum disemen. Jadi hanya berupa jalanan dari tanah. Kami juga masih harus naik turun beberapa tanjakan yang cukup membuat ngos-ngosan.

Setelah berjalan entah berapa menit, kami akhirnya bisa melihat gereja ayam yang sedang populer di media sosial itu. Di dekat gereja, ternyata ada loket lagi. Tapi karena kami sudah memiliki tiket, kami tidak membeli lagi di situ.

tiket masuk gereja ayam bukit rhema
Jalur menuju Gereja Ayam

cara menuju gereja ayam bukit rhema

harga tiket masuk gereja ayam

harga tiket masuk gereja ayam bukit rhema

dimana loket tiket gereja ayam
Loket Gereja Ayam

gereja ayam bukit rhema magelang

Kami segera berfoto di depan Gereja Ayam tersebut sebelum akhirnya masuk ke dalam ruangan. Petugas yang memeriksa karcis menjelaskan tentang bagian-bagian gereja, termasuk di mana kami bisa menukar tiket untuk mendapatkan ketela goreng. Dia juga menunjukkan tempat berdoa semua agama di dalam gereja itu, yang menurut kami sebaiknya dihindari oleh kalian yang Muslim untuk menjaga akidah karena traveling halal itu nomor satu ya, Guys.

gereja ayam rangga dan cinta

gereja ayam AADC 2

pengalaman traveling ke gereja ayam
Bagian depan Gereja Ayam

lokasi gereja ayam

alamat gereja ayam
Pintu masuk gereja ayam

Untuk menuju kepala ayam yang menjadi setting AADC 2, yaitu tempatnya Rangga dan Cinta jalan-jalan berdua, kami perlu naik beberapa tangga lagi.

apa saja yang bisa dilakukan di Gereja Ayam
Bagian dalam Gereja Ayam

hunting foto di Gereja Ayam

atraksi wisata di Gereja ayam

cara naik ke gereja ayam

cara naik ke kepala ayam gereja ayam

Sebelum menuju tangga terakhir, kami diberhentikan oleh seorang mas-mas yang berjaga. Dia mengatakan kami harus menunggu sebentar karena di atas masih penuh. Rupanya, batas maksimalnya adalah 12 orang. Dan mas-mas ini berjaga untuk memastikan bahwa orang yang naik tidak melebihi kapasitas tersebut.

cara naik ke kepala gereja ayam

cara menuju gereja ayam dari punthuk setumbu

dari punthuk setumbu ke gereja ayam

fasilitas di gereja ayam

Ketika beberapa orang terlihat turun, mas-mas itu mempersilahkan kami naik.

Di atas, kami bisa mendapatkan pemandangan 360 derajat: gunung-gunung di satu sisi, landaian hijau seperti sawah di sisi lain, serta bagian ekor ayam yang disulap menjadi kafe.

pemandangan dari gereja ayam
Bagian kepala dari Gereja Ayam

pemandangan indah di sekitar gereja ayam
Pemandangan sekitar Gereja Ayam

traveling ke punthuk setumbu

backpacking ke punthuk setumbu

jalan jalan ke gereja ayam
Bagian ekor dari Gereja Ayam

Kami mengambil foto beberapa jepretan. Matahari sudah cukup menyengat. Setelah merasa puas mengambil foto, kami pun turun dan segera menuju ke kafe di bagian ekor ayam.

tempat foto di gereja ayam
Tangga turun dari bagian kepala Gereja Ayam

tempat foto di magelang

tempat foto instagrammable di magelang

tempat foto instagrammable di punthuk setumbu

Saat itu tidak terlalu ramai. Hanya ada mbak-mbak yang tadi juga sempat berfoto di atas bersama kami serta sepasang bule. Kami menukarkan tiket ke mas-mas pekerja kafe. Tiket itu diterima dan kami mendapatkan dua porsi kecil ketela goreng keju.

tempat foto instagrammable di gereja ayam

tempat foto instagrammable di bukit rhema

makan ketela goreng di gereja ayam

spot-spot foto di gereja ayam

Kami titipkan dulu ketela goreng di tempat mas-nya itu. Sementara itu, kami menuju ke sisi lain kafe yang memiliki latar gunung. Di situ, kami foto-foto lagi. Hahaha. Memang nggak ada capeknya kalau lagi foto-foto.

spot-spot foto di punthuk setumbu

Selesai berfoto, kami mengambil ketela goreng kami dan duduk di salah satu kursi yang kosong sambil menikmati sejuknya udara pagi. Ketela gorengnya lumayan mengganjal perut. Selain ketela, ada pula beberapa makanan lain yang berbayar. Ada harga yang tertera dengan jelas di dekatnya. Kami pun membeli satu bungkus kecil mi bihun bumbu, satu sate jeroan, dan satu sate usus. Totalnya IDR 15.000.

yang bisa dilakukan saat di magelang


Ketika makanan sudah habis dan rasa lelah juga sudah mulai hilang, kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan. Kami bertanya ke mas-mas di loket dekat gereja, apakah kami harus kembali melewati jalur tadi untuk menuju ke tempat parkir Punthuk Setumbu. Kata mas-nya, ada jalan lain yang lebih landai dan jaraknya sama saja. Mengikuti jalur satunya, nanti kami akan menemukan perempatan dan setelah itu belok kanan, baru lurus saja mengikuti jalur.

Karena mendengar kata lebih “landai”, kami pun memilih jalur kedua. Dari situ kami menemukan loket lain. Mungkin ini adalah loket untuk orang yang masuk dari arah sini. Orang yang ingin ke Gereja Ayam tanpa harus membayar ke Punthuk Setumbu sepertinya juga bisa memilih jalur sini.

yang bisa dilakukan saat di punthuk setumbu

Kami melewati jalur yang menurun kemudian melandai. Ketika menemukan perempatan, kami belok kanan seperti kata mas-mas tadi.

yang bisa dilakukan saat di gereja ayam

Selama beberapa meter, jalanan memang landai dan sepi. Tak seberapa jauh, kami melihat ada seorang mbah-mbah perempuan sedang menyeret pelepah kelapa. Dia berjalan mendekat dan semakin mendekat.

wisata magelang

Begitu dekat, dia berhenti, meletakkan pelepah kelapanya, bertanya “lagi jalan-jalan?” dalam bahasa Jawa halus sambil mengulurkan tangan kepada kami berdua. Dia kemudian bercerita mengenai kesehariannya, bahwa umurnya sudah 81 tahun, bahwa dia berjalan kaki naik gunung agar bisa sehat, bahwa dia dan suami masih hidup sementara banyak orang yang sekisaran usia mereka sudah meninggal semua, bahwa anak-anaknya sudah bekerja jadi PNS dan cucu-cucunya menjadi pekerja swasta, bahwa cicitnya sudah banyak, dan masih banyak lagi. Kami mendengarkan dengan takjub. Rasanya wow sekali bisa bertemu mbah ini.

tempat wisata menarik di magelang

Dia mendoakan kami sehat selalu dan bisa sepanjang umur dia. Kemudian kami pun berpisah. Ah, ada rasa belum rela. Aku ingin berbincang dengannya lebih lama lagi.

Dari titik tadi, kami kemudian melanjutkan perjalanan melewati jalan di bawah rimbunan pohon bambu. Rupanya, ini semacam halaman milik orang. Kami melewati jembatan bambu dan sempat narsis di situ. Dari situ, kami bertemu beberapa lelaki yang menawarkan ojek. Kami menolak dengan halus dan meneruskan langkah hingga tiba di jalan beraspal.

tempat wisata yang harus dikunjungi di magelang

tempat wisata kekinian di magelang

Meskipun jalanan landai, aku merasa mulai lelah. Dan tiba-tiba kami sadar, bahwa jalan beraspal itu adalah jalan yang kami lalui tadi pagi buta dengan menggunakan motor. Kami masih harus berjalan sekitar 300 atau 500 meter menuju gang kecil menanjak yang kami ceritakan di awal. Jadi ceritanya, kami memutar. Dan itu artinya, kami menempuh jarak yang sangat jauh.

Jadi, jika kalian ke Gereja Ayam dari Punthuk Setumbu dan diberitahu bahwa jalur yang satu ini jaraknya sama, jangan sekalipun percaya karena memang jaraknya TIDAK SAMA. Bahkan, bisa dibilang sangat jauh. Sepanjang perjalanan kami ditawari ojek. Jadi, mungkin (kami menduga) mas-nya tadi sengaja mengarahkan kami ke sini agar kami ngojek. Ah, tapi tenaga kami masih cukup untuk kembali ke titik awal tadi.

Sampai di gang sempit menanjak, nafasku sudah mulai habis. Dan perjalanan menanjak pun dimulai. Masih ada yang mencoba menawarkan ojek tapi aku belum siap untuk menyerah. Akhirnya, pelan-pelan, kami pun bisa sampai di atas lagi. Seorang bapak-bapak yang punya warung bertanya, “Muter, Mas?” Dari situ, kami seratus persen yakin, bahwa jalur kedua itu SANGAT JAUH.

Kelelahan, kami pun memutuskan untuk minum kopi di warung bapak-bapak tadi. Sembari ngopi, kami banyak mendapat petuah hidup dari si bapak. Bapak itu juga bercerita mengenai pembangunan daerah tersebut dan tentang Bapak Gubernur yang sudah tiga kali datang. Rasanya ingin berlama-lama di situ juga kalau tak karena ingin segera ke Borobudur.

Kami juga melihat bahwa bapaknya sudah mulai memasukkan suvenir-suvenir jualannya karena rupanya dia juga akan berjualan di Borobudur.

tempat yang wajib didatangi saat berada di magelang

Menikmati Keindahan Candi Borobudur, Candi Buddha Terbesar Di Dunia


Setelah membayar parkir, kami segera melanjutkan perjalanan ke arah Borobudur. Kami tiba di Borobudur sekitar pukul sembilan kurang. Karena parkir di dalam hanya untuk mobil, kami pun parkir di luar kawasan candi, tepatnya di toko di seberang candi, yang sepertinya memang parkir resmi untuk motor.

oleh-oleh khas magelang

candi borobudur

candi borobudur magelang

Kami segera berjalan ke loket. Loket domestik dan asing dipisah, jadi kami tak tahu pasti harga untuk turis asing. Ternyata tiket Borobudur saat itu adalah IDR 40.000. Dan jika membeli tiket paket ke Prambanan atau tiket paket ke Ratu Boko, maka hanya membayar IDR 75.000. Aku bertanya ke mbak-mbak petugas apakah ada tiket paket Borobudur-Prambanan-Ratu Boko, siapa tahu lebih murah. Ternyata tidak ada. Dan saat kutanya tiket terpisah untuk masing-masing tempat wisata tersebut, ternyata sama, yaitu IDR 40.000.

Baca juga:
REVIEW SITUS RATU BOKO SLEMAN: SITUS PURBAKALA DI ATAS BUKIT UNTUK MENIKMATI SUNSET

alamat candi borobudur magelang

lokasi candi borobudur magelang

harga tiket candi borobudur magelang

harga tiket masuk candi borobudur magelang

tiket masuk candi borobudur magelang

cara membeli tiket masuk candi borobudur magelang

Akhirnya, kami pun membeli tiket paket Borobudur-Ratu Boko seharga IDR 75.000. Mbak-mbak-nya sempat menanyakan “Yakin, mau kesana?” Aku menjawab bahwa kami baru besok kesana dan dia mengatakan tiket berlaku untuk maksimal besok, jam berapa pun, selama masih buka.

Bapak-bapak yang sedang membeli tiket di sampingku, mengetahui aku membeli tiket paket ke Ratu Boko, juga berencana ingin meniru, tanpa dia ketahui bahwa jarak antara Borobudur dan Ratu Boko itu sangat jauh. Satunya di Magelang, Provinsi Jawa Tengah dan satunya di Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah dijelaskan bahwa lokasi kedua candi berjauhan, akhirnya bapak itu mengurungkan niatnya.

Setelah mendapat tiket, kami pun segera masuk melalui pemeriksaan tas dan scanner tiket.

cara menuju candi borobudur magelang

jalan menuju candi borobudur magelang

jalan menuju candi borobudur dari punthuk setumbu

Setelah melewati suatu halaman yang luas, kami tiba di suatu jalur memanjang dengan Candi Borobudur yang menjulang megah di depan kami. Melihat kemegahannya, aku baru sadar kalau Wat Arun jadi tampak sangat kecil.

Baca juga:
REVIEW WAT ARUN: WAT WARNA-WARNI DI TEPI SUNGAI CHAO PHRAYA, BANGKOK, THAILAND

cara menuju candi borobudur dari punthuk setumbu

cara menuju candi borobudur dari gereja ayam

jalan menuju candi borobudur dari gereja ayam

syarat-syarat masuk candi borobudur

spot foto di borobudur

spot foto di candi borobudur

spot foto indah di candi borobudur

Kami segera menaiki tangga menuju stupa terbesar. Hunting foto agak susah karena lumayan banyak pengunjung. Tapi, dengan sedikit kesabaran, jepretan yang bagus pun bisa didapatkan. Hahaha.

spot foto menarik di candi borobudur

spot foto kekinian di candi borobudur

sejarah candi borobudur

bagian-bagian candi borobudur

traveling ke candi borobudur

backpacking ke candi borobudur

Kami keluar dari area candi sekitar pukul sepuluh. Setelah itu, kami harus melewati jalanan yang lumayan jauh, yang berbeda dari jalur masuk tadi. Jadi, bagi kalian yang mengunjungi suatu tempat wisata dan mendapatkan spot foto yang oke sebelum masuk, sebaiknya foto-foto dulu, karena bisa jadi jalur keluarnya berbeda dengan jalur masuk.

Kami melewati Museum Kapal Samudraraksa tapi tidak mampir.

jalan-jalan ke candi borobudur

eksplorasi candi borobudur

Setelah itu, kami juga melewati Museum Borobudur yang bisa dimasuki dengan gratis. Kami hanya mampir sekilas.

museum borobudur

museum candi borobudur

harga tiket masuk museum candi borobudur

fasilitas di candi borobudur

Rasanya perut sudah keroncongan minta diisi. Masih belum tahu harus makan di mana, kami berjalan terus melewati deretan penjual suvenir. Di salah satu stan-stan penjual suvenir itu terdapat ibu-ibu penjual makanan. Di daftar menunya dituliskan nasi pecel dan nasi gudeg seharga IDR 8.000. Kami pun tergiur juga karena harganya cukup murah untuk tempat makan di lokasi wisata. Lagipula, harganya terpampang jelas jadi kami tidak merasa ragu.

tempat makan di sekitar candi borobudur

Aku memesan nasi gudeg lauk tahu bacem dan suami memesan nasi pecel lauk telur. Minumnya, kami hanya memesan satu gelas dawet yang harganya IDR 5.000. Ternyata, gudeg ini tidak seberapa manis, berbeda dengan apa yang dikatakan teman-temanku. Atau mungkin karena ini gudeg khas Magelang dan bukan khas Jogja?

gudeg khas magelang

Pada saat membayar, kami baru tahu bahwa harga lauknyalah yang mahal. Jadi totalnya, kami harus membayar IDR 23.000. Nasi gudeg lauk tahu bacem tetap dihargai IDR 8.000, sementara nasi pecel lauk telur dihargai IDR 15.000. Hahaha.

Setelah kenyang, kami keluar dari deretan penjual suvenir itu. Dan ternyata kami harus berjalan sangat jauh untuk menuju pintu masuk kami tadi.

Setelah mengambil motor, kami pun melanjutkan perjalanan. Seingat kami, tadi ketika berangkat, kami sempat melihat candi lain sebelum Borobudur. Dan ternyata itu adalah Candi Mendut. Kami tidak mampir. Kami hanya melihatnya dan mengambil sedikit foto dari luar. Ada serombongan bule sedang mengikuti semacam tur di sana.

candi mendut magelang

Setelah mendapat cukup foto, kami langsung cabut. Dalam perjalanan, kami bahkan sempat membeli 2 kilogram salak di pinggir jalan, yang harga sekilonya IDR 7.000. Selain itu, masih banyak pilihan harga lainnya. Yang terpampang di pick-up orang itu sebenarnya adalah IDR 3.000 per kilo tapi untuk harga itu sudah habis.

Dari beberapa percakapan yang kami dengar di Borobubur, daerah tersebut memang terkenal dengan salaknya. Bahkan di salah satu tempat yang kami lewati, ada sebuah pasar bernama Pasar Salak yang penuh dengan salak.

Kami kembali menggunakan Google Maps karena takut tersasar. Kami tiba di homestay sekitar pukul satu. Kami segera salat Zuhur dan kemudian tidur. Lelah sekali rasanya. Dan kami berdua pun tidur sangat pulas.

Alarm membangunkan kami pukul tiga sore, tepat ketika azan Asar berkumandang. Kami segera mandi kemudian salat. Setelah itu, kami pun berdandan ala kadarnya dan siap untuk kembali menikmati sore dan malam di Yogyakarta.

Itinerary kami untuk sore dan malam hari memang tidak terlalu strict karena memang lokasi yang ingin kami tuju letaknya berdekatan. Karena sudah merasa lapar lagi, kami memutuskan untuk langsung mencari makan. Karena sebenarnya ingin mendapatkan foto Plengkung Wijilan, aku pun mengajak suami kesana sekaligus mencicipi gudeg di Sentra Gudeg Wijilan.

Ternyata Plengkung Wijilan ini sangat sempit dan lalu lintasnya ramai. Aku hanya sempat mengambil foto ala kadarnya. Melewati gerbang tersebut, tibalah kami di deretan warung yang hampir semuanya berjualan gudeg. Berdasarkan review yang kami baca, kami akhirnya memilih Gudeg Bu Lies. Toh, kami juga belum pernah mencoba satu pun.

plengkung wijilan yogyakarta

sentra gudeg wijilan yogyakarta

Begitu masuk ke dalam warung, kami langsung disambut suasana yang adem, dengan beberepa dekorasi khas Jawa. Kami memilih duduk di tempat duduk lesehan.

sentra gudeg wijilan jogja

sentra gudeg wijilan jogjakarta

sentra gudeg jogja

tempat membeli gudeg di yogyakarta

wisata kuliner yogyakarta

Pelayannya memberi kami daftar menu. Untuk menu gudeg sendiri, pilihan harganya antara IDR 10.000 hingga IDR 50.000 tergantung jumlah dan jenis lauk. Aku sendiri memesan nasi gudeg krecek ati ampela seharga IDR 18.000, dan suami memesan nasi gudeg krecek telur suwir dengan harga sama. Untuk minum, aku memesan es jeruk nipis dan suami memesan es tape, yang harga per gelasnya masing-masing IDR 5.000.

harga gudeg di sentra gudeg wijilan

pengalaman pertama makan gudeg jogja

tempat membeli gudeg enak di yogyakarta

Aku tidak bisa mengatakan makanannya enak atau tidak karena memang ini adalah pengalaman pertama (setelah yang di Magelang) bagiku untuk makan gudeg. Tapi menurutku sih enak. Memang agak manis. Lebih manis daripada yang tadi aku makan di Borobudur.

Selesai makan, kami ingin lanjut ke Malioboro tapi sembari mampir ke Plengkung Gading yang memang mempunyai bentuk yang unik. Lalu lintas cukup padat di sekitar situ jadi kami hanya mendapat foto ala kadarnya.

plengkung gading yogyakarta

Selanjutnya, kami berkendara menuju Malioboro. Kami menitipkan motor di Taman Parkir Abu Bakar Ali, yang lokasinya berada di ujung utara Jalan Malioboro.

tempat parkir abu bakar ali

tempat parkir malioboro

Dari situ, kami berjalan ke arah Malioboro dan mencari titik yang enak untuk duduk-duduk dan menghabiskan sore. Saat itu sudah pukul lima lebih jadi kami mencari tempat duduk yang dekat dengan lokasi salah satu masjid yang ada di Malioboro. Sembari menunggu, kami membeli leker dan air mineral dari pedagang keliling.

jalan malioboro yogyakarta

jalan-jalan di malioboro

Tak berapa lama, azan Magrib pun berkumandang. Kami pun segera bergegas ke masjid. Selesai salat, kami memutuskan untuk ke Pasar Beringharjo karena ingin mencari oleh-oleh. Rupanya, pasar tersebut sudah tutup sejak jam 5 sore. Hahaha. Agak kecewa juga, tapi kami masih punya hari lain kan, jadi nggak masalah.

pasar beringharjo yogyakarta

Tidak jadi belanja, kami pun kembali ke daerah sekitar masjid. Dan tak lupa, kami berfoto di bawah tulisan Jalan Malioboro yang berada di pertengahan jalan tersebut. Dan yang perlu kalian ketahui, untuk mendapatkan foto di sini (maupun di tulisan Jalan Malioboro yang lebih dekat dengan Stasiun Tugu), kalian harus antri. Jadi yang sabar ya karena kecepatan masing-masing orang untuk berfoto kan berbeda-beda. Kadang-kadang ada yang harus menjepret 50 kali baru bisa puas. Wkwkwkwk.

yang bisa dilakukan saat di jalan malioboro

backpacking ke jalan malioboro

Setelah mengeksplorasi jalan tersebut dan mendapatkan foto dari beberapa titik, kami kembali ke tempat parkir motor. Pada saat menuju parkir motor itu, kami juga melihat ada antrian untuk berfoto di tulisan Jl. Malioboro dan di titik lainnya.

menikmati malam di sekitar malioboro

lokasi jalan malioboro jogja

tempat parkir abu bakar ali malioboro

Setelah membayar parkir sebesar IDR 3.000, kami memutuskan untuk lanjut saja ke Alun-Alun Kidul. Karena takut nyasar, sekali lagi kami menyalakan Google Maps.

Tiba di Alun-Alun Kidul, pertama-tama kami sebenarnya ingin naik becak hias atau sepeda warna-warni. Ketika suami bertanya harga sewa becak hias, salah seorang pemilik becak hias mengatakan biaya sewanya IDR 40.000 per becak untuk satu kali putaran.

naik becak hias di alun-alun kidul

wisata kuliner di alun-alun kidul

menikmati malam di alun-alun kidul

Karena merasa terlalu mahal, apalagi jika hanya berdua dan mengingat kami masih harus ke Prambanan dan sekitarnya esok hari, kami akhirnya mengurungkan niat tersebut. Alhasil, kami hanya jeprat-jepret becak hias yang berlalu lalang. Dan itu pun sudah cukup memuaskan. Apalagi, ini bukan tujuan utama kami melakukan perjalanan ini.

Sebagai penutup kulineran kami hari itu, kami memutuskan untuk membeli salah satu dari makanan-makanan yang dijual di seputaran Alun-Alun Kidul. Setelah berjalan kesana kemari, pilihan kami jatuh pada penjual ronde. Kami memesan dua mangkuk ronde, dan duduk lesehan di atas tikar yang digelar di trotoar, tepat di depan gerobak si penjual.

mencari makanan murah di yogyakarta

Rondenya enak. Lebih pedas karena kuahnya sepertinya mengandung lebih banyak merica ketimbang ronde di Surabaya. Bedanya lagi, rondenya ada rotinya. Jadi, bukan hanya kolang-kaling, bulat-bulatan khas ronde, dan kacang saja.  Dan untuk dua porsi ronde yang mantap itu kami hanya membayar IDR 12.000.

Kenyang, kami memutuskan untuk pulang. Apalagi saat itu sudah hampir pukul sembilan malam. Kami harus segera pulang dan tidur agar besok bisa bangun dalam keadaan segar.

Sebelumnya, kami sempatkan mengisi bensin terlebih dahulu agar perjalanan besok bisa lancar tanpa risiko kehabisan bensin. Hehehehe.



Hari:   Pertama   Ketiga   Keempat




Artikel terkait:

BACKPACKING MURAH BALI 4 HARI 5 MALAM (4D5N): HARI PERTAMA (14 AGUSTUS 2017)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar